Bagaimana Konsep Political Personality?

Political  Personality

Robert E.Lane, seorang peneliti politik Amerika dan psikologi politik, sekaligus seorang Professor Emeritus of Political Science at Yale University, mendefenisikan political personality , sebagai:

may be defined as the enduring, organized, dynamic response sets habitually aroused by political stimuli ”.

Bagaimana Konsep Political Personality ?

Konsep Political Personality


Dengan melihat penafsiran dari Fred Greenstein, seorang Professor dari Universitas Princeton, Princeton, istilah personality mengacu pada keteraturan psikis dan merujuk ke dalam sebuah entitas yang disimpulkan. Dengan demikian, personality merupakan keteraturan perilaku seorang individu dalam merespon stimulus yang berbeda. Personality dapat didefenisikan sebagai berikut:

a complex pattern of deeply embedded psychological characteristics that are largely non conscious and not easily altered, expressing themselves automatically in almost every facet of functioning. Intrinsic and pervasive, these traits emerge from a complicated matrix of biological dispositions and experiential learning, and ultimately comprise and the individual’s distinctive pattern of perceiving, feeling, thinking, coping, and behaving ”.

Berbicara mengenai personality maka yang harus diperhatikan, yakni perilaku individu. Lewin menekankan bahwa interaksi antarorang bisa dipahami lewat situasinya, seperti halnya memahami perilaku.

Politik, menurut tafsiran Greenstein, mengacu pada politik yang paling sering digunakan oleh para ilmuwan politik, misalnya saja pada pemerintahan, partai politik, dan kampanye, sehingga akan terdapat kaitan antara personality and politic , di mana personality sebagai sebuah konsep pokok psikologi, ditempatkan oleh ilmuwan politik sebagai perilaku politik, biasanya lewat pengaruh dari pengalaman hidup seorang individu.

Perilaku politik dilihat dari bagaimana seorang pemimpin dalam memainkan motivasi politiknya. Kepribadian ini berdampak pada peran menyangkut perilaku politiknya, kaitan-kaitan antara kepribadian dan kognisi, serta dampak kepribadian pada interaksi makhluk politik melalui orang-orang yang ada di lingkungan politik.

Robert E.Lane, seorang peneliti politik Amerika dan psikologi politik, sekaligus seorang Professor Emeritus of Political Science at Yale University, mendefenisikan political personality , sebagai:

may be defined as the enduring, organized, dynamic response sets habitually aroused by political stimuli ”.

Defenisi di atas, menyatakan enduring dimaksudkan pusat dari political personality . Di mana, bukan hanya respon untuk situasi yang sesaat, akan tetapi dalam berbicara mengenai political personality , maka akan berhadapan dengan pola pikir, emosi, dan cara bertindak dalam mengatasi berbagai situasi yang berbeda selama jangka waktu yang relatif lama, oleh youth, young adulthood , dan maturity . Hal ini berarti, bahwa pola-pola ini ditetapkan lebih awal, sehingga ekspresi dan gaya, mengungkapkan perbedaan dari waktu ke waktu. Ada perubahan mendasar dalam kepribadian pada usia yang relatif matang ( maturity ).

Menurut Robert E. Lane, konsep political personality terdiri atas 2 bagian yakni:

Pertama , konsep attitude , di mana konsep ini didefenisikan sebagai mental and neural response set. Kepribadian bukan merupakan sifat, akan tetapi lebih kepada kepribadian yang membentuk sikap dan bukan sebaliknya.

Kedua , konsep role , didefenisikan sebagai pola perilaku yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam masyarakat. Pada prakteknya sangat sulit menentukan perbedaan antara peranan, dan kepribadian. Salah satu cara untuk membedakan antara kepribadian dan peranan, dengan mengamati orang dalam peran yang berbeda, misalnya ayah dan birokrat. Perilaku kepribadian dapat ditentukan dengan melihat tindakan peranan yang diambil tepat atau lebih buruk lagi, ketika telah menerima keyakinan dan nilai-nilai yang terkait dengan melakukan yang sesuai dengan peranan.

Secara konseptual, political personality memiliki asal-usul sebelumnya, memiliki prinsip organisasi yang berbeda, melampaui situasi atau posisi sosial, lebih termotivasi secara internal atau otonom lingkungan. menanggapi krisis yang berbeda dan konflik, dan lebih istimewa atau individual daripada apapun (politik ) perilaku peran.

Faktor lingkungan sosial politik langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang memengaruhi aktor secara langsung ketika hendak melakukan suatu kegiatan, seperti cuaca, keadaan keluarga, keadaan ruang, kehadiran orang lain, suasana kelompok, dan ancaman dengan segala bentuknya. Aktor lingkungan sosial politik tidak langsung memengaruhi lingkungan sosial politik langsung yang berupa sosialisasi, internalisasi dan politisasi.

