Bagaimana mekanisme pencemaran logam di Lingkungan?

pencemaran

Logam berat (heavy metal atau trace metal) merupakan istilah yang digunakan untuk menamai kelompok metal dan metalloid dengan densitas/ berat jenis lebih besar dari 5 g/cm3.

Sesungguhnya, istilah logam berat hanya ditujukan kepada logam yang mempunyai berat jenis lebih besar dari 5 g/cm3. Namun, pada kenyataannya, unsur-unsur metaloid yang mempunyai sifat berbahaya juga dimasukkan ke dalam kelompok tersebut. Dengan demikian, yang termasuk ke dalam kriteria logam berat saat ini mencapai lebih kurang 40 jenis unsur.

Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya. Jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr, As dan lain-lain.

Mekanisme Pencemaran Logam di Lingkungan

Terlepasnya kontaminan ke alam tidak dapat dihindari, hal ini merupakan proses karena adanya pabrik-pabrik serta akibat dari proses penanganan limbah dan pembuangan sampah akhir. Setelah terlepas ke lingkungan, kontaminan akan bereaksi
secara cepat, kadang juga sangat lambat terserap oleh makhluk hidup dan terakumulasi di dalamnya.

Kontaminan terpapar di alam melalui 3 fase yaitu cair, padat dan gas. Dalam fase cair, kontaminan terpapar dengan berbagai cara yakni melalui runoff, langsung dikeluarkan ke badan air di permukaan, dan air lindi ke lapisan air tanah. Sedangkan emisi gas dilepasnya dengan cara emisi padat yang berasal dari danau serta paparan langsung dari cerobong akibat pembakaran tidak sempurna (termasuk di dalamnya hasil pembakaran CO2 dan H2S serta gas bekas pembakaran materi organik).

Pada fase padat, kontaminan ini dapat tercampur dalam gas dan air (baik yang terlarut maupun yang tidak larut dalam air (LaGrega et al, 1994). Pelepasan kontaminan dari
dalam tanah ke lautan terserap oleh biota laut, kemudian terakumulasi oleh biota selama periode tertentu. Terpaparnya kontaminan juga masuk ke dalam sedimen lautan yang akhirnya terserap oleh tanaman dasar laut.

Pada proses tersebut terjadi adsorpsi-desorpsi, serta biodegradasi oleh lingkungan akuatik (LaGrega et al., 1994). Logam berat secara umum masuk ke lingkungan dengan dua cara, yakni secara natural dan antropogenik (terlepas ke lingkungan dengan campur tangan manusia atau tidak alami).

Kondisi alami terlepasnya logam berat di lingkungan akibat adanyapelapukan sedimen akibat cuaca, erosi, serta aktivitas vulkanik. Sedangkan, terlepasnya logam berat secara antropogenik akibat aktivitas manusia diantaranya :

  • electroplating/pelapisan logam,
  • pertambangan,
  • peleburan,
  • penggunaan pestisida,
  • pupuk penyubur tanah, dan lain sebagainya (Ali et al., 2013).

Logam umumnya ditemukan di alam dalam bentuk alami (Forstner et al, 1995). Menurut Darmono (2001) adapun tujuan utama untuk mengetahui konsentrasi logam pada lingkungan perairan adalah:

  • Mengetahui konsentrasi kandungan logam pada hewan air, baik hewan air laut maupun air tawar. Sehingga dapat dicegah terjadinya toksisitas kronis maupun akut pada orang memakannya.

  • Mengetahui konsentrasi logam dalam air dan sedimen, yang nantinya dimanfaatkan sebagai air irigasi ataupun air minum. Sehingga dalam penggunaannya tidak berakibat buruk bagi orang yang mengkonsumsinya.

Dampak Pencemaran Pada Manusia Dan Lingkungan

Arsenik memang dikenal karsinogen atau dapat menyebabkan kanker. Orang yang terlalu banyak terkena zat arsen dari konsumsi air minum disebut arsenikosis. Korban
dari arsenikosis ini tidak akan berdampak dalam waktu dekat, namun dampaknya baru terlihat setelah dalam jangka waktu yang lama (long-term).

Berbagai dampak diantaranya pigmentasi kulit, gangren, dan keratosis, itu pun baru terlihat minimal 5 tahun terkena arsenik yang terakumulasi. Karena keracunan arsen ini tidak langsung dapat dilihat, maka tindakan yang paling mungkin adalah tindakan pencegahan (Paul, 2004).

Kadmium memiliki efek yang sangat unik kepada anak-anak yakni dapat membantu perkembangan otak pada anak. Namun di sisi lain, kadmium memiliki efek yang tidak baik untuk manusia dewasa, diantaranya menaikkan resiko terjadinya kanker payudara, penyakit kardiovaskular atau paru-paru, dan penyakit jantung. Efek lain yang menunjukkan toksisitas kadmium adalah kegagalan fungsi ginjal, encok, pembentukan artritis, juga kerusakan tulang (Chen, 2009).

Logam kadmium (Cd) akan mengalami proses biotransformasi dan bioakumulasi
dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Dalam tubuh biota perairan jumlah logamyang terakumulasi akan terus mengalami peningkatan (biomagnifikasi) dan dalam rantai makanan biota yang tertinggi akan mengalami akumulasi kadmium (Cd) yang lebih banyak (Palar, 2004).

Kadmium dapat terakumulasi dalam di tubuh manusia serta baru dapat keluar dari dalam tubuh, tatapi dengan waktu tunggu berkisar antara 20-30 tahun lamanya. Efek dalam tubuh pun beragam, mulai dari hipertensi sampai kanker (Watts, 1997). ahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami tiga macam proses akumulasi, yaitu fisik, kimia, dan biologis.

Buangan limbah industri yang mengandung bahan berbahaya dengan toksisitas yang tinggi dan kemampuan biota laut untuk menimbun logam-logam bahan pencemar langsung terakumulasi secara fisik dan kimia kemudian mengendap di dasar perairan. Metabolisme bahan berbahaya terjadi melalui rantai makanan secara biologis yang
disebut bioakumulasi (Hutagalung, 1984).

Kadar logam berat yang terdapat dalam tubuh organisme perairan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar logam berat yang terdapat dalam lingkungan hidupnya. Unsur-unsur logam berat dapat masuk ke dalam tubuh organisme dengan tiga cara, yaitu melalui rantai makanan, insang, dan difusi melalui permukaan kulit. Pengeluaran logam berat dari tubuh dan insang serta isi perut dan urine (Bryan, 1976).

Akumulasi pada organisme terjadi karena kecenderungan logam berat untuk membentuk senyawa komplek dengan zat-zat organik yang terdapat dalam tubuh organisme sehingga logam berat terfiksasi dan tidak segera diekskresi oleh organisme yang bersangkutan (Waldichuk, 1974).

1 Like