Bagaimana perjalanan hidup Patricia Saerang sebagai pelukis tuna daksa ?

Tuna daksa merupakan pengertian dari cacat tubuh. Namun bagi para penderita Tuna daksa, apa yang mereka derita bukan menjadi suatu keterbatasan melainkan menjadi acuan untuk berprestasi meskipun memiliki kelainan secara fisik. Patricia Saerang merupakan salah satu pelukis tuna daksa di Indonesia. Bagaimana perjalanan hidupnya dalam melukis ?

Patricia Saerang
image
Pengertian Tunadaksa sendiri adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.

Kekurangan fisik sama sekali bukan penghalang bagi para penyandang cacat mengasah ketrampilan mereka. Seniman lukis Patricia Saerang, misalnya. Melalui sederetan karya lukisannya, perempuan yang kedua tangannya cacat sejak lahir ini mampu menjadi pribadi istimewa dibanding dengan orang-orang dengan fisik normal. Patricia dan keempat rekannya yang tergabung dalam Asociation Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA) akan menggelar pameran lukisan di gedung World Trade Center Jakarta, Jakarta Pusat, 18-28 Juni mendatang. Pameran lukisan bertajuk “Air, Fire, and Water” ini adalah bagian dari ajang festival kebudayaan Jakarta Art 2002. Demikian dikatakan Patricia di Jakarta, baru-baru ini. Perempuan yang lahir 34 tahun silam ini mengatakan, sejak kecil dia sudah gemar menggambar. Saat itulah Patricia mulai terbiasa melukis dengan kedua kakinya. Baru pada 1988, dia mulai belajar melukis secara profesional. Kini, Patricia terbiasa melukis di atas kertas bambu atau sutra dengan media cat air. Untuk satu lukisan, Patricia dapat menghabiskan waktu 2-3 pekan. Objek yang dipilih sebagai sumber inspirasinya biasanya digali dari keindahan alam, terutama flora dan fauna.