Bagaimana mekanisme kehamilan bisa membuat gagal jantung?

hamil dan gagal jantung

Salah satu etiologi dari gagal jantung adalah high output states salah satunya adalah kehamilan. Bagaimana mekanisme terjadinya kegagalan jantung pada kehamilan ?

Ketika seorang ibu sedang hamil, maka kebutuhan akan oksigen dan zat-zat makanan akan bertambah selama berlangsungnya kehamilan yang harus dipenuhi melalui darah ibu. Oleh karena itu, banyaknya darah yang beredar pada saat kehamilan akan bertambah, yang menyebabkan jantung harus bekerja lebih berat.

Perubahan hemodinamik yang ditimbulkan oleh kehamilan memiliki efek besar pada penyakit jantung yang diderita oleh wanita hamil. Pertimbangan paling penting adalah bahwa selama kehamilan curah jantung meningkat hingga 30 – 50 %. Hampir setengah dari peningkatan total tersebut terjadi pada 8 minggu dan maksimal pada pertengahan kehamilan. Selain itu, peningkatan dini curah jantung dapat terjadi akibat meningkatnya isi sekuncup disertai berkurangnya resistansi vaskular dan penurunan tekanan darah. Pada tahap kehamilan selanjutnya juga terjadi peningkatan denyut nadi istirahat dan isi sekuncup semakin meningkat akibat meningkatnya pengisian diastolik akibat meningkatnya volume darah.

Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi selama kehamilan, akan tetapi jantung yang sakit tidak dapat menyesuaikan dengan perubahan yang ada.

Akibat perubahan tersebut, frekuensi denyut jantung akan meningkat rata-rata mencapai 88 per menit dalam kehamilan 34-36 minggu. Dalam kehamilan lanjut prekordium mengalami pergeseran ke kiri dan juga sering terdengar bising sistolik di daerah apeks dan katup pulmonal. Wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan gagal jantung sebelum pertengahan kehamilan akibat perubahan hemodinamik yang signifikan.

Pada wanita yang lain, gagal jantung terjadi pada trimester ketiga saat hipervolemia normal pada kehamilan mencapai puncaknya. Akan tetapi, pada sebagian besar kasus, gagal jantung terjadi peripartum saat timbul tambahan beban hemodinamik. Kondisi ini merupakan saat kemampuan fisiologis jantung mengubah curah jantung secara cepat, sehingga sering mengalami kesulitan dalam menghadapi penyakit jantung struktural.

Perubahan volume darah yang terjadi pada penderita penyakit jantung merupakan hasil dari proses adaptasi sebagai upaya kompensasi untuk mengatasi kelainan yang ada, dimana perubahan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kelainan yang ada dan jangka waktu kelainan tersebut timbul. Penderita dengan gangguan kardiovaskular mempunyai toleransi yang sangat buruk terhadap penurunan volume darah dan pada saat yang sama juga tidak beradaptasi terhadap kelebihan volume sirkulasi. Volume darah yang terdapat dalam sirkulasi penderita berada dalam keseimbangan sesuai dengan kelainan yang ada.

hamil dan gagal jantung

Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi ketika seorang ibu sedang hamil.

Perubahan pada Jantung


Perubahan pada sistem kardiovaskuler selama kehamilan ditandai dengan adanya peningkatan volume darah, curah jantung, denyut jantung, isi sekuncup, dan penurunan resistensi vaskuler. Hemodinamik yang pertama kali berubah selama masa kehamilan adalah terjadinya peningkatan denyut jantung. Bermula antara dua sampai lima minggu kehamilan hingga trimester ketiga. Isi sekuncup dan denyut jantung meningkat pada usia awal kehamilan dan menurun pasca persalinan.

Perubahan lainnya yang terjadi adalah rendahnya tekanan darah arteri dan peningkatan volume plasma, volume darah, dan volume sel darah merah, sementara tekanan vena sentral (tekanan di dalam atrium kanan pada vena besar dalam rongga toraks) konstan, yaitu 3-8 cmH2O.

Curah jantung juga meningkat selama kehamilan 30-40% lebih tinggi daripada kondisi tidak hamil pada trimester pertama dan meningkat 40-50% pada trimester ketiga.

Peningkatan curah jantung pada awal kehamilan dipengaruhi oleh estrogen dan menyebabkan banyak bagian dari sistem kardiovaskuler yang mengalami dilatasi, seperti dilatasi jantung, dilatasi aorta, resistensi pembuluh darah ginjal, resistensi plasenta, dan dilatasi sistem vena.

