Bagaimana pandangan Al-Quran tentang kematian Isa Al-Masih?

Al-Quran

Bagaimana pandangan Al-Quran tentang kematian Isa Al-Masih?

Aqidah kaum muslimin yang diajarkan oleh Allah dalam al-Quran, bahwa Nabi Isa ‘alaihis salam masih hidup dan tidak mati.

Allah ceritakan makar orang yahudi dan bantahan terhadap anggap anggapan mereka,

“Karena ucapan mereka (orang Yahudi): “Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (QS. An-Nisa: 157)

Apa Benar Allah Mewafatkan Nabi Isa?

“Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa: 158).

Dalam tafsirnya, Imam Ibnu Athiyah mengatakan,

“Umat Islam sepakat terhadap makna yang disebutkan dalam banyak hadis yang mutawatir, bahwa nabi Isa berada di langit, masih hidup. Dia akan turun di akhir zaman, membunuh babi, mematahkan salib, membunuh Dajjal, memenuhi bumi dengan keadilan, dan agama Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi menang. Beliau juga berhaji ke ka’bah, dan tinggal di muka bumi selama 24 tahun. Ada yang mengatakan selama 40 tahun.” (al-Muharar al-Wajiz, 1:429).

Makna kalimat “Allah Mewafatkanmu”

Sebelumnya kami ingatkan satu prinsip, kembalikan bahasa kepada yang punya.

Al-Quran Allah turunkan berbahasa arab. Untuk menjawab pertanyaan mengenai makna kandungan al-Quran, kembalikan kepada mereka yang paham bahasa arab.

Kita tidak mungkin mengembalikan tafsir al-Quran kepada keterangan pendeta atau orang nasrani. Mereka tidak memiliki kapasitas dalam hal ini. Kecuali jika kita memiliki prinsip bebas nilai, semua relatif, sehingga tidak ada standar kebenaran.

Ayat yang dimaksudkan adalah firman Allah,

(Ingatlah), ketika Allah berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku. (QS. Ali Imran: 55)

Kita simak keterangan Ibnul Jauzi. Beliau menyebutkan perbedaan pendapat ulama tentang masalah ini.

Pertama, kata ‘mutawaffiika’ artinya bukan “mematikan kamu”.

Kata ‘tawaffa’ diturunkan dari kata iftifa’ ‘al-Adad’ yang artinya memenuhi dan menyempurnakan.

Sehingga makna: “inni mutawaffiika” : Aku angkat dirimu dari bumi dalam kondisi sempurna, utuh, tidak mendapatkan dampak buruk sedikitpun dari usaha orang yahudi.

Ini merupakan pendapat al-Hasan al-Bashri, Ibnu Juraij, Ibnu Qutaibah, dan yang dipilih oleh al-Farra’.

Diantara dalil pendukung pendapat ini adalah firman Allah,

“Setelah Engkau menyempurnakanku, Engkau yang mengawasi mereka. Dan Engkau menjadi saksi atas segala sesuatu.” (QS. al-Maidah: 117)

Makna ayat, “setelah Engkau mengangkatku…” karen penyimpangan orang nasrani dilakukan setelah beliau diangkat oleh Allah.

Kedua, kata mutawaffiika artinya mewafatkan kamu, dalam arti mencabut nyawamu.

Namun ini bukan berarti membenarkan keyakinan yahudi bahwa Nabi Isa telah meninggal ketika itu. Akan tetapi, ayat ini mengalamitaqdim wa tak-khir (perubahan urutan). Sehingga, yang seharusnya di belakang, ditaruh di depan. Dan pola bahasa taqdim wa tak-khirsudah dikenal oleh masyarakat arab.

Sehingga tafsir ayat,

“Aku mengangkatmu dan mewafatkanmu…”

Artinya, wafatnya Nabi Isa ‘alaihis salam baru terjadi setelah beliau diangkat oleh Allah ke langit, kemudian nanti akan diturunkan kembali ke bumi.

Ini adalah pendapat az-Zajjaj dan al-Farra’ dalam salah satu pendapatnya.

Said bin Musayib mengatakan, “Nabi Isa diangkat di usia 33 tahun.” (Zadul Masir, 1/347)

Klaim orang nasrani atau orang liberal bahwa ada yang bertentangan dalam al-Quran, sebabnya karena mereka gagal paham terhadap firman Allah. Karena mereka berbicara di luar kapasitasnya. Andai mereka diam, tentu saja lebih terhormat.