Bagaimana Pendapat Anda Mengenai Fenomena Cancel Culture di Industri Hiburan Korea Selatan?

istockphoto-1279791927-612x612
Beberapa waktu lalu, publik Korea Selatan dikejutkan dengan berita mengenai skandal seorang aktor yang namanya baru saja naik setahun belakangan. Aktor tersebut diketahui melakukan gaslighting kepada kekasihnya dan menyuruhnya melakukan aborsi. Atas skandal yang menimpanya tersebut, project - project yang bekerja sama dengan dirinya, serta beberapa brand menarik kerja sama dengan aktor tersebut dan dikucilkan oleh publik. Tidak hanya kepada aktor ini, sebelumnya banyak aktor dan pekerja seni di Korea Selatan yang terlibat skandal dan akhirnya dikucilkan oleh publik. Hal ini sudah menjadi lumrah di Korea Selatan, atau lebih kita kenal dengan sebutan Cancel Culture.

Cancel culture merupakan praktik untuk menarik dukungan (membatalkan) tokoh masyarakat dan perusahaan setelah mereka melakukan atau mengatakan sesuatu yang dianggap tidak pantas atau menyinggung. Biasanya cancel culture dilakukan dengan memberikan sanksi sosial di internet dan memboikot nama publik figur dari berbagai aktivitas.

Bagaimana pendapat Youdics tentang fenomena ini?

Referensi:
Saint-Louis, H. (2021). Understanding cancel culture: Normative and unequal sanctioning. First Monday. Retrieved from Understanding cancel culture: Normative and unequal sanctioning.

Mungkin saya tidak tahu banyak dan tidak terlalu mengikuti perkembangan dari industri hiburan di Korea Selatan, tetapi menurut beberapa artikel dan pemberitaan yang saya baca, memang cancel culture ini tengah menjadi sebuah " trend " di masyarakat di sana. Cancel culture sendiri merupakan bentuk modern dari praktik ostrasisme (pengasingan) yang dimana dalam hal ini artinya kurang lebih adalah seperti yang sudah di jelaskan di deskripsi tadi, merupakan praktik untuk menarik atau mendorong keluar seseorang dari circle sosial atau pekerjaan yang biasanya dilakukan melalui jalur online (social media) atau jalur perseorangan.

Biasanya cancel culture ini dalam penerapannya di zaman sekarang terutama di dunia entertainment, bertujuan untuk memboikot seseorang yang dianggap kontroversial (entah itu mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak pantas, menyinggung, dan offensive) sehingga orang yang diboikot tersebut tidak dapat mentas di dunia hiburan seperti biasanya. Dan perlu diketahui juga, fenomena cancel culture ini sendiri juga merupakan bagian dari gossip culture yang sudah berkembang di industri hiburan Korea Selatan yang dimana hal - hal yang kontroversial selalu menjadi " prioritas ".

Sejauh ini di Korea Selatan, memang sudah ada beberapa artis yang sudah mengalami cancel culture dari masyarakat dikarekan terlibat skandal kontroversial ataupun memiliki masa lalu dengan track record yang buruk seperti misalnya fenomena cancel culture yang di alami oleh salah satu aktor drama terkenal Korea Selatan, Ji Soo yang di pecat dari drama yang sedang ia mainkan karena masa lalu-nya semasa sekolah sebagai seorang yang kasar dan juga pembully terkuak dan tersebar luas ke media karena pengakuan beberapa korban yang dulu pernah satu sekolahnya dengannya.

Hal ini dikarenakan netizen Korea Selatan sangat aktif menjunjung nilai - nilai budaya dan norma serta sangat ketat dalam mengawasi setiap gerak gerik selebriti. Kritikus budaya pop Kim Hern-sik mengatakan, K-netz masih sangat menjunjung tinggi nilai dan etika. Sehingga, standar moral dinilai masih lebih tinggi daripada privasi individu sang artis. Seorang selebritas dituntut harus memiliki catatan prilaku serta prilaku yang baik. Ini karena mereka dianggap sebagai contoh untuk para penggemar atau pengikutnya, bahkan oleh orang-orang yang melihat mereka.

" Para selebritas yang tak bisa menjaga perilakunya, apalagi mereka yang telah divonis bersalah harus siap di- cancel dan pupus kariernya. Oleh sebab itu, tokoh publik di Korea berisiko diboikot apabila dianggap berperilaku berseberangan dengan masyarakat mayoritas. Beberapa brand mungkin akan memutuskan kontrak, menghadapi risiko penjara, hingga hilang dari muka publik. Baru hanya rumor pun, bisa membuat para artis untuk vakum sementara. "

Sebenarnya kasus cancel culture ini sendiri juga tidak hanya terjadi di Korea Selatan saja, tetapi juga terjadi di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan China. Di AS misalnya, tentu kita masih ingat mengenai boikot yang dilayangkan kepada Harvey Weinstein, seorang produser terkenal hollywood yang memiliki track record buruk sebagai seorang sex offender dan maniak seks yang diketahui telah melakukan pelecehan seksual terhadap puluhan aktris Hollywood di masa lalu dengan berbagai macam tindakan yang tidak senonoh. Banyak artis Hollywood yang sudah membuat pengakuan mengenai pengalaman buruk mereka dengan Weinstein yang mengakibatkan kemarahan warga dan netizen Amerika Serikat yang menyerukan boikot terhadap Weinstein dari dunia hiburan dan semua gelar dan penghargaan yang diberikan kepadanya dicabut.

Pandangan akhir saya sendiri mengenai cancel culture ini adalah saya setuju jika cancel culture digunakan untuk menyadarkan orang - orang yang terindikasi melakukan hal - hal yang tidak baik dan kurang menyenangkan supaya mundur sejenak dan mengintropeksi dirinya supaya kedepannya dapat bersikap lebih baik lagi. Kita tidak boleh juga menggunakan cancel culture untuk membully karena memang semakin kesini, cancel culture menjadi sama dengan cyver bullying. Orang - orang mungkin berbuat kesalahan baik kecil maupun besar dalam hidup mereka, tetapi membullynya juga tidak akan menyelesaikan masalah dan justru akan timbul masalah baru yang lebih besar lagi. Dan, para public figure pun juga harus bisa menjaga sikapnya supaya terhindar dari sanksi sosial yang diakibatkan oleh cancel culture ini.