Bagaimana konsep gaya dari suprematisme?

Suprematisme (bahasa Rusia: Супрематизм) adalah gerakan seni yang berfokus pada bentuk-bentuk geometri dasar (persegi dan lingkaran) yang muncul di Rusia pada 1915-1916.

Lukisan bergaya suprematisme meninggalkan realisme, yang dianggap Malevich sebagai pengalihan dari pengalaman transendental yang seharusnya ditimbulkan oleh sebuah karya seni. Suprematisme dapat dilihat sebagai kesimpulan logis akan ketertarikan aliran futurisme akan pergerakan dan kubisme dalam mengurangi bentuk dan multi-perspektif.

Persegi disebuat Malevich sebagai “wajah dari seni baru” dan mewakili kelahiran dari gerakan suprematisme, menjadi sosok penting alirannya sebagaimana yang disebut oleh para kritikus dan seniman lain dalam mendukung gaya baru ini. Sayangnya, banyak juga yang menyebut suprematisme sebagai nihilisme, seperti yang dikatakan seniman dan krikuts Alexandre Benois yang menyebutnya sebagai “khotbah akan ketiadaan dan kehancuran”.

Malevich menerbitkan sebuah manifesto bertepatan dengan pameran From Cubism and Futurism to Suprematism in Art. Ia mengklaim telah melewati ambang batas realitas dan memasuki sebuah kesadaran baru. Oleh karenanya motif dalam lukisan-lukisannya dibatasi hanya dalam bentuk lingkaran, persegi dan bujur sangkar. Kritikus terkadang menginterprestasikan motif ini sebagai referensi akan ide mistis. Didukung pula dengan beberapa pernyataan Malevich yang seakan mengindikasikan hal ini. Penggunaan lingkaran disebutnya sebagai “penghancuran cincin horizon dan melarikan diri dari lingkaran harta-benda. Dia juga menyebutkan Black Square sebagai “orok bangsawan yang hidup”. Hanya saja, faktanya Malevich membenci simbolisme. Baginya motif hanya untuk membangun rintangan, bagian paling mendasar dari lukisan, dan disebutkannya sebagai “kekosongan bentuk”.

Malevich membagi gerak maju suprematisme dalam tiga tahapan, “hitam”, “berwarna”, dan “putih”. Fase hitam menandai awal pergerakan, dan lukisan ‘tingkatan nol’, sebagaimana yang dicontohkan dalam lukisan Black Square. Tahapan warna, kadang disebut juga dengan suprematisme dinamis, memfokuskan pada penggunaan warna dan bentuk untuk mengkreasikan sensasi pergerakan dalam ruang. Fase ini diperdalam lagi oleh Ilya Chasnik, El Lissitzky dan Alexander Rodchenko; terutama El Lissitzky yang terpengaruh oleh Malevich dan mengembangkan gaya personalnya sendiri yang disebut dengan “Proun”.

Kulminasi suprematisme terjadi di tahapan putih, yang diperlihatkan Malevich selama pameran Tenth State Exhibition: Non-objective Creation and Suprematism di tahun 1919. Masterpiece-nya, White on White (1918), secara keseluruhan diisi oleh warna putih, mewakili hanya “sang ide”. Karya ini kemudian memancing tanggapan dari seniman lain untuk mengembangkan gaya baru, seperti konstruktivisme dari Alexander Rodchenko yang mengeksplorasi peranan materi tertentu dalam rangkaian karyanya yang berjudul Black on Black (1919).