Bagaimana Metode Analisis Struktural Karya Sastra Ala Todorov?


Salah satu kajian struktural bisa menggunakan metode analisis Todorov.

Bagaimanakah metode analisis struktural karya sastra ala Todorov?

Metode Analisis Struktural Karya Sastra Ala Todorov

Dalam teorinya Todorov (1985:11-13) menyatakan bahwa pada hakikatnya karya sastra (fiksi) terbangun oleh unsur-unsur yang beragam, yaitu unsur yang hadir bersama dan unsur yang tidak hadir (dalam teks). Unsur yang hadir bersama, dalam arti unsur yang pertama kita baca dalam teks, disebut dengan istilah koherensi in praesensia; koherensi antara unsur yang hadir (dalam teks, bahasa, wujud verbal) dan unsur yang tidak hadir (dalam arti apa yang ada di balik wujud verbal) disebut koherensi in absensia.

Namun, ada satu hal yang harus diperhatikan, yakni sistem lambang dalam sastra sebagai wacana bahasa. Pada dasarnya, sistem lambang primer (sastra) berbeda dengan sistem lambang sekunder (bahasa) sebagai medium pengungkapannya. Perbedaan itu terletak pada sifatnya yang relatif bebas (berjarak) antara peristiwa atau tokoh-tokohnya dengan kalimat-kalimat konkret yang mengungkapkannya. Oleh karena itu, koherensi struktur itu ditentukan pula oleh hadirnya aspek verbal sistem sastra (fiksi).

Secara ringkas Todorov (1985:12-13) menjelaskan bahwa dalam pemahaman karya sastra ada tiga jalur yang harus ditempuh, yaitu melalui pembahasan (1) aspek sintaksis, (2) aspek semantik, dan (3) aspek verbal. Aspek pertama untuk meneliti urutan peristiwa secara kronologis dan logis khusus di dalam alur; aspek kedua untuk meneliti tema, tokoh, dan latar, ini sudah berkaitan dengan penafsiran makna atas lambang (verbal, bahasa); dan aspek ketiga untuk meneliti sarana atau alat-alat pengungkapannya seperti sudut pandang, gaya, atau pengujaran

  1. Aspek Sintaksis

Aspek Sintaksis atau hubungan in praesentia digunakan untuk menganailisis alur cerita.pengertian ceriita dan alur cerita sering digunakan dalam arti yang berbeda-beda. cerita adalah petanda suatu teks naratif, namun telaah sastra cerita adalah alur. Istilah alur sendiri merujuk pada serangkaian peristiwa yang saling berkaitan secara logis dikarenakan suatu tindakan. Dalam penelitian karya sastra menganalisis struktur cerita bertujuan mendapatkan susunan teks.

Tzvwtan Todorov sependapat dengan Beathes yang mengatakan bahwa karya sastra merupakan sebuah kalimat panjang, sehingga perlu diuraikan menjadi satuan-satuan naratif terkecil dan nenyusunnya kembali berdasarkan hubungan sintagmatignya yang bersifat in praesentia.

Aspek sintaksis ini sulit dilakukakan pemisalahan antara sekuen yang sau dengan yang lain. Sebeb terkadang novel dibagi menjadi beberapa bagian dan terkadang ada beberapa novel yang yang beberapa bagian cerita tersendiri bukan kelanjutan dari bagian sebelumnya. Namun, seharusnya cerita yang seperti itu mempermudah karena setiap bagian terdapat ruang kosong yang merupakan tanda pergantian sekuen sehingga terdapat loncatan ruang dan wantu tertentu (Zaimar, 1991:33).

  1. Aspek Semantik

Pembahasan analisis semantik ditampilkan unsur yang berkaitan dengan tokoh. Todorov menyebutnya analisis in absentia. Hubungan in absentia atau paradigmatik disebut juga aspek semantik.

Aspek semantik adalah hubungan antara unsur yang hadir dan unsur yang tak hadir dalam teks. Dalam analisis ini dibedakan dua jenis semantik, yaitu formal dan substansial. Bagian formal dari aspek semantik menjawab pertanyaan: bagaimana teks mengemukakan makna. Sementara, bagian substansial dari aspek semantik menjawab pertanyaan: apa maknanya. Jadi, bagian pertama menerangkan tentang cara makna itu disampaikan: kiasan, perlambangan, dan/ atau metafora. Bagian kedua dari analisis semantik ini menjawab makna dan kiasan, perlambangan, dan/ atau metaforanya tersebut.

