Bagaimana peningkatan hubungan perdagangan antara AS dan China?

perdagangan AS dan China

Bagaimana peningkatan hubungan perdagangan antara AS dan China?

Reformasi Ekonomi China sebagai Momentum Peningkatan Hubungan Ekonomi Perdagangan AS–China


Kebangkitan perekonomian China telah dimulai sejak awal masa kepemimpinan Deng Xiaoping pada tahun 1978. Pada masa itu Deng Xiaoping mulai mereformasi perekonomiannya untuk menumbuhkan laju perdagangan dan investasi di dalam maupun luar negeri. Berbeda dengan rezim Mao Zedong yang melarang keberadaan pengusaha swasta maupun asing melalui kebijakan yaitu ‘lompatan besar ke depan’ yang lebih menitikberatkan area pertanian kolektif dan membangun komune-komune.

Dibawah pemerintahan Deng Xiaoping, China bangkit sebagai sebuah kekuatan ekonomi dan perdagangan di tengah globalisasi. Reformasi ekonomi telah mengantarkan China dari revolusi kebudayaan serta pemerintahan yang otoriter menjadi kekuatan ekonomi baru dunia melalui prinsip ekonomi pasar. Keterbukaan ekonomi sendiri sudah mulai digagas pada tahun 1975, terutama mengenai industrialisasi. Maka setelah menggantikan Mao Zedong sebagai pemimping, Deng membuat kebijakan “open door policy”. Kebijakan ini juga dilakukan secara politik dan ekonomi (gaige kaifang) , yang justru telah dimulai sebelum globalisasi populer di seluruh dunia, yakni dengan telah ikut berpartisipasinya China dalam perekonomian dunia. Kebijakan keterbukaan tersebut dilakukan secara evolusioner (gradual), melalui liberalisasi kurs mata uang asing, perdagangan internasional, dan penanaman modal asing.

Open door policy ini diharapkan dapat mengatasi masalah modal, teknologi dan kemampuan manajemen yang menjadi kendala modernisasi China. Pemerintah China melakukan penghapusan terhadap model kolektif, memberikan perizinan untuk berdirinya perusahaan swasta, dan membentuk kawasan pasar bebas. Permasalahan ketiadaan modal diatasi pemerintah dengan mengundang investor asing untuk menanamkan modalnya di China.

Reformasi China yang dimulai pada tahun 1978 telah membantu transformasi China menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Hubungan perdagangan AS – China melaju pesat setelah kedua negara kembali membangun hubungan diplomatiknya pada tahun 1979. Sejak perjanjian perdagangan antara kedua negara disepakati, perjanjian tersebut membuat China berada pada peringkat ke 23 sebagai negara terbesar tujuan ekspor AS dan diperingkat 45 sebagai negara sumber impor AS. Dari data perdagangan yang terdapat pada dokumen Treasury AS, volume perdagangan antara AS dadengan China telah meningkat setelah disepakatinya perjanjian dagang kedua negara.

Peningkatan Volume Perdagangan AS – China


Sepanjang tahun 1980, normalisasi hubungan politik dan reformasi ekonomi China membuka jalan bagi percepatan dalam pertukaran barang, nilai, ide, personil, dan teknologi. Hal ini juga berpengaruh terhadap perdagangan AS– China. Perdagangan AS–China merupakan perdagangan dua arah yang saling menguntungkan, meskipun dalam sudut pandang AS, perdagangan China masih kecil. Namun demikian, pada tahun 1984 AS telah mitra dagang ketiga terbesar bagi China setelah Jepang dan Hongkong.

Sebagai mitra dagang ke-14 terbesar bagi AS, di sisi lain, China telah menyumbang 1,7% dari total perdagangan luar negeri AS pada tahun 1988 dan 2,2% di tahun 1990. Seiring dengan perkembangan hubungan yang terjadi antara kedua negara, AS-China semakin meningkatkan perdagangan keduanya. China telah menjadi pasar ekspor yang membuat pertumbuhan ekspor berkembang, sedangkan China yang telah mengalami peningkatan perekonomian juga gencar dalam mengimpor barangbarangnya ke AS. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah bagaimana siklus perdagangan AS – China. Walaupun AS hanya mengalami surplus pada 4 tahun pertama atas perdagangannya dengan China dan pada tahun berikutnya mengalami defisit. Namun, pada tahun 1981 dan 1982 AS kembali mengalami surplus dagang atas China dan tahun berikutnya mengalami defisit perdagangan walaupun dalam jumlah yang tidak begitu besar karna total perdagangan kedua negara yang memang belum terlalu signifikan.

image

Secara ekonomi – politik, AS akan mendapatkan beberapa keuntungan dalam berhubungan dengan China karena potensi ekonomi China yang sangat menjanjikan. Hal ini dibuktikan dengan tingkat GDP China yang terus meningkat dan perluasan hubungan kerjasama perdagangan dengan negara – negara industri Barat lainnya.

China telah menjadi potensi pasar yang menjanjikan bagi AS. Salah satu perubahan penting yang memfasilitasi hubungan ekonomi AS – China adalah liberalisasi. Pada tahun 1980, ekspor ke China telah berubah dari kategori Y (Perjanjian Warsawa) ke kategori P (mitra dagang baru AS), dan kemudian, pada May 1993 dibawah pemerintahan Reagen, menjadi kategori V (sekutu AS). Dengan berubahnya status ekspor China telah menjadikan hubungan kedua negara yang sangat signifikan dengan terjadinya peningkatan volume perdagangan kedua negara.

Pertumbuhan perdagangan yang cepat terkadang menyebabkan reaksi besar. Hal ini yang juga dirasakan AS dalam peningkatan perdagangan dengan China. Sebagai contoh semakin banyaknya produk tekstil China yang memasuki pasar AS, hal ini memicu kemarahan dari industri tekstil AS dan dukungan politik yang kuat memicu proteksionisme di AS.

Dalam reaksi terhadap meningkatnya defisit perdagangan global dan meningkatnya tekanan dari sektor manufaktur pada tahun 1980, Kongres AS menciptakan hukum hambatan untuk impor tekstil China. Dibawah Perjanjian Multifiber dan Agremeent in Textiles and Clothing (ATC) yang mengatur perdagangan internasional tekstil dan pakaian jadi dari tahun 1974 hingga 2004 yaitu “negara maju dapat secara sepihak menetapkan kuota pada jumlah dan kategori impor tekstil dari negara – negara berkembang untuk mencegah gangguan pada pasar”. Selama tujuh tahun sejak penandatanganan perjanjian tekstil AS-China pada tahun 1980 sampai kesepakatan ketiga pada tahun 1987, kategori tekstil China dibatasi oleh kuota tumbuh dari 8 menjadi 87, dan lebih dari 85% dari ekspor China diletakkan dibawah sistem kuota. Dari 1987 sampai 1991, periode yang dicakup oleh tiga perjanjian, tingkat pertumbuhan tahunan yang diizinkan untuk ekspor tekstil China adalah 3%, menurun dari 19% pada tahun sebelumnya.

Dalam hubungan perdagangan AS – China, hubungan kedua negara memang diwarnai surplus dan defisit perdagangan. Ketika terjadi penguatan hubungan timbal-balik, AS dan China ternyata juga menanam bibit masalah dan konflik baru yang kemudian menyebabkan perdebatan sengit di tahun 1990-an. Pada tahun 1980-an, komoditas yang diperdagangkan kedua negara itu saling melengkapi dan bukan kompetitif seperti apa yang terjadi pada saat ini. Kedua negara, bagaimanapun, berbeda pada tingkat ekspor China dan ketidakseimbangan perdagangan, meskipun fakta bahwa perbedaan statistik belum menjadi masalah besar. Namun hubungan perdagangan kedua negara telah mulai terdapat konflik – konflik bermuatan politik yang berpengaruh terhadap hubungan dagang kedua negara.

Periode ini penting untuk dijadikan perspektif karena pada periode ini dapat dilihat hubungan AS – China dari beberapa segi. Pertama, pada akhir tahun 1980, faktor ekonomi telah mengasumsikan hubungan kedua belah pihak yang tidak dapat ditawar lagi. Seperti yang dapat dilihat, pemulihan hubungan AS– China awalnya didasarkan pada perimbangan geopolitik, didorong oleh persaingan AS–Soviet dan China–Soviet selama Perang Dingin dan tanpa pengaruh langsung pada masing–masing ekonomi negara. Dalam satu dekade, hal tersebut berubah signifikan. Pada awal pemerintahan Bush tahun 1989, investasi langsung AS di China mencapai 284 juta dolar, dan sekitar 100.000 pekerja AS sangat bergantung pada ekspor ke China. China juga mulai berperan dalam catatan keuangan AS dan pasar obligasi. Hal ini telah mengindikasi bahwa telah terbentuk interdependensi antara AS dan China.

Kedua, pada tahun 1980-an, peningkatan keterlibatan Kongres dan kelompok - kelompok lobi politik dalam membuat kebijakan terhadap China mengurangi kekuatan eksekutif dan kemampuan untuk terlibat dalam jenis diplomasi rahasia yang telah menyebabkan mencairnya hubungan pada awal tahun 1970. Pembaruan status MFN China merupakan hambatan lanjutan untuk China hingga aksesi China ke WTO pada tahun 2001. Secara hukum, anggota Kongres bebas untuk mengangkat keprihatinan apapun tentang China, terutama HAM, dan presiden berkewajiban untuk merespon. Perdebatan sengit atas China membuat perdebatan dalam Dewan Perwakilan, terutama setelah 1989 antara kongres, presiden, orang China dan kelompok kepentingan lainya berselisih atas masalah yang ada. Hasilnya adalah hubungan bisnis kedua negara terlibat dalam permasalahan yang kompleks dan berpotensi mengganggu stabilitas politik luar negeri, perdagangan, ideologi, eknologi, politik dan perekonomian dalam negeri.

Ketiga, masalah yang dialami oleh kedua belah pihak merupakan konsekuesi dari kemajuan pesat dalam komunikasi antara dua masyarakat yang sangat berbeda. Sebagai contoh, pada tahun 1979, hukum pertama Joint Venture China mulai berlaku dan memberikan efek sebagai langkah maju membuka diri bagi China untuk investasi asing. Dalam tiga tahun berikutnya, daftar panjang organisasi dan peraturan baru diciptakan, dimaksudkan untuk menarik dan menyalurkan dana asing. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor bangkitya China menjadi negara dengan perekonomian yang dapat dikatakan cukup pesat pada saat itu.

Pada dasarnya AS telah melihat China sebagai pasar yang cukup menjanjikan pada masa akan yang akan datang, namun sistem ketertutupan China dari akses internasional pada masa sebelumnya menjadikan China sebagai negara yang belum terekspos akan komersialitasnya. Contoh dari keprihatinan Amerika terhadap lingkungan komersial di China diterbitkan dalam jurnal bisnis AS pada tahun 1983 memberikan beberapa alasan untuk hal ini:

  1. China dipandang sebagai pasar yang berpotensi besar tetapi secara statistik kurang dapat didefinisikan karena ketertutupan China akan akses internasional pada masa lalu

  2. Sebagai pusat perencanaan ekonomi, penjualan sebagian besar didasarkan pada kontrak daripada keputusan pembelian otonomi

  3. Dukungan investasi mahal, termasuk biaya kantor di China dan persyaratan yang cukup untuk waktu pelaksanaan, perjalan dan perhatian.

  4. Struktur pengaturan dan pengembangan hukum masih baru dan pengalaman dengan interpretasi operasional masih kurang.

Unsur utama keempat dalam perkembangan ekonomi pada akhir 1980 adalah kecemasan AS yang besar terhadap defisit perdagangan dengan Chinahanya satu aspek (tapi yang penting) dari peningkatan hutang internasional AS, naik dari 26 miliar dolar pada akhir tahun 1970 menjadi 126 miliar dollar pada tahun 1988. Ketidakseimbangan perdagangan China, seperti dengan Jepang dan Taiwan, menyebabkan tuntutan dari domestik AS untuk counterprotectionis serta langkah–langkah untuk membuka pasar China dan meningkatkan transparansi aturan perdagangan China