Dengan mengacu pada strategi dasar di atas, berikut disampaikan sejumlah tips untuk Anda agar termotivasi, yakni :
1. Berupayalah Merumuskan Tujuan Hidup Anda
Tujuan akan memberikan arah dan makna pada hidup dan kehidupan, menolong Anda memfokuskan upaya-upaya pada hal-hal yang sudah Anda putuskan penting bagi Anda. Tujuan akan memberi arah pada motivasi belajar Anda. Oleh karena itu berupayalah merumuskan tujuan hidup Anda, kemudian Anda dapat menurunkan tujuan jangka menengah dan jangka pendek Anda.
Berikut beberapa hal yang dapat Anda pertimbangkan dalam merumuskan tujuan Anda :
-
Tetapkan tujuan-tujuan yang spesifik dan terukur
-
Identifikasikan tujuan jangka pendek dan tujuan jangka menengah, yang keduanya merupakan langkah-langkah menuju tercapainya tujuan jangka panjang Anda
-
Tetapkan batas waktu (target date) untuk setiap butir bagian tujuan ( sub-goal)
-
Identifikasikan kendala-/hambatan yang sekiranya akan dihadapi, yang akan menghalangi Anda; dan sumber daya yang akan menolong Anda untuk mencapai tujuan Anda. Rencanakanlah bagaimana Anda akan menangani hambatan tersebut.
-
Evaluasi outcome setiap langkah menuju tujuan Anda. Cek diri Anda apakah betul ini yang Anda mau tuju? Apakah betul betul ini yang Anda inginkan? Apakah perlu mempertimbangkan informasi lebih lanjut?
-
Revisi dan modifikasi atau bahkan bisa saja anda ubah tujuan, apabila memang menghendaki demikian.
2. Beri komitmen–Commitment
Setiap tugas merupakan serangkaian tindakan (bukan hanya sejumlah kegiatan). Kadang suatu tugas terdiri dari beberapa tindakan tetapi tidak jarang suatu tugas membu tuhkan banyak tindakan ; dan bukan tidak mungkin diiringi sejumlah „interupsi‟, bahkan muncul tugas lain yang juga perlu segera dikerjakan. Oleh karena itu kita memerlukan komitmen. Komitmen adalah derajat sejauh mana Anda melibatkan /memberikan diri anda pada serangkaian tindakan. Komitmen merefleksikan niat / tekad (intention) dan dedikasi (dedication), kesetiaan dan kesediaan berkorban. Motivasi menjadi tinggi manakala anda membuat komitmen yang kuat. Bisa diungkapkan lain, seakan Anda me ngatakan : Saya sungguh sungguh hendak menyelesaikan tugas ini, dan saya siap berupaya keras untuk menyelesaikannya.
Lebih lanjut, komitmen merupakan sesuatu yang dinamis, bisa membesar atau menguat, bisa juga mengecil/melemah. Jadi Anda perlu merawatnya. Salah satu cara merawat, yaitu dengan menghubungkan apa yang sedang Anda kerjakan/pelajari dengan tujuan Anda ( jangka panjang, jangka menengah atau jangka pendek). Hal ini akan memperbesar minat Anda, dan memberi Anda arah belajar, dan komitmen.
Namun demikian, Anda perlu mawas diri untuk tetap berada di masa kini, karena hanya bila Anda berada di saat kini, barulah Anda bisa sadar akan motivasi Anda dan bisa berbuat. Cara lainnya dengan men-camkan ke diri bahwa setiap tindakan merupakan suatu langkah ke arah tujuan. Sementara seperti pepatah mengatakan : “Perjalanan terpanjang selalu dimulai dengan suatu langkah”, juga “Memulai mengerjakan, sudah menyelesaikan separuh pekerjaan.”. Bertindaklah konsisten dengan tujuan Anda.
3. Temukan Role Model
Belajar menjadi jauh lebih mudah manakala kita mempunyai seorang model untuk itu. Cobalah menemukan role model yang dapat memberi inspirasi bagaimana keuletan, ketangguhan, kecerdasan, jatuh bangunnya dalam berachievement; untuk memicu kita belajar menjadi termotivasi seperti role model tersebut. Manakala Anda sulit menemu kan di sekeliling Anda (sudah langka), maka Anda bisa mendapatkannya dengan membaca biografi dari orang-orang besar yang berhasil di berbagai bidang, ada banyak di seluruh jagat raya ini, termasuk di Indonesia, juga di daerah Anda.
4. Tidak Mudah Menyerah
Manakala Anda menghadapi hambatan, tidak serta merta menunjukkan bahwa Anda harus berhenti berupaya, karena Anda melihatnya sebagai tanda tidak mampu; ataupun lalu Anda jengkel, karena teman tidak mau kerja sama, karena dosennya keter- laluan , karena semua orang lain salah kecuali Anda (outer locus of control) . Hambat an perlu dipersepsi sebagai tanda bahwa Anda membutuhkan tambahan (informasi, skill, teman berdiskusi, dst), maka perbesar lagi upaya Anda, cari mitra diskusi, mitra-konsultasi dan akuilah ke diri bahwa Anda masih memerlukan tambahan pengetahuan, masih memerlukan tambahan skill, belajarlah bagaimana memahirkan skill, masih membutuhkan wisdom, berkonsultasilah dengan Sang Empunya. Yang penting, jagalah agar Anda tidak melengket pada hambatan tersebut, dan menjadi lemah lalu menyerah–malas bahkan apatis.
