Bagaimana model pendidikan inklusi?

image

Dalam dunia pendidikan secara general dikenal dengan beberapa model pembelajaran. Begitu pula dengan pendidikan inklusi, dalam proses belajar mengajarnya juga diperlukan model pembelajaran. Bagaimana model pendidikan inklusi?

Dengan ditetapkannya sistem pendidikan inklusi, Pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Luar Biasa telah merumuskan tiga model layanan pendidikan inklusi. Ketiga model tersebut adalah :

  • Model 1 : Pendidikan inklusi diimplementasikan di sekolah umum yang menyertakan anak-anak yang mengalami kelambanan belajar dan anak yang mengalai kesulitan belajar. Model ini telah diujicobakan pada 1 gugus SD terdiri atas 7 SD yang berada di kecamatan Karang Mojo, Gunung Kidul, Yogyakarta.

  • Model 2 : Pendidikan inklusi merupakan layanan bagi anak penyandang cacat yang telah belajar di SLB selama periode tertentu, kemudian mereka ke sekolah umum dengan bantuan guru pembimbing khusus.

  • Model 3 : Pendidikan inklusi merupakan layanan pendidikan bagi anak penyandang cacat di sekolah umum sejak awal yang secara eksplisit menyebutkan bahwa sekolah tersebut akan menerima anak yang menyebutkan bahwa sekolah tersebut akan menerima anak yang memerlukan kebutuhan pendidikan khusus dengan mencantumkannya dalam edaran Penerimaan Siswa Baru.

Sedangkan penempatan anak penyandang cacat di kelas inklusi dapat dilakukan dengan berbagai model sebagai berikut :

  • Kelas reguler (inklusi penuh) : Anak penyandang cacat belajar bersama anak lain (normal) sepanjang hari di kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama

  • Kelas reguler dengan cluster : Anak penyandang cacat belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus.

  • Kelas reguler dengan pull out : Anak penyandang cacat belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.

  • Kelas reguler dengan cluster dan pull out : Anak penyandang cacat belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.

  • Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian : Anak penyandang cacat di dalam kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler.

  • Kelas khusus penuh : Anak penyandang cacat belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler.

Dengan demikian, pendidikan inklusi tidak mengharuskan semua anak penyandang cacat berada di kelas reguler setiap saat dengan semua mata pelajarannya (inklusi penuh), karena sebagian anak penyandang cacat dapat berada di kelas khusus atau ruang terapi berhubung tingkat kecacatannya yang cukup berat. Bahkan bagi anak penyandang cacat berat mungkin akan lebih banyak waktunya berada di kelas khusus pada sekolah umum. Kemudian, bagi yang kecacatannya sangat berat dan tidak memungkinkan di sekolah umum, dapat ditempatkan di SLB atau tempat khusus (rumah sakit).

Setiap sekolah inklusi dapat memilih model kelas inklusi mana yang akan diterapkan terutama bergantung pada :

  • Jumlah anak penyandang cacat yang akan dilayani,
  • Jenis kecacatan masing-masing anak,
  • Tingkat kecacatan anak,
  • Ketersediaan dan kesiapan tenaga kependidikan, serta
  • Sarana-prasaran yang tersedia.