Semua perubahan yang terjadi mendukung perfusi ke tubuh ibu hamil. Dilatasi jantung meningkatkan isi sekuncup secara langsung, dilatasi aorta meningkatkan kerentanan pada dinding pembuluh aorta, dilatasi perifer meningkatkan aliran darah, dan dilatasi vena meningkatkan volume darah. Curah jantung bergantung pada kecepatan denyut jantung dan isi sekuncup. Peningkatan curah jantung menambah beban bagi jantung, terutama bila dikaitkan dengan peningkatan denyut jantung. Dalam hal ini, pengeluaran energi jantung meningkat ketika suplai oksigen menurun. Peningkatan pengeluaran energi jantung disebabkan oleh peningkatan laju aliran darah, terutama aliran turbulensi pada kasus stenosis katup. Adaptasi sistem kardiovaskuler selama kehamilan meningkatkan risiko terjadinya kelainan kardiovaskuler, atau pada beberapa kasus ibu hamil dengan riwayat penyakit jantung sebelum hamil dapat berpotensi menjadi gagal jantung.

Perubahan pada Pembuluh dan Tekanan Darah


Peningkatan curah jantung terjadi akibat peningkatan volume darah. Volume darah meningkat secara progresif selama kehamilan pada usia 6-8 minggu kehamilan dan mencapai puncaknya pada usia 32-34 minggu kehamilan. Jantung harus memompa dengan kekuatan yang lebih besar, khususnya pada saat menjelang aterm, sehingga terjadi sedikit dilatasi.

Hormon progesteron akan menimbulkan relaksasi otot-otot polos dan menyebabkan dilatasi dinding pembuluh darah yang akan mengimbangi peningkatan kekuatan dari jantung. Dengan demikian, tekanan darah harus tetap atau mendekati nilai pada keadaan tidak hamil. Walaupun demikian, seorang wanita hamil cenderung mengalami hipotensi supinasio apabila berbaring terlentang karena vena kava inferior akan tertekan oleh isi uterus yang berat.

Distribusi Aliran Darah


Aliran Darah pada wanita hamil tidak sepenuhnya diketahui. Distribusi aliran darah dipengaruhi oleh resistensi vaskuler lokal. Renal blood flow meningkat sekitar 30 persen pada trimester pertama dan menetap atau sedikit menurun sampai melahirkan. Aliran darah ke kulit meningkat 40 - 50 persen yang berfungsi untuk menghilangkan panas. Mammary blood flow pada wanita tanpa kehamilan kurang dari 1 persen dari cardiac output dan dapat mencapai 2 persen pada saat kehamilan aterm.

Pada wanita yang tidak hamil aliran darah ke rahim sekitar 100 ml/menit (2 persen dari cardiac output) dan akan meningkat dua kali lipat pada kehamilan 28 minggu dan meningkat mencapai 1200 ml/menit pada saat kehamilan aterm, mendekati jumlah nilai darah yang mengalir ke ginjalnya sendiri. Nilai semasa kehamilan pembuluh darah rahim berdilatasi maksimal, aliran darah meningkat akibat meningkatnya tekanan darah maternal dan aliran darah.

Pada dasarnya wanita hamil selalu menjaga aliran darah ke rahimnya, apabila redistribusi aliran darah total diperlukan oleh ibu atau jika terjadi penurunan tekanan darah maternal dan cardiac output, maka aliran darah ke uterus menurun dan tetap dipertahankan.

Vasokonstriksi yang disebabkan katekolamin endogen, obat vasokonstriksi, ventilasi mekanix, dan beberapa obat anestetik yang berhubungan dengan pre eklampsi dan eklampsi akan menurunkan aliran darah ke rahim. Pada wanita normal aliran darah rahim mempunyai potensi dapat dibatasi. Dan pada wanita berpenyakit jantung, pengalihan aliran darah dari rahim menjadi masalah karena aliran darah sudah tidak teratur.

Mekanisme perubahan hemodinamik juga tidak sepenuhnya dimengerti, yang diakibatkan oleh perubahan volume cairan tubuh. Total body water semasa kehamilan meningkat 6 sampai 8 lifer yang sebagian besar berada pada ekstraseluler. Segera setelah 6 minggu kehamilan volume plasma meningkat dan pada trimester kedua mencapai nilai maksimal 1,5 dari normal. Masa sel darah merah juga meningkat tetapi tidak untuk tingkatan yang sama; hematokrit menurun semasa kehamilan meskipun jarang mencapai nilai kurang dari 30 persen.

Arterial compliance meningkat dan terjadi peningkatan kapasitas venous vascular. Perubahan ini sangat penting dalam memelihara hemodinamik dari kehamilan normal. Perubahan arterial yang berhubungan dengan peningkatan fragilitas bila kecelakaan vaskuler terjadi yang sering terjadi pada kehamilan dapat merugikan hemodinamik. Peningkatan level hormon steroid saat kehamilan inilah yang menjadi alasan utama terjadinya perobahan pada vaskuler dan miokard.

1 Like

:heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart:Terima kasih kak, sangat membantu:):heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart::heart: