Bagaimana pengendalian penyakit Babesiosis?

Babesiosis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Babesia sp dan terdistribusi di dalam sirkulasi darah. Penyakit ini tersebar luas di seluruh dunia dan menyerang binatang liar dan ternak, terutama ternak sapi yang dipelihara di daerah tropis dan sub tropis. Morfologi Babesia sp sangat khas, yaitu berbentuk seperti buah pear (the pear shaped form) yang berada didalam butir darah merah (intraerythrocytic) inang yang terinfeski. Disamping itu, kasus Babesiosis juga dilaporkan menyerang pada manusia sehingga dimasukkan ke dalam penyakit zoonosis. Rata-rata prevalensi babesiosis sapi potong asal Australia berdasarkan pemeriksaan darah di pelabuhan Tanjung Priok mencapai 10,5%. Mortalitas akibat Babesiosis berkisar antara 5 – 10% meskipun ternak telah diobati. Adapun jika tidak dilakukan tindakan pengobatan, mortalitas dapat mencapai 50-100%.

image

PENGENDALIAN

1. Vaksinasi dan Pengobatan

Hewan yang menderita babesiosis dapat diobati degan diminazene diaceturate, imidocarb, amicarbalide. Efektiftas pengobatan sangat tergantung pada deteksi dini penyakit ini. Vaksinasi menggunakan B.bovis dan B.bigemina yang telah dilemahkan untuk mengurangi virulensinya, dilaporkan cukup efektif dan banyak dilakukan dibeberapa negara, seperti Argentina, Brazil, Uruguay dan Afrika. Sapi-sapi yang diimport sebaiknya divaksinasi di negara asal beberapa bulan sebelum dikapalkan. Apabila hal ini tidak mungkin dilakukan, maka sapi-sapi tersebut harus dikarantina dan terlindung dari infestasi caplak saat vaksinasi dilaksanakan di negara penerima. Jika ternak yang divaksinasi dalam jumlah besar, maka transpor vaksin harus diatur sedemikian rupa sehingga sampai di tempat tujuan dalam waktu 2-3 hari pasca pembuatan di laboratorium. Vaksin tidak disarankan untuk diberikan pada hewan yang bunting dan sedang berproduksi, sedangkan vaksinasi pada anak sapi tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya. Vaksinasi dari agen yang dimatikan (killed vaksin) dibuat dari darah anak sapi yang diinfestasi dengan B. divergens. Namun demikian informasi vaksin jenis ini masih terbatas.

Dosis tunggal vaksinasi pada sapi yang berumur 6 – 9 bulan mampu melindungi ternak dalam jangka waktu yang panjang. Dewasa ini telah diproduksi vaksin trivalent (mengandung B.bovis, B.bigemina dan A.Marginale) atau vaksin bivalent (mengandung B.bovis dan A.Marginale).

Vaksin trivalent lebih direkomendasikan untuk sapi Bos taurus, sapi pemacek/ bibit dan sapi yang berasal dari daerah bebas caplak. Adapun vaksin bivalent direkomendasikan untuk Bos indicus dan sapi persilangan yang berada di daerah terinfestasi caplak.

2. Pelaporan, Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan

a. Pencegahan

Langkah pencegahan dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak dengan ternak yang diinfestasi oleh tungau karena berpotensi untuk menularkan babesiosis, misalnya dengan melakukan penyemprotan insektisida atau repellant. Beberapa jam setelah digigit tungau yang terinfestasi Babesia sp, hewan akan menderita babesiosis.

b. Pengendalian dan Pemberantasan

Pengendalian Babesiosis harus dilakukan dengan cara mengkombinasi antara kontrol terhadap penyakitnya dan vektor caplak. Pengobatan babesiosis dapat dilakukan seperti yang dijelaskan pada point E.1. Sapi yang akan diimport berasal dari daerah endemik babesios sebaiknya berumur kurang dari 12 bulan.

Referensi: