Bagaimana Pengaruh Wayang Kulit Dalam Perkembangan Islam?

Sebagian kalangan memiliki anggapan bahwa banyak makna wayang kulit yang bisa diambil sebagai sebuah pelajaran bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Hal inilah yang membuat kesenian wayang kulit, tidak hanya dianggap sebagai sebuah media hiburan atau sekadar hasil budaya manusia saja. Wayang kulit sudah dianggap sebagai salah satu media bagi manusia untuk belajar bagaimana menghadapi kehidupan di dunia, serta sebuah tuntunan untuk membuat hidup yang lebih baik bagi sekitar mereka.

Pada masa lalu, sebelum Islam dikenal oleh masyarakat, wayang kulit masih digunakan sebagai media hiburan. Tokoh wayang kulit pun dibuat dengan bentuk menyerupai manusia. Namun, ketika era Wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam maka wayang pun mulai berubah. Hal ini seiring dengan ajaran agama Islam yang melarang penggunaan bentuk atau gambar dari makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia. Meski begitu, Sunan Kalijaga sebagai salah satu diantara sembilan wali tersebut, tidak serta merta melarang budaya wayang. Oleh Sunan Kalijaga, bentuk wayang dimodifikasi dari yang sebelumnya menyerupai bentuk manusia, menjadi bentuk wayang seperti yang dikenal sekarang ini.

Sunan Kalijaga memiliki pandangan yang sangat bijak dalam melihat kebudayaan wayang kulit pada saat itu. Sang Sunan yang berwawasan luas, melihat adanya makna wayang kulit yang mendalam, dan bisa disinergikan dengan ajaran agama Islam yang sedang disebarkannya. Melalui wayang kulit, Sunan Kalijaga banyak menyampaikan ajaran agama Islam kepada masyarakat pada saat itu, yang mayoritas belum banyak mengenal agama tersebut. Dengan wayang kulit tersebut, Sunan Kalijaga memperkenalkan ajaran agama Islam dengan cara yang cukup bijak. Alhasil masyarakat tidak merasa sedang digurui atau diberikan ceramah. Sebaliknya, masyarakat lebih merasa sedang menyaksikan media hiburan yang di dalamnya berisi banyak petuah bijak. Sehingga tanpa disadari, mereka mulai memahami mengenai ajaran agama Islam yang dibawa oleh Sunan Kalijaga tersebut.

Proses pendekatan yang menggunakan media kebudayaan ini, khususnya wayang kulit mampu membuat ajaran agama Islam dikenal oleh masyarakat, tanpa harus menimbulkan gesekan atau pertentangan. Hal itu karena ajaran agama Islam ini diberikan dan diperkenalkan secara lemah lembut dan menarik. Dengan demikian, masyarakat pun menjadi tertarik atas ajaran Islam tersebut tanpa harus dipaksa atau diberikan iming-iming hadiah. Pada masyarakat modern, wayang kulit lebih digunakan sebagai media hiburan. Selain itu, wayang kulit juga menjadi sebuah khazanah budaya yang harus dijaga kelestariannya. Wayang kulit tidak lagi digunakan sebagai media dakwah untuk ajaran agama tertentu saja. Lebih jauh, makna wayang kulit bisa menjadi sebuah media untuk mengingatkan manusia secara umum mengenai ajaran kehidupan yang baik. Berbagai kisah dalam pagelaran wayang kulit tersebut, mampu menjangkau semua kalangan dari berbagai latar belakang agama yang berlainan.


Bagaimana menurut anda pengaruh wayang kulit dalam perkembangan Islam ?

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Wayang kulit, oleh walisongo, dijadikan salah satu metode dalam mensosialisasikan ajaran Islam kepada masyarakat. Bagi penonton sajian wayang dianggap tidak pernah menggurui, akan tetapi lebih banyak mempersilahkan penonton mencari sendiri arti yang terkandung dalam pertunjukan tersebut.

Transformasi nilai-nilai agama dalam seni pertunjukan yang begitu nampak dan dapat segera dicerna menjadi daya magis bagi masyarakat luas bukan hanya sekedar untuk menikmati sebuah pementasan namun juga sebagai sarana untuk belajar dan berfikir tentang apa yang telah diceritakan dalam cerita wayang yang ditampilkan oleh dalang.

Dalam sejarahnya Islam juga turut berperan dalam perkembangan wayang baik dalam bentuk wayang maupun dari isinya, dimana pada masa Wali Songo bentuk wayang dulunya menyerupai bentuk manusia, kemudian Wali Songo sepakat merubah bentuk wayang menjadi “gepeng” seperti bentuk wayang sekarang ini, bahkan pada masa itu pewayangan sebagai media dakwah yang paling efektif, karena masyarakat Jawa pada umumnya menyukai musik gamelan, sehingga munculnya pewayangan memberikan daya tarik tersendiri.