Secara umum dapat dikatakan bahwa political personality merupakan teori yang melihat konduite politik dari kepribadian yang ada pada diri pelaku politik (karakter). Karena, karakter mencerminkan kepribadian perpolitikan seorang pemimpin di dalam mengambil keputusan sesuai dengan lingkungan perpolitikan yang dijalani oleh pemimpin tersebut. Dengan melihat pandangan Millon mengenai political personality , maka terdapat 8 attribute yang menjadi bagian dari penerapan political personality bagi seorang pemimpin dalam sebuah negara. Kedelapan attribute tersebut yakni: Expressive Behavior, Interpersonal Conduct, Cognitive Style, Mood/ Temperament, Self-Image.

Dengan meminjam konsep dari million’s eight attribute domains , maka di sini kita dapat melihat perilaku politik dari Presiden Jokowi, dengan terlebih dahulu melihat kepribadian dari Presiden Jokowi, kemudian dari kepribadian tersebut diterapkan dalam politik. Berdasarkan tampilan Presiden Jokowi pada layar kaca dan media lainnya, serta menjadikan million’s eight attribute domains sebagai landasan untuk melihat perilaku politik Presiden Jokowi maka, kita dapat melihat kepribadian Presiden Jokowi yang selalu tampil sederhana dan apa adanya. Pola kepribadian dari Presiden Jokowi yakni percaya diri, selain itu memiliki karakteristik yang ramah, perhatian, dan baik hati, serta penuh dengan kasih sayang, dengan semangat pelayanan dan kerakyatan yang kuat.

Dengan melihat kepribadian dari Presiden Jokowi, maka hal ini dapat dikaitkan dengan perpolitikan Presiden Jokowi, maka dapat dikatakan bahwa Jokowi merupakan pemimpin sederhana penuh percaya diri serta penuh kasih sayang dalam kepemimpinannya. Hal ini jelas terlihat, ketika Presiden Jokowi melakukan perjalan bisnis ke luar negeri.

Presiden Jokowi selalu menyempatkan, untuk mendengar secara langsung keluhan warga negaranya yang berada di luar negeri, sehingga, tidak berlebihan apabila dikatakan, bahwa Presiden Jokowi memiliki karakter yang berbeda dalam menentukan substansi dari politik luar negeri bebas aktif yang dibandingkan dengan presiden sebelumnya yang memimpin Indonesia.

Teori politik kepemimpinan memiliki tiga komponen dasar: pendahuluan perilaku politik pemimpin, perilaku politik pemimpin, dan konsekuensi dari perilaku politik. Teori politik kepemimpinan dapat digunakan sebagai dasar teoritis untuk mempelajari hasil karir pemimpin dari perspektif politik.

Teori ini menentukan bahwa antesedensi pemimpin (mis. Modal sosial, kognisi, kemauan politik, dan kepribadian) mempengaruhi perilaku politik yang digunakan oleh seorang pemimpin. Antesedensi pemimpin dan perilaku politik akan memengaruhi hasil tingkat kepemimpinan individu yang penting seperti efektivitas pemimpin, evaluasi kinerja, promosi, dan, reputasi.

Secara khusus, perilaku politik seorang pemimpin akan meningkatkan kekuatan organisasinya, meningkatkan reputasi interpersonalnya, dan memberinya penghargaan organisasi yang lebih besar. Hasil pemimpin juga dipengaruhi oleh hasil target politik dalam hal afektif, kognitif, sikap dan kinerja. Berdasarkan teori, diusulkan bahwa sifat-sifat kepribadian politik pemimpin akan mempengaruhi perilaku politik pemimpin.

Ciri-ciri kepribadian politik (Political Personality)


Ciri-ciri kepribadian politik didefinisikan sebagai disposisi di mana kekuatan formal dan informal digunakan untuk mengendalikan dan / atau memanipulasi orang lain. Peneliti sebelumnya telah membuktikan bahwa sifat-sifat kepribadian memengaruhi perilaku organisasi termasuk kepuasan kerja, sikap kerja, kepercayaan, kinerja, dan upah.

Variabel ciri kepribadian seperti kepribadian “lima besar” atau Model Lima Faktor, Machiavellianisme, Kebutuhan akan kekuasaan, locus of control, harga diri, pertukaran anggota pemimpin (LMX), tipe kepribadian dan ambiguitas peran telah diselidiki secara intens dalam organisasi penelitian perilaku.

Variabel ciri kepribadian yang paling relevan terkait dengan politik organisasi adalah ciri kepribadian Machiavellian, Kebutuhan akan sifat kepribadian yang kuat, pemantauan diri, dan locus of control.

Memang, Ferris, Russ, et al. menyarankan bahwa sifat kepribadian Machiavellianism dan Kebutuhan akan sifat kepribadian mempengaruhi politik organisasi. Ciri-ciri kepribadian ini terkait dengan politik dan kekuasaan dalam suatu organisasi.

Oleh karena itu, konstruksi kepribadian politik yang diselidiki dalam penelitian ini adalah Machiavellianism dan Need for power personality traits. Dua kepribadian ini akan dianggap sebagai dimensi ciri kepribadian politik, yang terkait dengan pengaruh dan kekuasaan dalam organisasi.

Ciri-ciri kepribadian politik mengacu pada serangkaian karakteristik dinamis dan terorganisir seseorang yang secara unik memengaruhi kognitif, motivasi, dan perilaku yang digunakan untuk mengendalikan dan / atau memanipulasi orang lain.