Bagaimana mata uang Crypto Currency (seperti Bitcoin) dapat menggantikan uang fisik?

Bitcoin adalah mata uang digital berdasarkan teknologi blockchain yang semakin populer. Akhir-akhir ini bitcoin telah menjadi topik yang sering dibahas di kalangan investor, pengusaha dan pedagang. Secara sederhana, bitcoin adalah mata uang digital yang tidak dikendalikan oleh otoritas pusat seperti bank sentral atau pemerintah. Sehingga tidak ada yang mengontrol produksi secara terpusat dan kuantitas bitcoin dibatasi oleh usaha yang dibutuhkan untuk menghasilkannya.

Lalu dengan adanya fenomena tersebut, apakah Bitcoin dapat berpengaruh untuk menggantikan uang fisik di dalam sistem pembayaran?

Seiring dengan melajunya perkembangan teknologi, telah banyak dunia bisnis yang mengadopsi cryptocurrency sebagai sistem pembayaran.Bitcoin merupakan bentuk terobosan baru dalam teknologi pembayaran masyarakat modern yang semakin menuntut efisiensi dalam transaksi, sehingga bitcoin cukup berpengaruh terhadap sistem pembayaran.

Beberapa negara yang sudah cukup masif menggunakan bitcoin diantaranya Thailand, China dan Perancis. Di China, Bank sentral China (PBOC) telah melarang institusi keuangan melakukan transaksi Bitcoin setelah mata uang virtual tersebut mengalami kenaikan harga 89 kali lipat. Larangan ini merefleksikan kekhawatiran terhadap kontrol aliran modal dan stabilitas finansial di negara tersebut. Perdagangan Bitcoin di China yang mendorong kenaikan harga mata uang digital itu menjadi 89 kali lipat membuat China menjadi negara terbesar yang mentransaksikan Bitcoin, menurut data operator bursa BTC China.

Sumber : Bitcoin dan Sistem Pembayaran di Indonesia | emeraldfromtheeast

“Bitcoin sangat menarik karena menunjukkan betapa murahnya itu. Bitcoin lebih baik daripada mata uang karena Anda tidak harus secara fisik berada di tempat yang sama dan tentu saja, karena transaksi besar, mata uang bisa sangat merepotkan,” kata miliarder Bill Gates kepada Bloomberg pada 2014.

Crypto currency memang lebih baik dari mata uang, tapi bukan berarti Crypto currency dapat menggantikan mata uang kuno. Dalam sebuah wawancara dengan Backchannel pada 2015, Gates menegaskan bahwa teknologi bitcoin adalah teknologi yang dapat “membuat uang bergerak antar negara lebih mudah dan mendapatkan biaya turun cukup dramatis”.

Namun, dia berkata bahwa bitcoin tidak akan menjadi sistem yang dominan. Seperti yang dia katakan bahwa kita membutuhkan hal-hal yang menarik revolusi bitcoin, tapi hanya sedikit saja yang mengandung bitcoin.

Para pakar sepakat kalau bitcoin tidak akan menjadi dominan, karena bitcoin sifatnya tidak stabil untuk menjadi mata uang yang dapat diandalkan.

Namun juga ada negara - negara yang sudah mulai menggeser uang tunai dan mengembangkan bitcoin, salah satunya adalah negara Cina. Seperti yang saya kutip dari halaman berikut :

https://www.duniafintech.com/cina-tengah-kembangkan-mata-uang-digital/

Teknologi digital tidak hanya berbicara mengenai aktivitas berselancar di internet saja, melainkan sudah menyentuh aspek mendasar dari kebutuhan manusia yaitu uang sebagai alat tukar. Jika dulu kita menggunakan mata uang dalam bentuk fisik untuk melakukan transaksi, kini masyarakat modern mulai beralih menggunakan mata uang dalam bentuk virtual atau yang kita kenal dengan Cryptocurrency.

Tampaknya semakin banyak orang yang melakukan investasi pada teknologi Cryptocurrency. Bahkan pada awal bulan Desember, salah satu jenis mata uang Cryptocurrency yaitu Bitcoin, memecahkan rekor untuk kesekian kalinya sebesar USD16.600 atau sekitar Rp224,1 juta jika mengacu pada kurs Rp13.500 per USD.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, muncul pertanyaan apakah di masa yang akan datang Bitcoin dapat menjadi alat tukar di seluruh negara. Nah, berikut adalah hal-hal yang dapat dipertimbangkan jika Cryptocurrency menjadi alat tukar baru:

  1. Cryptocurrency mirip dengan sistem uang fiat (mata uang kertas)
    Uang fiat adalah mata uang legal yang nilai harganya berasal dari regulasi atau hukum pemerintah namun tidak didukung oleh komoditas fisik. Cryptocurrency merupakan teknologi mata uang digital yang nilai harganya ditentukan oleh kekuatan buy and sell dari para pengguna teknologi ini. Sudah jelas bahwa Cryptocurrency mempunyai kemiripan cara kerja dengan uang fiat.

    Beberapa negara juga mulai memperkenalkan Cryptocurrency sebagai mata uang baru dalam bentuk digital yang didukung oleh pemerintah, contohnya: Rusia, India, dan Estonia. Sedangkan Dubai telah mengambil langkah lebih jauh. Pada bulan September lalu, Dubai mengumumkan telah menandatangani kesepakatan untuk meluncurkan mata uang berbasis blockchain sendiri yang dikenal sebagai emCash.

  2. Emas selalu memiliki target pasar yang mudah diakses
    Aset hanya berharga jika orang lain bersedia menukarnya dengan imbalan barang, jasa, atau aset lainnya. Emas adalah salah satu aset paling likuid yang ada. Anda bisa mengubahnya menjadi uang tunai di tempat, dan nilainya tidak terikat oleh batas negara. Ke manapun anda bepergian, anda bisa menukarkan emas dengan mata uang lokal apa pun. Hal tersebut juga berlaku bagi teknologi Cryptocurrency. Mata uang Cryptocurrency dapat ditukarkan dan diterima di banyak tempat.

  3. Mayoritas Cryptocurrency akan dihapus
    Sebagian besar saham yang telah meningkat di internet telah dihapus setelah ledakan gelembung dot-com pada tahun 2000. Kecelakaan tersebut akhirnya memunculkan perusahaan Internet yang lebih berkelanjutan seperti Google dan Amazon, yang berkembang pesat hingga hari ini.

    Hal yang sama mungkin juga akan terjadi pada Cryptocurrency. Kebanyakan dari mereka akan tersingkir dan hanya sedikit yang akan bertahan. Bahkan jika negara-negara besar seperti AS melompat masuk dan menciptakan mata uang digital mereka sendiri, mereka kemungkinan akan membuat “mata uang pribadi” yang akan bersaing secara ilegal.

  4. Kurangnya keamanan dapat merusak efektivitas Cryptocurrency
    Keamanan merupakan kelemahan utama yang dihadapi pengguna Cryptocurrency. Setiap bulan, selalu ada info aksi peretasan yang melibatkan pertukaran Bitcoin. Tentu saja Bitcoin adalah target utama dan terbesar yang rentan terhadap aksi peretasan. Dengan adanya masalah keamanan yang masih belum sepenuhnya diperbaiki, maka kepercayaan pada kemampuan mereka juga masih diragukan.

  5. Hype dan spekulasi mengenai nilai Cryptocurrency
    Sejak awal tahun, nilai Bitcoin telah mengalami peningkatan nilai jual lebih dari empat kali lipat. Hal tersebut merupakan lonjakan nilai yang luar biasa serta membuat investor bergegas berinvestasi pada Cryptocurrency. Namun, Bitcoin menuai beberapa kontra. Bitcoin dinilai tidak efektif karena investasinya tidak stabil dan tidak signifikan.

    Lonjakan harga Bitcoin tampaknya hanya memberi keuntungan pada pandangan ini. Dengan tingkat volatilitas yang ekstrem seperti itu, nilai Cryptocurrency menjadi dipertanyakan. Kebanyakan orang membelinya dengan alasan agar dapat dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.

Referensi :

Digital Money atau Cryptocurrency memiliki nilai karena berguna sepeti layaknya uang. Cryptocurrency ini memiliki sifat-sifat uang yaitu tahan lama, ringkas, bisa ditukarkan, langka, bisa dibagi, dan bisa dikenali berdasarkan rumusan matematika daripada berdasarkan pada bentuk fisik (seperti emas dan perak) ataupun kepercayaan pada pihak pusat (seperti mata uang fiat). Singkat kata, Digital Money atau Cryptocurrency ini didukung oleh matematika. Dengan atribut-atribut ini, semua yang diperlukan dari uang untuk memiliki nilai tukar adalah kepercayaan dan penerimaan. Dalam kasus tersebut, kondisi ini bisa diukur dengan pertumbuhan pengguna, penjual dan pengguna awal. Seperti mata uang lainnya, nilai ini datang hanya dari orang-orang yang mau menerimanya sebagai alat pembayaran.

Harga dari cryptocurrency ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Ketika permintaan meningkat maka harga meningkat dan ketika permintaan menurun, harga juga ikut turun. Cryptocurrency yang paling populer saat ini adalah Bitcoin yang sudah beredar jumlahnya terbatas dan baru dibuat dengan tingkat yang dapat diprediksi dan menurun, yang berarti permintaan harus mengikuti besaran inflasi untuk menjaga harga tetap stabil. Karena Bitcoin masih merupakan pasar yang relatif kecil dibanding potensi yang sebenarnya bisa dicapai, maka tidak memerlukan jumlah uang yang besar untuk menggerakkan harga pasar naik atau turun, dan oleh karena itu harga bitcoin masih sangat mudah berubah.

Sumber : [Peluang dan Tantangan Cryptocurrency Bagi Dunia Perbankan Halaman 1 - Kompasiana.com]