Bagaimana Konsep Tradisi Lisan?


Kebudayaan dalam bentuk tradisi harus dijaga agar tetap mengakar dalam masyarakat tempat tradisi itu berasal. Salah satu bentuk tradisi yang sering dikaji dalam bidang linguistik dan sastra adalah tradisi lisan.

Bagaimanakah konsep dari tradisi lisan?

Konsep Tradisi

Sebelum memahami pengertian tradisi lisan, ada baiknya terlebih dahulu memahami konsep tradisi.Kata “tradisi” berasal dari bahasa Latin traditio, sebuah nomina yang dibentuk dari kata kerja traderere atau trader “mentransmisi, menyampaikan, dan mengamankan”. Sebagai nomina, kata traditio berarti kebiasaan yang disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam waktu yang cukup lama sehingga kebiasaan itu menjadi bagian dari kehidupan sosial komunitas.

Ada tiga karakteristik tradisi. Pertama, tradisi itu merupakan kebiasaan (lore) dan sekaligus proses (process) kegiatan yang dimiliki bersama suatu komunitas. Pengertian ini mengimplikasikan bahwa tradisi itu memiliki makna kontinuitas (keberlanjutan), materi, adat, dan ungkapan verbal sebagai milik bersama yang diteruskan untuk dipraktikkan dalam kelompok masyarakat tertentu.Kedua, tradisi itu merupakan sesuatu yang menciptakan dan mengukuhkan identitas.

Memilih tradisi memperkuat nilai dan keyakinan pembentukan kelompok komunitas. Ketika terjadi proses kepemilikan tradisi, pada saat itulah tradisi itu menciptakan dan mengukuhkan rasa identitas kelompok. Ketiga, tradisi itu merupakan sesuatu yang dikenal dan diakui oleh kelompok itu sebagai tradisinya. Sisi lain menciptakan dan mengukuhkan identitas dengan cara berpartisipasi dalam suatu tradisi adalah bahwa tradisi itu sendiri harus dikenal dan diakui sebagai sesuatu yang bermakna oleh kelompok itu.

Sepanjang kelompok masyarakat mengklaim tradisi itu sebagai miliknya dan berpartisipasi dalam tradisi itu, hal itu memperbolehkan mereka berbagi bersama atas nilai dan keyakinan yang penting bagi mereka (Martha and Martine, 2005; Sibarani, 2014).

Konsep Lisan

Pengertian “lisan” pada tradisi lisan mengacu pada proses penyampaian sebuah tradisi dengan media lisan. Tradisi lisan bukan berarti tradisi itu terdiri atas unsurunsur verbal saja, melainkan penyampaian tradisi itu secara turun-temurun secara lisan.

Konsep Tradisi Lisan

Dengan demikian, tradisi lisan terdiri atas tradisi yang mengandung unsur-unsur verbal, sebagian verbal (partly verbal), atau nonverbal (non-verbal). Konsep “tradisi lisan” mengacu pada tradisi yang disampaikan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi lain dengan media lisan melalui “mulut ke telinga”.

Tradisi lisan, terutama tradisi yang memiliki unsur-unsur verbal seperti tradisi bermantra, bercerita rakyat, berteka-teki, berpidato adat, berpantun, berdoa, dan permainan rakyat yang disertai nyanyian dapat dikaji dari pendekatan antropolinguistik. Tradisi lisan yang tidak terdiri atas unsurunsur verbal seperti proses arsitektur, pengobatan tradisional, penampilan tari, bertenun, permainan rakyat, dan bercocok tanam tradisional dapat dikaji secara antropolinguistik dengan menjelaskan proses komunikatif tradisi-tradisi itu dari satu generasi kepada generasi lain.

Berdasarkan tiga pusat perhatian (performansi, indeksikalitas, partisipasi) dan tiga parameter antropolinguistik (keterhubungan, kebernilaian, keberlanjutan) tersebut di atas, tradisi lisan sebagai penggunaan bahasa yang memadukan keseluruhan ekspresi linguistik bersama dengan aspek-aspek sosio-kultural merupakan objek kajian yang menarik dan bermanfaat dengan pendekatan antropolinguistik. Kajian anropolinguistik seperti ini tidak hanya menjelaskan proses penggunaan bahasa secara liguistik, tetapi juga mengungkapkan nilai budaya tradisi lisan itu secara antropologis.

Referensi

http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret/article/view/9/9