5. Bersikap Mawas Diri
Otak menyimpan semua hasil rekaman pengetahuan dan penghayatan kita dalam memorinya. Apabila karena satu dan lain hal kita sempat keliru belajar menjadi ‟tidak mampu, tidak berdaya, tidak bisa belajar, maka langkah yang perlu dilakukan adalah merombak hasil belajar tersebut- ’de-learning’ dengan cara memutahirkan (up-dated) selalu mind-set kita. Kembali berdialog dengan diri Anda, dari mana datangnya pikiran tersebut, lalu mutahirkan (teknik stop pikiran lama-ganti dengan pikiran baru)
Salah satu sikap mawas yang perlu dijaga adalah mawas akan kosakata yang Anda ungkapkan baik ke diri maupun ke luar. Kosa-kata yang Anda pakai mencerminkan siapa Anda tetapi juga membentuk diri Anda. Sebagai ilustrasi, apabila kita belum berhasil menguasai suatu mata kuliah, kosakata apakah yang kita keluarkan ( bersuara ataupun dalam hati ?) "Ah memang saya tidak mampu”, ”ah memang bukan jurusan pilihanku”, ” Dosennya tidak becus menerangkan”, ” Sialan, apa sih gunanya belajar ini semua”, dst.
Apabila kosakata itu yang keluar, maka bisa dipastikan Anda kehilangan kesempatan termotivasi. Mengapa tidak seperti Thomas Edison, ketika ia masih selalu gagal menghasilkan nyala bola lampunya, ia menagatakan bahwa "semua upaya yang belum menghasilkan ini merupakan prasarat untuk munculnya nyala pertama dari bola lampunya”. Pada akhirnya kita tahu kosakatanya betul, dan sekarang kita me nikmati hasil jatuh bangunnya.
Pergunakanlah kosakata yang mendukung diri Anda maju, seperti misalnya: ”Saya punya potensi, mungkin belum terpoles, belum terasa; baiklah saya coba memolesnya, ya saat ini saya perlu bantuan, yang dapat memoles potensi saya.” Selanjutnya hindarilah kosakata yang membawa Anda lebih terpuruk lagi, seperti : "Andai saja …”, atau ”Sebenarnya saya bisa, tetapi….”, dsb hanya sebagai pembenaran diri.
Dibalik kosakata yang Anda pergunakan, adalah sikap hidup yang Anda anut, ‟mind-set‟ yang Anda setel. Jadi mulailah dari sana mengubahnya, memutahirkan sesuai tuntutan jaman.
6. Bina Energi yang Anda Butuhkan
Semua yang diuaikan di atas membutuhkan energi untuk melakukannya. Oleh karena itu, Anda perlu menghimpun, merawat dan memanaje energi Anda, baik energi spiritual, emergi psikis maupun energi fisik.
Anda dibekali sejumlah energi hidup, sejak Anda diciptakan. Rawatlah energi tersebut dengan mensyukurinya. Selalulah antusias dalam segalanya. "Ora et labora", berdoa dan bekerja. Artinya, selalulah berkonsultasi dengan Sang Pencipta sebab “blue print” kita ada padaNya. Dengan begitu, energi hidup (vitalitas) kita terjaga, sebab tersambung terus dengan sumbernya.
Pikiran Andapun perlu mendapat asupan yang segar, sehingga bisa selalu bugar. Hal ini bisa Anda lakukan dengan cara atara lain : membaca buku-buku cerita/novel yang inspiratif; tontonlah hanya film atau sinetron, telenovela, tayangan yang inspiratif. Dengarkan ceramah, khotbah, diskusi hal-hal yang inspiratif; kunjungi hasil karya besar yang inspiratif seperti museum, pameran lukisan, pameran seni, dst.
Pergilah ke alam bebas, indahnya panorama, karya Sang Pencipta, pasti inspiratif. Dengan begitu Anda sudah menjaga vitalitas Anda, spiritual dan mental, tinggal lagi mengagumi dan mearawat Karya Besar Sang Pencipta lainnya yaitu tubuh Anda sendiri.
Perhatikan, sayangi dan rawatlah tubuh Anda; tubuh kita luar biasa, kaya inspirasi untuk kehidupan kita di berbagai bidang. Perhatikan, cermati, rawat, maka Anda akan mendapatkan kembali energi fisik yang Anda butuhkan.
7. Seimbang
Kata kuncinya adalah seimbang, dalam pengertian ’steady state’. Hidup ini banyak aspeknya. Dalam upaya belajar menjadi diri Anda yang sesuai dengan fitrah Anda, hendaknya bukan hanya satu aspek saja, tetapi seutuhnya. Bijaklah mempergunakan waktu Anda, agar teralokasi dengan proporsional bagi semua keperluan belajar.