Bagaimana Perekonomian Kerajaan Gowa?

Perekonomian Kerajaan Gowa

Bagaimana Perekonomian Kerajaan Gowa ?

Perekonomian Kerajaan Gowa


Sebagai kerajaan Maritim, Gowa memelihara hubungan politik, ekonomi, dan kebudayaan dengan kerajaan lokal yang ada di Nusantara, terutama dikawasan timur Nusantara. Hubungan dengan negeri-negeri yang meliputi wilayah yang luas itu berdasarkan pada paerjanjian pemberian status otonomi atau palili, dengan menerapkan prinsip Sipakatau dalam hubungan Siri’ dan Pacce diantara semua.

Kerajaan Gowa mengalami kemajuan di bidang ekonomi dan politik pada masa pemerintahan Raja Gowa IX Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Bergelar “Tumapa’risi Kallonna”. Kemudian di pindahkanlah ibu kota dan istana kerajaan Gowa dari Tamalate ke Somba Opu. Disana beliau membangun Dermaga yang menjadikan Gowa sebagai kerajaan Maritim terkenal diwilayah Nusantara, bahkan sampai diluar negeri. Selain itu, Karaeng Tumapa’risi Kallonna tersebut yang merintis pembangunan Somba Opu sebagai bandar transito yang ramai dikunjungi pedagang-pedagang asing.

Dimasa pemerintahan Karaeng Tumapa’risi Kallonna inilah kerajaan Gowa mulai dikenal sebagai bandar niaga yang ramai dikunjungi dan disingahi oleh kapal-kapal yang membongkar muat rempah-rempah. Setelah jatuhnya Malaka ditangan Protugis pada tahun 1511. banyak pedagang dari negeri lain berdatangan di Makassar, termasuk orang Melayu pada tahun 1512. Juga orang Protugis sebagai orang Eropa yang pertama datang ke Makasar (Gowa-Tallo) menjalin hubungan persahabatan dan perdagangan pada tahun 1538. Orang-orang Protugis inilah yang banyak mendapati kapal-kapal Makassar berkeliaran di sekeliling perairan Nusantara, bahkan sampai ke India, Siam (Muangthai) dan Filipina selatan.

Untuk memperkuat pertahanan dan kedudukan istana di Somba Opu, Karaeng Tumapa’risi Kallonna memerintahkan untuk membangun sebuah Benteng dari tembok tanah yang mengelilingi istana pada tahun 1525. Benteng tersebut dikenal sekarang dengan nama benteng Somba Opu. Kemudian Putra kandung karaeng Tumapa’risi Kallonna yaitu raja Gowa ke X Tunipallangga merenovasi benteng tersebut dengan tembok bata serta membangun benteng pertahanan lainnya, antara lain ; Benteng Tallo, Ujung tanah, Ujung Pandang, Mariso Pannakukang, Garassi, Galesong, Barombong, Anak Gowa dan Kale Gowa. Setelah Kareng Tumapa’risi Kallonna wafat, yang mengantikannya yaitu I Manriogau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipalangga ulaweng (1546-1565) sebagai raja Gowa X, dan melanjutkan cita-cita ayahnya. beliau berhasil memperluas wilayah Kerajaan Gowa.25 Dalam waktu yang tidak lama, maka baginda telah berhasil menaklukan banyak negri di Sulawesi Selatan, bahkan sampai Wero (Hore), Bira, Selayar, Otteng, Wajo, Sawitto, Soppeng, Alitta, beberapa daerah dalam negri Mandar, Kaili dan Toli-toli di Sulawei Tengah.

Kemudian kerajaan Gowa pada zaman pemerintahan I Mangngarangi Daeng Manrabbia raja Gowa ke-14 (1593-1639) terjadi berbagai perubahan-perubahan besar yang mengarah kepada perkembangan yang lebih maju dari masa-masa sebelumnya khususnya di bidang perdagangan semakin meningkatnya pedagang-pedagang luar yang datang ke wilayah Gowa. Itulah sebabnya sehingga bandar niaga kerajaan Gowa berangsur-angsur tambah ramai dan sekaligus melibatkan kerajaan ini dalam satu kesibukan ekonomi, sesuai dengan perananya selaku pelabuhan trasito yang besar dikawasan Nusantar bagian timur. Bandar niaganya didatangi oleh pedagang-pedagang Melayu, Jawa Maluku, India, Arab, China, Protugis dll termasuk Belanda yang mengirimkan Delegasinya untuk maksud yang sama pada pahun 1603. Ekspansi perluasan wilayah yang berjalan dengan pesatnya pada periode ini menyebabkan daerah kekuasaan kerajaan Gowa hampir meliputi seluruh kawasan-kawasan penting dan jalur perekonommian Indonesia bagian Timur.

Makassar dengan pelabuhanya yang baik sangat menarik sebagai stasiun dalam pelayaran antara Malaka dan Maluku. Perkembangan pelabuhan Makassar diiringi dengan semakin ramainya barang-barang yang masuk yang dibawa oleh para pedagang, seperti Sutera dan Porselin dari Cina dan bahan-bahan pakaian dari Protugis. Biasanya penjualan barang-barang tersebut dilakukan dengan sistim barter dengan produk yang dihasilkan oleh Makassar, seperti Beras, Emas, dan Budak.