Bagaimana mekanisme sensoris penghidu?

sensoris penghidu

Untuk dapat menghidu suatu bau, diperlukan saraf yang bekerja baik. Bagaimana mekanisme sensoris penghidu hingga dapat dipersepsikan di otak?

pembau atau penghidu

Bagian dari fungsi penghidu yang terlibat adalah neuroepitel olfaktorius, bulbus olfaktorius dan korteks olfaktorius.

A. Neuroepitel olfaktorius

Neuroepitel olfaktorius terdapat di atap rongga hidung, yaitu di konka superior, septum bagian superior, konka media bagian superior atau di dasar lempeng kribriformis. Luas area olfaktorius ini ± 5 cm2. Neuroepitel olfaktorius merupakan epitel kolumnar berlapis semu yang berwarna kecoklatan, warna ini disebabkan pigmen granul coklat pada sitoplasma kompleks golgi.

image
Gambar Regio neuroepitel olfaktorius.

Sel di neuroepitel olfaktorius ini terdiri dari sel pendukung yang merupakan reseptor olfaktorius. Terdapat 20-30 miliar sel reseptor. Pada ujung dari masing-masing dendrit terdapat olfactory rod dan diujungnya terdapat silia.

Silia menonjol pada permukaan mukus. Pada neuroepitel ini terdapat sel penunjang atau sel sustentakuler. sel ini berfungsi sebagai pembatas antara sel reseptor, mengatur komposisi ion lokal mukus dan melindungi epitel olfaktorius dari kerusakan akibat benda asing. Mukus dihasilkan oleh kelenjar Bowman’s yang terdapat pada bagian basal sel.

image
Gambar Membran mukus dari neuroepitel olfaktorius.

Melalui proses inhalasi udara, odoran sampai di area olfaktorius, bersatu dengan mukus yang terdapat di neuroepitel olfaktorius dan berikatan dengan reseptor protein G yang terdapat pada silia. Ikatan protein G dengan reseptor olfaktorius akan menyebabkan stimuli guanine nucleotide, yang akan mengaktifkan enzim adenilat siklase untuk menghasilkan second messenger yaitu adenosin monofosfat. Ini akan menyebabkan masuknya Na+ dan Ca2+ ke dalam sel dan menghasilkan depolarisasi sel membran dan menghasilkan penjalaran impuls ke bulbus olfaktorius.

image
Gambar Proses transduksi dari stimulus olfaktorius.

B. Bulbus olfaktorius

Bulbus olfaktorius berada di dasar fossa anterior dari lobus frontal. Bundel akson saraf penghidu (fila) berjalan dari rongga hidung dari lempeng kribriformis diteruskan ke bulbus olfaktorius. Dalam masing-masing fila terdapat 50 sampai 200 akson reseptor penghidu pada usia muda, dan jumlah akan berkurang dengan bertambahnya usia. Akson dari sel reseptor yang masuk akan bersinap dengan dendrit dari neuron kedua dalam gromerulus. Perjalanan impuls di bulbus olfaktorius.

image
Gambar Proyeksi skematik neuroreseptor olfaktorius ke bulbus olfaktorius.

C. Korteks olfaktorius

Terdapat 3 komponen korteks olfaktorius, yaitu pada korteks frontal merupakan pusat persepsi terhadap penghidu. Pada area hipotalamus dan amygdala merupakan pusat emosional terhadap odoran, dan area enthorinal merupakan pusat memori dari odoran.

image
Gambar Korteks olfaktorius.

Saraf yang berperan dalam sistem penghidu adalah nervus olfaktorius (N I). Filamen saraf mengandung jutaan akson dari jutaan sel-sel reseptor. Satu jenis odoran mempunyai satu reseptor tertentu, dengan adanya nervus olfaktorius kita bisa mencium bau seperti bau strawberi, apel, dan lain- lain.

Saraf lain yang terdapat dihidung adalah saraf somatosensori trigeminus (N V). Letak saraf ini tersebar diseluruh mukosa hidung dan kerjanya dipengaruhi rangsangan kimia maupun nonkimia. Kerja saraf trigeminus tidak sebagai indera penghidu tapi menyebabkan seseorang dapat merasakan stimuli iritasi, rasa terbakar, rasa dingin, rasa geli dan dapat mendeteksi bau yang tajam dari amoniak atau beberapa jenis asam. Ada anggapan bahwa nervus olfaktorius dan nervus trigeminus berinteraksi secara fisiologis.

Saraf lain yang terdapat dihidung yaitu sistem saraf terminal (N O) dan organ vomeronasal (VMO). Sistem saraf terminal merupakan pleksus saraf ganglion yang banyak terdapat di mukosa sebelum melintas ke lempeng kribriformis. Fungsi saraf terminal pada manusia belum diketahui pasti. Organ rudimeter vomeronasal disebut juga organ Jacobson’s. Pada manusia saraf ini tidak berfungsi dan tidak ada hubungan antara organ ini dengan otak. Pada pengujian elektrofisiologik, tidak ditemukan adanya gelombang pada organ ini.