Bagaimana pertunjukan Tari Gandrung ditampilkan?

Seperti yang kita ketahui, banyak tarian yang tersebar di Indonesia. Salah satunya adalah Tari Gandrung yang berasal dari Jawa Timur. Lalu, bagaimana pertunjukan Tari Gandrung ditampilkan?

Tari Gandrung ini awalnya dilakukan oleh penari laki – laki yang didandani seperti perempuan. Namun seiring dengan perkembangan, penari gandrung beralih menjadi penari perempuan. Dalam pertunjukannya, Tari Gandrung sebenarnya terbagi menjadi tiga babak. Pertama dibuka dengan Jejer, yaitu bagian dimana penari menyanyikan lagu dan menari sendiri. Kemudian dilanjutkan dengan Paju atau yang di daerah lain disebut Ngibing, yaitu penari memberikan selendangnya kepada tamu yang datang untuk diajak menari.

Dan pada babak terakhir adalah Seblang subuh yaitu penutup, dimana penari menari dengan penuh penghayatan dengan menggunakan kipas yang dikibaskan sesuai irama sambil bernyanyi. Pada bagian ini akan sangat terasa kesan mistisnya. Hal ini masih berhubungan dengan ritual Seblang, yaitu suatu ritual penyembuhan atau penyucian yang dilakukan oleh penari jaman dahulu. Namun, di masa sekarang ini bagian seblang subuh sudah mulai jarang digunakan, meskipun merupakan bagian penutup pertunjukan Tari Gandrung.

Pada awal mulanya tari gandrung diselenggarakan pada malam hari mulai jam 21.00 sampai jam 04.00 pagi. Akan tetpai kadang-kadang juga pada siang hari menyesuaikan dengan kebutuhan acara pementasannya. Biasanya penggunaanya untuk keperluan hiburan suatu peralatan atau keperluan hiburan lain. Selanjutnya mulai tahun 2003 tari gandrung ditetapkan sebagai tari selamat datang di Banyuwangi.
image

Sedangkan kedudukan penari gandrung berfungsi sebagai media bagi tuan rumah untuk menjamu tamunya. Bentuk urutan pagelaran tari gandrung dan gendhing yang dibawakan dalam pementasannya sebagai berikut :

  1. Jejer Gandrung
    Jejer gandrung ialah tari pembuka, jejer berarti mulai yang bermaksud dengan tarian ini maka menandakan bahwa pertunjukan tari gandrung akan segera dimulai.

  2. Ngrepen atau Repenan
    Setelah selesai membawakan tari jejer gandrung dan gendhingnya maka dengan diantar oleh seorang pramugari yang disebut gedhog penari gandrung turun dari pentas dan mendatangi tamu sesuai yang ditujukkan oleh gedhog yaitu untuk ngrepen atau repenan yang merupakan salah satu acara dalam pementasan tari gandrung dan pada sesi ngrepen atau repenan ini penari gandrung duduk bersama tamu untuk membawakan gendhing atas permintaannya, sebelum tamu tersebut ikut menari diatas pentas.

  3. Paju atau Maju Gandrung
    Dalam pengaturan urutan menari bagi para tamu, biasanya diatur oleh seorang pengatur acara yang biasanya disebut pramugari atau gedhog sebagaimana yang dilakukan pada acara ngrepen. Gedhog inilah yang akan membagi giliran menari bersama penari gandrung.

  4. Seblang-seblangan
    Pada akhir pertunjukan yang biasanya menjelang subuh pagelaran di tutup dengan ditampilkan bentuk tarian seblang-seblangan yang pada dasarnya menirukan beberapa gerak dalam tari seblang. Secara garis besar gerak yang dipertontonkan mirip gerak seorang wanita dari lingkungan masyarakat petani. Sebagian dari ragam geraknya bertemakan pemujaan terhadap dewi sri yaitu dewi kemakmuran bagi masyarakat agraris yang kedudukanya sama dengan dewi ceres bagi masyarakat yunani. Tari seblang tersebut diselenggarakan pada waktu menjelang pagi, sebab pada waktu itu biasanya para wanita termasuk gadis-gadis petani dilingkungan sudah bangun, sehingga mereka dapat menyaksikan tari seblang tersebut.