Bagaimana Menyembuhkan Hati Pasca Putus Cinta?

patah hati atau putus cinta

Terkadang kita pernah dibuat kebingungan ketika sahabat kita baru saja patah hati atau putus cinta, dan kita tidak mengerti apa yang harus kita lakukan untuk menenangkan dan menghibur sahabat kita. Menurut kalian, bagaimana menenangkan sahabat yang baru saja putus cinta ?

Individu menggunakan strategi penanggulangan yang berpusat pada masalah dan emosi dalam menghadapi tuntutan internal dan atau ekseternal dalam situasi kehidupan nyata. Individu yang hanya menyelesaikan sumber masalah namun dengan mengorbankan perasaan, tidak dapat dikatakan efektif dalam strategi penanggulangannya. Demikian juga dengan individu yang berhasil meredakan ketegangan emosinya, namun tidak menyelesaikan sumber masalahnya. Untuk mencapai strategi penanggulangan yang efektif, diperlukan penggunaan kedua fungsi strategi penanggulangan tersebut (Lazarus dan Folkman,1984).

Menurut Lazarus (1984), coping memiliki dua fungsi:

  1. Problem-focused coping , yaitu usaha mengatasi stress dengan cara mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya tekanan. Dalam fungsi coping yang berfokus pada masalah orientasinya lebih pada pemecahan masalah dan strategi untuk menyelesaikannya, berarti usaha yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi tuntutan dan situasi yang menekan atau mengerahkan/memperluas sumber daya untuk mengatasi atau mengurangi stress.

Penanggulangan ini biasanya dilakukan terhadap situasi yang dinilai dapat diubah. Strategi penanggulangan ini sering ditujukan untuk merumuskan masalah, membuat beberapa alternatif jalan keluar, mempertimbangkan kemungkinan atas kerugian setiap alternatif tersebut, memilih alternatif yang terbaik dan akhirnya mengambil keputusan untuk bertindak.

Terdapat dua kelompok utama dari coping strategy yang berpusat pada masalah, yaitu coping strategy yang diarahkan pada lingkungan, meliputi bentuk-bentuk strategi yang digunakan untuk mengubah tekanan lingkungan, hambatan-hambatannya, sumber-sumbernya, dan atau mengubah cara yang digunakan. Sedangkan yang diarahkan pada diri sendiri meliputi perubahan kognitif atau motivasi, misalnya mengubah tingkat aspirasi, menguangi keterlibatan ego, mencari cara lain untuk mencapai kepuasan, mengembangkan standar tingkah laku baru dan mempelajari keterampilan baru.

  1. Coping yang berpusat pada emosi ( emotion focused coping )

Emotion-focusedcoping , yaitu usaha mengatasi stress dengan cara mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan. Coping ini diarahkan pada penyesuaian emosi yang ditujukan untuk mengendalikan respon emosional pada situasi yang menimbulkan stress terhadap masalah yang terjadi. Tekanan emosional yang dialami individu dikurangi atau diminimalkan tanpa mengubah kondisi obyektif dari peristiwa yang terjadi melalui pendekatan perilaku dan kognitif. Secara umum bentuk-bentuk penanggulangan yang diarahkan pada emosi banyak digunakan bila seseorang menilai bahwa tidak ada sesuatu yang dapat mereka lakukan untuk mengubah suatu kondisi stress (Lazarus dan Folkman, 1984).

Coping yang berfokus pada emosi disebut juga sebagai reaksi defensif yang berfungsi untuk memelihara harapan dan optimisme, menyangkal fakta dan implikasinya, menolak untuk mengakui hal yang terburuk dan bereaksi seolah-olah apa yang terjadi tidak menimbulkan masalah, karena dipandang tidak ada gunanya untuk mengantisipasi kenyataan buruk yang akan dihadapi. Fungsi ini meliputi proses mengelabui diri dan penyimpangan penilaian terhadap realitas.

Strategi ini sama dengan penilaian kembali ( reappraisal ). Namun, tidak semua reappraisal sifatnya defensif dan diarahkan untuk meregulasikan emosi. Dengan demikian, gerakan kognitif yang mengubah arti dari situasi tanpa mengubahnya secara obyektif disebut penilaian kognitif kembali (cognitive reappraisal).

Jika dikaitkan dengan derajat stres yang dialami oleh individu, kedua strategi ini dapat dipergunakan dalam kadar yang berbeda. Dalam penelitiannya, Anderson (1977) mendapatkan bahwa pada derajat stres yang relatif rendah, maka penanggulangan yang berpusat pada masalah dan emosi dipergunakan pada kadar yang hampir sama, untuk derajat stres yang relatif moderat strategi penanggulangan yang berpusat pada masalah lebih sering dipergunakan, sedangkan untuk derajat stres yang lebih tinggi maka akan lebih sering dipergunakan strategi penanggulangan yang berpusat pada emosi.

Strategi Coping Pasca Putus Cinta


Cinta akan lahir ketika seseorang merasakan adanya rasa cinta atau kenyamanan dan kesenangan saat berhadapan dengan lawan jenis. Oleh karena itu individu yang saling mencintai akan membuat sebuah komitmen hubungan untuk mengikat perasaan cinta tersebut agar menjadi suatu hal yang dapat mendatangkan kebahagiaan. Tetapi dalam perjalanannya, cinta tidak selalu berjalan mulus.

Ada beberapa faktor penyebab putusnya hubungan cinta yang muncul pada setiap pasangan, misalnya terlalu banyak menyimpan rahasia, cemburu atau hilangnya kepercayaan, ditentang keluarga, terburu-buru mengajak menikah, mencintai orang lain, cinta sesaat, dan hubungan jarak jauh (Lindenfield, 2005).

Individu yang mengalami putus cinta pada umumnya akan merasakan kesedihan, shock, marah, dan menyesal, tetapi adapula sebagian diantaranya yang justru bahagia, karena merasa dapat mengambil hikmah dari putus cinta tersebut. Oleh karena itu diharapkan individu mampu menghadapi, mengendalikan, dan mengontrol serta tetap dapat berfikir jernih dalam situasi apapun. Setelah mengalami putus cinta, individu akan melakukan beberapa kemungkinan perilaku dan secara umum akan tergambar dalam bentuk strategi coping yang ada, yakni strategi coping yang fokus pada masalah dan strategi coping yang fokus pada emosi.

Apabila strategi coping yang fokus pada masalah dan strategi coping yang fokus pada emosi itu dilakukannya secara efektif, maka individu akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Tetapi sebaliknya apabila strategi coping yang dilakukannya tidak efektif, maka individu akan merasakan kesulitan dalam menghadapi dan menyesuaikan diri dengan keadaan dan dengan masalah lain yang mungkin akan ditemuinya