Salah satu tokoh wayang yang menjadi bukti penyebaran Islam di Jawa dengan menggunakan wayang kulit adalah tokoh-tokoh wayang punakawan. Punakawan tidak ada dalam cerita hindu-budha.

Dalam wayang kulit, punakawan ini paling sering muncul dalam gorogoro, yaitu babak pertujukan yang seringkali berisi lelucon maupun wejangan.

Biasanya sebelum muncul para punakawan pasti ada semacam kata pembuka yang diawali dengan:

Goro-goro . . .
Goro garaning manungsa sak pirang-pirang,
Yen diitung saka tanah jawa nganti bumi sebrang,
Uripe manungsa kena kaibaratake kaya wayang,
Mrana-mrene pikire mung tansah nggrangsang,
Nanging keri-kerine mung oleh wirang.
Goro-goro . . .
Wolak-walike jaman menungsa kakean dosa,
Merga ora ngerti tata krama,senengane tumindak culika,
lan nerak uger-ugere agama,
Wani nekak janggane sapada manungsa
Eling-eleng deweke duwe panguwasa
Najan to olehe nekak ora pati loro,
Nanging saya suwe ya saya kroso
Ora sanak ora kadang waton atine bisa lega
Goro-goro . . .

Goro-goro jaman kala bendu
Wulangane agama ora digugu,
Sing bener dianggep kliru sing slah malah ditiru,
Bocah sekolah ora gelem sinau,
Yen dituturi malah nesu bareng ora lulus ngantemi guru,
Pancen prawan saiki ayu-ayu,
Ana sing duwur tor kuru,ana sing cendek tor lemu,
Sayang sethitek senengane mung pamer pupu.
Goro-goro . . .
Goro-goro jaman,jaman kemajuan
Uripe manungsa wis sarwa kecukupan,
Ora kurang sandang,pangan,papan,lan pendidikan,
Ananging malah akeh wong sing menggok ndedalan,
Kayu,watu kanggo sesembahan,domino,lintrik kanggo panggautan,
Senengae mung muja bangsane jin klawan syetan,
Dasar menungsa sing tipis iman

Terjemahannya adalah sebagai berikut:

Kejadian-kejadian . . .
Kejadian dari ulah manusia banyak sekali
Jika dihitung dari tanh Jawa sampai ke luar negeri
Hidup manusia seperti budaya seni wayang
Kesana kemari yang dipikir hanya memperkaya diri (rakus)
Namun akhirnya pasti akan mendapat kerugian (kenistaan)
Kejadian-kejadian . . .
Bolak-balik jaman manusia banyak dosa
Karena tidak tahu kebajikan (tata krama)
Hanya senang menjalani yang nista
Dan (ia) melanggar aturan-aturan agama
Berani mencekik (leher) sesama manusia
Mentang punya kedudukan
Walaupun tidak terasa sakit
Lama-lama semakin terasa
Kejadian-kejadian . . .
Kejadian-kejadian waktu tersiksa
Ajaran agama tidak di hiraukan
Yang benar dianggap salah, yang salah justru jadi tuntunan
Anak sekolah tidak mau belajar
Jika diajari tidak menghiraukan, jika tidak lulus, guru yang jadi sasaran

Gadis sekarang memang cantik-cantik
Ada yang tinggi langsing, ada yang kecil imut
Namun sayang hanya pamer tubuh (paha)
Kejadian-kejadian . . .
Kejadian-kejadian jaman, jaman kemajuan
Kehidupan manusia serba kecukupan
Tidak kurang sandang, pangan dan papan juga pendidikan
Tapi banyak yang keluar (belok) dari jalan (ajaran) utama
Kayu dan batu jadi kepercayaan, permainan kartu (domino dan lintrik)
sudah menjadi kebiasaan
Senang memuja jalan yang sesat (Jin dan Syetan)
Dasar! Manusia yang tipis iman

Selanjutnya dialog dilanjutkan yang di sebut dengan pelungan

Adam-adam babuh lawan
Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya
Dangiang wayang wayanganipun
Perlambang alam sadaya
Semar sana ya danar guling
Basa sem pangangen-angen
Mareng ngemaraken Dzat Kang Maha Tunggal
Wayang agung wineja wayang tunggal
Wayang tunggal.

Terjemahannya adalah sebagai berikut:

Manusia-manusia berani melawan
Dari yang memberi kehidupan yang indah
Seperti bayang-bayangnya sendiri
Melambangkan alam semesta
Susah senang bergulirnya waktu
Menjadi kiasan bahasa
Adalah milik Tuhan yang maha tunggal
Segala kehidupan itu mejadi sebuah contoh
Sebuah contoh

Dari dialog tersebut dapat diambil maknanya bahwa betapa keimanan itu harus dijaga agar tidak salah dalam melangkah baik dunia maupun akhiratnya, maka cerita yang ada dalam kisah punakawan tersebut dapat di katakan sebagai perwujudan dari kehidupan manusia, dalam perbuatan baik dan buruk.