Saya terbujuk untuk melihat film ‘In The Tall Grass’ karena mengetahui bahwa film ini merupakan adaptasi dari novel Stephen King, penulis yang suka mewujudkan monster melalui tulisan. Saya sendiri pernah membaca novelnya yang berjudul ‘it’ dan memang telah difilmkan menjadi dua bagian yaitu it (2017) dan it Chapter Two (2019).
Kesan pertama saya ketika melihat film ini cerah sekali pemandangan untuk sebuah film horor. Warna langit yang biru kontras dengan hamparan rumput hijau tinggi yang bergoyang-goyang diterpa angin. Ditambah lagi dengan gaun Becky yang berwarna biru cerah dan mobil Cal yang berwarna merah, untuk setengah jam pertama saya merasa seperti melihat film bertema rekreasi (yang kemudian nyasar ).
Pemain yang Berlari dan Penonton yang Capek
Sumber: https://theslanted.com/
Saya tipe yang menikmati film berapapun durasinya dan film ‘In The Tall Grass’ termasuk film yang singkat karena berdurasi 90 menit tapi masalahnya saya capek sekali ketika menonton film ini. Salah satu pemicunya adalah bentuk alur dan pola logika dari film yang tidak jelas, beda dengan alur yang tidak tertebak. Saya merasa alur cerita belum dinalarkan sesuai pola logika manusia pada umumnya sehingga terkesan ajaib dan terlalu aneh.
Contohnya ketika Tobin berkata pada Travis bahwa ia merupakan suara laki-laki yang memanggilnya sehingga masuk ke hamparan rumput, tetapi melihat penataan mobil parkir yang ada di gereja malah terlihat sudah ada mobil-mobil lain yang terparkir padahal apabila mengikuti alur alasan orang-orang masuk ke dalam hamparan rumput maka Travis merupakan orang pertama yang masuk.
tapi kan ini film horor fantasi mas, ya emang gabisa dihubungin sama nalar…
Eits, di film ‘it ’yang juga merupakan film horor fantasi adaptasi dari Stephen King bentuk alur sudah tertata mengikuti konsep berpikir manusia pada umumnya sehingga ketika mengetahui fakta-fakta penyebab fenomena ‘horor’ tersebut penonton jadi bisa merespon dengan ‘ohhh’ daripada ‘hah?’. Ketika penonton dibuat berpikir dan disajikan jawaban yang sesuai pola berpikir manusia pada umumnya maka tidak ada kata capek ketika menonton, karena tebakan penonton akan terjawab sesuai atau di luar ekspektasi mereka.
Jangan menunggu jatuh di lubang yang sama tapi jauhi lubang orang lain dari pengalaman yang telah mereka jalani
Sumber: allhorror.com
Saya merasa capek karena diputar-putar oleh alur cerita dan terus mengatakan ‘hah?’ disepanjang film, tapi setidaknya terdapat satu pembelajaran pasti yang dapat diambil dari film ‘In The Tall Grass’. jangan menunggu jatuh di lubang yang sama tapi jauhi lubang orang lain dari pengalaman yang telah mereka jalani.
Pesan ini saya ambil ketika Travis, orang yang (seharusnya) pertama kali masuk ke hamparan rumput memerintah Tobin untuk menghentikan Becky dan Cal masuk ke hamparan rumput karena mendengar suara Tobin berteriak meminta pertolongan. Travis berusaha membuat Becky, Cal, dan Tobin tidak merasakan kembali berada dalam hamparan rumput.
Secara keseluruhan saya kurang merekomendasikan film ini, alur cerita yang njelimet alias berputar-putar dan tidak masuk akal tidak menciptakan kepuasan hingga film berakhir. Tapi apabila Youdics senang menikmat horor fantasi yang memiliki alur berbelit-belit maka film ini cocok untuk ditonton…