Bagaimana Perkembangan Diplomasi Publik?

Perkembangan Diplomasi Publik

Penggunaan kata diplomasi publik diperkirakan muncul pertama kalinya pada tahun 1856 pada surat kabar London Times .
Bagaimana Perkembangan Diplomasi Publik ?

Perkembangan Diplomasi Publik


Penggunaan kata diplomasi publik diperkirakan muncul pertama kalinya pada tahun 1856 pada surat kabar London Times . London Times menggunakan kata diplomasi publik tersebut sebagai sinonim dari kata kesopansantunan untuk mengkritisi sikap Presiden Amerika Serikat Franklin Pierce pada waktu itu. London Times memberikan opininya terhadap Franklin Pierce yang menuliskan:

The Statmen of America must recollect, that if they have to make, as they conceive, a certain impression upon us, they have also to set an example for their own people, and there are few example so catching as those of publik diplomacy ”.

London Times dalam tulisannya memberikan sindiran bahwa impresi yang diharapkan dating dari Negara lain, sudah semestinya juga dibangun terhadap warga negaranya, dan hal iyulah yang disebut dengan diplomasi publik. Penggunaan kata diplomasi publik juga digunakan oleh Woodrow Wilson dalam pidatonya “ fourteen points ” pada tahun 1918. Poin pertama Presiden Wilson yang berbunyi:

“…perjanjiann-perjanjian yang sifatnya terbuka, yang dicapai secara terbuka. Setelah mana tidak akan ada pengertian-pengertinternasional yang bersifat pribadi apapun macamnya namun diplomasi harus selalu berlangsung secara terus menerus dan disaksikan oleh umum”.

Dengan begini telah menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang terjadi dalam aktivitas diplomasi antar Negara hal ini menandai era diplomasi yang demokratis. Namun terjadi perdebatan makna diplomasi publik ketika terjadi perang dingin anatra Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pada masa tersebut diplomasi publik cenderung diberi makna sama dengan propaganda.

Hal ini mengakibatkan kebingungan dalam penggunaan frasa diplomasi publik. Ada sebagian diplomat yang mempercayai bahwa diplomasi publik dapat memberikat kontribusi positif dalam pemeliharaan hubungan baik antara Negara dengan bersikap lebih terbuka atas kebijakan luar negerinya. Namun, ada juga sebagian diplomat yang berpendapat bahwa diplomasi publik tidak meguntungkan pada masa itu yaotu pada masa dimana perang dingin antara Amerika dan Uni Soviet sedang berlangsung. Perdebatan yang muncul dalam konsepsi diplomasi publik mendorong Edmund Gullion membentuk sebuah kajian khusus mengenai diplomasi publik. Dengan terinspirasi oleh Edward R. Murrow, Gullion meyakini bahwa meskipun ada organ pemerintah yang mengelolah seluruh informasi Amerika Serikat dan menjelaskan kebijakannya kepada seluruh orang di dunia, ada hal lain yang juga lebih penting untuk dilakukan. Hal tersebut adalah menjaga interaksi antar kelompok, memengaruhi bagaimana cara berfikir mengenai hubungan antar Negara, merespon kebijakan Negara dan juga memengaruhi kebijakan pemerintah mereka. Awalnya Edmund Gullion memberikan nama propaganda untuk menggambarkan upaya yang dimaksud. Akan tetapi penggunaan kata propaganda memiliki konotasi yang tidak begitu baik, maka dipilihlah nama diplomasi publik.

Pada prakteknya, diplomasi publik telah lama berkembang di beberapa Negara. Meskipun tidak selalu dengan mempergunakan label diplomasi publik, kegiatan yang diselenggarakan Negara dalam upayanya untuk membangun citra yang baik dalam pergaulan internasional. Dilihat dari perkembangan konsepsi diplomasi publik, Studi diplomasi publik dipengaruhi oleh dua studi yakni komunikasi dan globalisasi.

Keduanya memberikan kontribusi besar bagi perkembangan studi diplomasi publik. Studi ini merupakan studi yang memberikan perhatian pada pembangunan persepsi. Pertama, pengaruh studi komunikasi terhadap munculnya diplomasi publik dapat dilihat dari pengaruh pemikiran Habermas. Kesadaran dan pemahaman menjadi salah satu kata kunci dalam pemikiran Habermas. Habermas merupakan orang pertama yang membawa studi komunikasi dan diplomasi publik memiliki kedekatan melalui teori communicative actionnya. Studi komunikasi lebih banyak mempengaruhi diplomasi publik karena adanya ketertarikan untuk menyusun sebuah strategi yang paling efektif untuk mempengaruhi massa. Tujuan dari diplomasi publik diarahkan untuk membentuk citra positif dalam pikiran publik dan pemerintah Negara lain.

Kemudian komunikasi memiliki peran utama karena dalam perkembangannya studi diplomasi publik lebih banyak menggunakan teori komunikasi. Pada beberapa konsepsi yang dirujuk oleh para akademisi lebih banyak mengarahkan diplomasi publik sebagai sebuah upaya dengan mempergunakan berbagai macam bentuk komunikasi seperti monolog, dialog serta kolaborasi dari keduanya. Secara umum diplomasi publik merupakan sebuah strategi yang digunakan oleh pemerintah dengan memnggunakan media massa dalam mempengaruhi publik diluar Negara lain.

Kedua, perkembangan studi diplomasi publik dipengaruhi oleh globalisasi. Globalisasi dipahami secara umum sebagai proses transisi menuju masyarakat global yang terintegrasi dan bukan hanya sekedar masyarakat internasional. Globalisasi juga dapat dilihat sebagai proses mengurangi pentingnya masyarakat nasional. Globalisasi ditandai dengan semakin meningkatnya teknologi komunikasi.

Meningkatnya demokrasi dan teknologi komunikasi memungkinkan setiap anggota masyarakat menjadi bagian dari diplomasi publik. Serta memiliki kemampuan untuk mempengaruhi persepsi Negara dan masyarakat Negara lain. Globalisasi memberikan dorongan yang kuat bagi studi diplomasi publik untuk menggali lebih dalam subyek maupun obyek diplomasi publik serta cara-cara komunikasi yang lebih efektif melalui media dan teknologi. Subyek atau aktor diplomasi publik adalah sebuah Negara, akan tetapi dalam perkembangannya aktor non Negara juga cukup berpengaruh dalam perkembangan diplomasi publik.

Dengan demikian aktor nonNegara di dalam Negara tidak lagi menjadi objek semata melainkan sebagai subyek yang turut aktif dalam diplomasi publik. Aktor non Negara dalam diplomasi publik sebagai subyek menjadi semakin nyata ketika pengaruh demokrasi, globalisasi, dan teknologi informasi serta komunikasi dalam hubungan Negara, memberikan kesempatan yang besar pada aktor non Negara untuk mengambil peran dalam hubungan antar Negara. Seperti yang dikemukakan oleh Diamond dan McDonald mengenai pentingnya keterlibatan publik dalam diplomasi publik.