Bagaimana perjalanan hidup Sayang Bangun sebagai pelukis tuna daksa ?

Tuna daksa merupakan pengertian dari cacat tubuh. Namun bagi para penderita Tuna daksa, apa yang mereka derita bukan menjadi suatu keterbatasan melainkan menjadi acuan untuk berprestasi meskipun memiliki kelainan secara fisik. Sayang Bangun merupakan salah satu pelukis tuna daksa di Indonesia. Bagaimana perjalanan hidupnya dalam melukis ?

Sayang Bangun
image
Pengertian Tunadaksa sendiri adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.

Pelukis asal Medan, Sayang Petrus Bangun telah menerobos pasar internasional. Sudah hampir 32 tahun ia menggeluti dunia seni lukis. Namun, yang membuat Sayang Petrus istimewa adalah keterbatasan fisiknya yang mampu mengerjakan kesempurnaan sebuah lukisan.
Meskipun hanya menggunakan siku tangannya, hasil lukisan Sayang Bangun justru mampu memiliki nilai jual tinggi. “Semua lukisan saya harganya minimal Rp10 juta rupiah”, ujar ayah tiga orang anak tersebut. Setelah impiannya bergabung dengan AMFPA (Assosiation of Mouth and Foot Painting Artists) terwujud, ia mengaku masih memiliki impian yang sampai sekarang belum terwujud. Ia ingin memiliki sebuah geleri lukisan. “Pak SBY pernah berkata kepada saya kalau dia mau membantu saya mendirikan galeri lukisan, tuturnya. Kala itu, di acara Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) yang digelar pada 19 Desember 2007 di Lapangan Merdeka Medan, SBY beserta rombongan hadir,” ujarnya.