Analisis aspek ruang dan waktu (latar) dapat juga digunakan untuk mencari makna. Ruang dan waktu itu akan menjadi metafora kehidupan di tengah-tengah alam dan masyrakat. Penggunaan metode analisis tokoh juga dapat dipakai untuk mencari makna. Pada bagian ini pembahasan akan difokuskan pada tokoh, khususnya pada tokoh utama yang dihadirkan oleh pengarang dalam cerita, yaitu penampilan, sifat dan sikap, pandangan hidup, dan hal-hal lain. Analisis terhadap tokoh utama dilakukan karena hal ini berkaitan dengan persoalan pemaknaan yang terdapat di dalam diri tokoh yang diwujudkan melalui teks.

  1. Aspek Verbal

Sastra (teks fiksi) adalah sistem sekunder, yang mana meskipun menggunakan bahasa sebagai sarananya, tetap saja berbeda dengan dengan bahasa. Hal ini dikarenakan, aspek verbal adalah di mana suatu peristiwa dan tokoh-tokoh yang diungkapkannya membentuk suatu konfigurasi, yang secara relatif bebas dari kalimat-kalimat konkret yang mengungkapkannya, (maka perlu dipertimbangkan) masalah ketiga yang berhubungan dengan penyajian verbal sistem fiksi itu sendiri (Todorov, 1985: 12).

Aspek verbal suatu karya naratif dibagi menjadi tiga kategori, yaitu modus, kala, dan pandangan. Todorov (1985: 25-26) menyatakan bahwa tingkat kehadiran peristiwa yang diceritakan dalam teks dikemukakan oleh kategori modus. Kategori kala menyinggung mengenai hubungan antara dua jalur waktu, yaitu jalur waktu dalam wacana fiksi dan jalur waktu dalam alam fiktif yang mana lebih rumit. Sedangkan, untuk kategori pandangan adalah sudut pandang dari mana kita mengamati objek dan kualitas pengamatan itu (sebagian atau seluruhnya, benar atau salah).

Seperti yang sudah dinyatakan di atas, bahwa kategori modus berhubungan atau berkaitan dengan tingkat kehadiran peristiwa. Genette membagi peristiwa menjadi dua bagian, yaitu peristiwa kejadian (narrative of event) dan peristiwa ujaran (narrative of words). Selanjutnya, Genette (ibid.: 171-173) menawarkan tiga kategori untuk menelaah peristiwa ujaran, yaitu:

  • Ujaran yang dinarasikan (narrated speech), di mana naratorlah yang berperan sehingga jenis ini memberi kesan yang paling berjarak.
  • Ujaran yang ditransposisi (transposed speech) dengan gaya tak langsung, lebih bersifat mimetis walaupun kehadiran narator masih cukup terasa.
  • Reported speech, jenis yang paling mimetis karena tokoh seolah-olah diberi ruang oleh narator untuk tampil ke depan dengan ujarannya sendiri, sedangkan narator sendiri tidak menunjukkan tanda-tanda kehadirannya.

Selanjutnya adalah kategori kala, yang mana berkaitan erat dengan waktu. Dua tataran waktu yang selalu ada dalam sebuah narrative, yaitu waktu cerita dan penceritaan. Dengan kata lain, perpaduan antara waktu cerita dan peneritaan adalah sebuah karya naratif itu sendiri. Genette menyebut perpaduan ini dengan sebutan atau istilah “order”. Dualisme inilah yang mengakibatkan keduanya bisa sejajar atau juga bersifat anakronis (yang satu mendahului atau didahului yang lain). Todorov (1985: 28) menyatakan bahwa ada dua jenis anakroni, yaitu retrospeksi (penceritaan mundur) dan prospeksi (penceritaan maju). Selain itu kala juga menyinggung soal durasi, yang mana juga bersifat dua dimensi, karena berkaitan dengan durasi cerita/peristiwa dan durasi penceritaannya. Bagian lain dari kategori kala adalah frekuensi, yang tentu saja masih berhubungan dengan waktu.

Kategori terakhir dari aspek verbal adalah kategori pandangan atau sudut pandang. Menurut Todorov (1985: 31) sendiri, peristiwa-peristiwa yang membentuk dunia fiktif tidak dikemukakan sebagaimana aslinya, tetapi menurut sudut pandang tertentu. Analisis kategori pandangan dilihat dari bagaimana seorang narator menceritakan teks cerita. Di mana seorang narator bisa bertutur tanpa terlibat dengan dalam peristiwa, atau juga sebagai tokoh yang terlibat dalam peristiwa. Dengan kata lain sudut pandang merupakan suatu metode narasi yang menentukan posisi atau sudut pandang dari mana cerita disampaikan (Minderop, 2005: 87).