Bagaimana penyakit Eastern dan western equine encephalomyelitis?

Penyakit Eastern equine encephalomyelitis (EEE) dan Western equine encephalomyelitis (WEE) keduanya disebabkan oleh virus yang termasuk dalam genus Alphavirus dari famili Togaviridae,

Penyakit Eastern equine encephalomyelitis (EEE) dan Western equine encephalomyelitis (WEE)

keduanya disebabkan oleh virus yang termasuk dalam genus Alphavirus dari famili Togaviridae, namun kedua virus penyebab penyakit EEE dan WEE tadi secara imunologi dapat dibedakan (OIE, 1996). Secara alami, kedua penyakit tersebut merupakan penyakit dari bangsa burung, dan hanya secara aksidental saja penyakit tersebut dapat menyerang kuda, keledai, kera, dan manusia (BLOOD dan RADOSTITS, 1989). Pada hewan mamalia, sejauh ini diketahui hanya pada kuda dan manusia, virus tersebut yang dapat menimbulkan manifestasi klinis (BELL et al., 1988). Penyakit EEE dan WEE dilaporkan menyebabkan penyakit dengan angka kematian tinggi pada burung piaraan seperti pheasant dan puyuh, serta kelompok ratite atau burung besar (OIE, 1996).

Penyakit EEE diketahui endemik di Canada, USA (Texas), kepulauan Karibia, Amerika tengah dan selatan. Sementara itu, WEE diketahui tersebar di bagian barat USA, Mexico, Amerika tengah dan Utara (OIE, 1996). Wabah penyakit pada kuda umumnya terjadi pada musim panas hingga musim gugur, karena pada periode tersebut populasi vektornya mencapai tingkat paling tinggi.

Burung-burung liar mempunyai peranan sebagai reservoir dari penyakit EEE maupun WEE. Sementara itu penyebaran kedua penyakit tersebut diprakarsai oleh vektor biologi yang terdiri dari serangga, terutama nyamuk. Virus EEE dan WEE dapat berkembang biak dan berada dalam tubuh nyamuk sampai beberapa generasi. Nyamuk dari genus Aedes, Culex, dan Mansonia telah diidentifikasi sebagai vektornya (BLOOD dan RADOSTITS, 1989). Virus penyebab EEE dan WEE di daerah endemik bersirkulasi di antara burung liar dan nyamuk. Meskipun penularan dalam peternakan burung piaraan dapat terjadi melalui kanibalisme, dan penularan antar kuda dalam satu kandang terjadi melalui kontak, tetapi cara penularan yang lazim adalah melalui gigitan nyamuk (OIE, 1996).

Manusia dan kuda dapat tertular penyakit ini melalui gigitan nyamuk.

Meskipun virus penyebab EEE dan WEE secara

imunologik berbeda, namun gejala klinis yang ditimbulkan pada kuda dan manusia sama. Masa inkubasi pada kuda sekitar 5-14 hari dengan tingkat mortalitas sebesar 80% untuk EEE dan sekitar 30% untuk WEE, ditandai dengan demam, anorexia, depresi, kemudian diikuti dengan hipereksitasi, ataxia, konvulsi, dan akhirnya mati.

Pada manusia, masa inkubasi penyakit sekitar 1-3 minggu, angka mortalitasnya dapat mencapai 80% untuk EEE dan sekitar 3-15% untuk WEE (BELL et al., 1988). Manifestasi klinis yang terlihat berupa demam disertai sakit kepala berat, sakit tenggorokan, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti oleh konvulsi dan paralisis. Penderita yang sembuh dari penyakit ini akan menderita cacat dalam waktu yang cukup lama.

Apabila yang terserang anak-anak, akan mengalami kemunduran mental (BELL et al., 1988).

Diagnosis lapangan dari penyakit ini didasarkan pada gejala klinis, gambaran patologi yang

memperlihatkan terjadinya peradangan pada otak (untuk hewan) dan kemudian dikukuhkan dengan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan isolasi dan identifikasi virus dari spesimen otak penderita atau dengan mendeteksi asam nukleat virus dengan menggunakan uji PCR.

Sementara itu, diagnosis dengan uji serologi dapat dilakukan terhadap sepasang serum yang diambil pada tahap awal penyakit dan pada tahap lanjut. Uji serologi yang dapat digunakan antara lain Complemen fixation test (CFT), Serum neutralization test (SNT) dan uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI) (OIE, 1996).

Penyakit ini tidak ada obatnya, manusia yang menderita sakit umumnya diberikan terapi

simptomatik. Di daerah endemik, baik EEE maupun WEE umumnya dikontrol dengan melakukan program vaksinasi terhadap kuda dengan vaksin inaktif.

Pemakaian vaksin aktif yang diatenuasi terbukti tidak efektif. Vaksin EEE, WEE, dan kombinasi EEE dan WEE juga tersedia secara komersial (OIE, 1996).

Pencegahan pada manusia umumnya didasarkan

pada pengendalian vektornya agar manusia terhindar dari gigitan nyamuk. Hanya untuk manusia yang karena pekerjaannya memiliki resiko tinggi untuk tertular penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi dengan vaksin inaktif kering beku (BELL et al., 1988).

Referensi:
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/wazo91-4.pdf