Bagaimana Membangun Hubungan dalam Dunia Kerja melalui Komunikasi?

Dunia kerja merupakan suatu tempat di mana sekumpulan individu dalam melakukan suatu aktivitas kerja, baik di dalam perusahaan maupun organisasi. Masyarakat menyadari bahwa sumber daya manusia adalah salah satu unsur dalam organisasi yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan organisasi tersebut, sehingga maju mundurnya suatu organisasi tergantung pada peran yang dilakukan oleh orang - orang yang berada di dalamnya.

Sesuai dengan KK Kemenkeu, tingkat kemahiran untuk kompetensi komunikasi interpersonal mulai dari tingkat pertama sampai tingkat keempat adalah sebagai berikut:

  1. Menyampaikan informasi dengan baik.
  2. Bersikap terbuka dan mendengarkan orang lain
  3. Mengembangkan hubungan melalui komunikasi.
  4. Menyampaikan informasi secara kreatif.

Menurut Wood, untuk membangun hubungan kerja yang baik maka kita harus tahu bagaimana cara berkomunikasi secara suportif, bagaimana mengungkapkan ide-ide kita secara jelas dan bagaimana mendengar dengan efektif. Hubungan kerja yang baik akan terbangun apabila gaya dan cara komunikasi yang dilakukan bersifat suportif sehingga timbul rasa saling percaya dan saling mendukung di antara sesama rekan kerja. Oleh sebab itu, kita dituntut untuk dapat bersifat terbuka dan mau mendengarkan orang lain. Hubungan kerja yang baik juga akan dipengaruhi oleh kemampuan kita untuk melakukan komunikasi interpersonal dengan baik.

Berikut adalah usaha yang dapat dilakukan untuk membangun hubungan yang baik di dalam dunia kerja, ialah :

1. Mampu Menyampaikan Informasi dengan Baik dan Kreatif

Agar suatu ide dan gagasan yang baik mendapatkan kesempatan untuk dipilih maka orang yang mempunyai ide dan gagasan tersebut harus mampu untuk menjelaskannya dengan baik. Apabila tidak mampu untuk menjelaskannya dengan baik maka ide dan gagasan tersebut tidak akan dapat dimengerti oleh rekan-rekan kerjanya sehingga tidak mempunyai kesempatan untuk dipilih menjadi solusi yang akan dijalankan. Sebaliknya, untuk dapat menangkap ide dan gagasan orang lain, maka kita juga harus mampu untuk mendengar dengan baik sehingga mampu untuk memahami baik yang tersurat maupun yang tersirat.

2. Gaya Bicara Disesuaikan dengan Latar Belakang dan Kedudukan dari Lawan Bicaranya

Misalnya, cara berkomunikasi dengan orang yang lebih tua tentu saja akan berbeda dengan orang yang seusia ataupun lebih muda. Demikian juga, perbedaan kedudukan, pendidikan, kelamin, budaya, etnis, dan latar belakang lainnya harus diperhatikan agar komunikasi yang dilakukan dapat menjadi lebih efektif. Ketidaksesuaian gaya komunikasi yang dilakukan seseorang dengan latar belakang lawan bicaranya akan dapat menimbulkan salah pengertian dan bahkan penolakan dari lawan bicaranya tersebut.

Sebagai contoh, seseorang yang mempunyai kedudukan yang sama berkata kepada rekan kerjanya sebagai berikut, “Laporan ini harus diselesaikan tepat pada waktunya.” Apabila kalimat tersebut disampaikan dengan nada perintah seperti orang tua ke anaknya atau dari atasan ke bawahan maka akan dapat menimbulkan penolakan dari rekan kerjanya tersebut. Namun apabila kalimat tersebut disampaikan dengan nada seperti orang dewasa yang berbicara dengan orang dewasa yang lain atau sesama rekan kerja yang mempunyai kedudukan yang sama maka akan dipandang oleh pendengarnya sebagai suatu informasi atau nasihat antara sesama rekan kerja yang saling mendukung.
hubunganduniakerja

Hubungan dengan rekan kerja di tempat kerja bersifat jangka panjang dan berkelanjutan. Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita untuk dapat membangun hubungan yang suportif baik dengan atasan, bawahan, ataupun sesama rekan kerja. Hubungan yang suportif tersebut akan dapat terbina dengan baik apabila kita mampu untuk melakukan komunikasi interpersonal dengan baik dalam para rekan kerja di lingkungan kerja kita. Dengan hubungan yang suportif tersebut akan dapat meningkatkan kinerja personal dan juga kinerja organisasi secara keseluruhan.

3. Rasa Saling Percaya yang Tinggi

Hal tersebut akan mendorong kita untuk dapat mengenal dan dikenal lebih dekat oleh rekan kerja kita yang lain. Hal ini, tentu saja akan meningkatkan efektivitas kita dalam bekerja dalam suatu tim kerja, sehingga tujuan tim dapat tercapai dengan baik.

Untuk mengenal dan dikenal oleh rekan kerja salah satu hal yang dapat dilakukan adalah bersikap terbuka dan mau mendengarkan orang lain. Komunikasi interpersonal adalah hubungan transaksional yang bersifat timbal balik. Apabila kita ingin didengar maka kita juga harus mau mendengar. Apabila kita mau dikenal maka kita juga harus mau mengenal orang lain.

Dengan sikap terbuka maka kita akan siap dan mau untuk mendengar dan memahami orang lain. Sikap mau benar sendiri, hanya mau didengar dan tidak mau mendengar, sikap bahwa kita mampu untuk melakukannya sendiri tanpa bantuan rekan kerja lain, sikap bahwa kita tidak perlu membangun hubungan dengan rekan kerja karena kita tidak membutuhkan mereka, dan sikap-sikap yang mementingkan diri sendiri dan tidak peduli dengan rekan kerja adalah sikap yang harus dihilangkan untuk dapat membangun hubungan yang lebih baik, intim, dan hangat, serta saling mendukung dengan rekan kerja yang lain.

Menurut Mottet, Vogl-Bauer, dan Ho komunikasi interpersonal bersifat tidak dapat diubah kembali (irreversible) dan tidak dapat diulang kembali (unrepeatable). Artinya, apa yang telah diucapkan tidak dapat ditarik kembali. Sering kita mendengar seseorang menyesali ucapannya dengan mengatakan “Seharusnya saya tidak mengatakan hal tersebut.” “Maaf, maksud saya bukan seperti apa yang saya katakan.” Oleh sebab itu, penting dalam melakukan komunikasi interpersonal kita benar-benar memikirkan terlebih dahulu dengan baik apa yang ingin kita katakan.