Bagaimana kisah wafatnya nabi musa as ?

Musa as

Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan

Bagaimana kisah wafatnya nabi musa as?

Di Padang Tih, bertahun-tahun hidup di sana, usia Nabi Musa dan Harun bertambah lanjut. Bani Israil benar-benar dibersihkan dari orang-orang yang fasik, yang disebutkan dalam doa Nabi Musa. Kemudian lahirlah generasi baru yang insya Allah lebih baik dari orang-orang yang fasik tersebut.

Tak berapa lama sampailah ajal Nabi Harun ‘alaihissalam. Bersama Nabi Musa, beliau dipanggil ke Bukit Thursina. Di sanalah Nabi Harun berpulang ke rahmat Allah ‘azza wa jalla.

Sepeninggal saudaranya Harun ‘alaihissalam, Nabi Musa masih melanjutkan tugas membimbing Bani Israil. Beliau dengan penuh semangat tetap mengajari mereka agar taat dan tunduk kepada aturan Allah ‘azza wa jalla Yang telah menyelamatkan dan memuliakan mereka.

Menjelang dekatnya ajal beliau, Allah ‘azza wa jalla mengutus salah seorang hamba-Nya yang mulia di kalangan para malaikat. Seorang malaikat yang menghancurkan semua kelezatan dan memutuskan semua kesenangan hidup, Malaikat Maut. Makhluk suci yang diciptakan Allah ‘azza wa jalla dari cahaya.

Peristiwa ini diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabat (bahkan umatnya),

Malaikat Maut diutus kepada Musa ‘alaihissalam. Ketika dia mendatanginya, beliau menamparnya. Malaikat itu kembali kepada Rabbnya, lalu berkata, “Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba yang tidak menyukai maut.”

Kemudian, Allah mengembalikan matanya dan berkata, “Kembalilah dan katakan kepadanya, supaya meletakkan tangannya di lambung seekor sapi jantan, lalu dia berhak pada setiap bulu yang ditutupi tangannya adalah satu tahun.”

Musa berkata, “Wahai Rabbku, kemudian apa lagi?”

“Kemudian adalah maut.”

Kata Musa, “Maka sekaranglah,” beliau pun memohon kepada Allah agar mendekatkannya ke Tanah Suci sejauh lemparan batu.

Kata rawi, “Kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Seandainya aku di sana, sungguh, pasti akan aku perlihatkan kepada kamu kuburannya di samping jalan dekat bukit merah.’.” (H.R. al-Bukhari no. 1339 dan Muslim no. 2372 dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Begitulah kisahnya. Sebuah berita gaib yang diceritakan oleh ash-Shadiqul Mashduq shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sudah tentu menjadi berita dan kisah yang tidak disangsikan lagi kebenarannya. Orang-orang yang beriman pasti menerima berita ini sebagaimana adanya. Sebab, mereka yakin terhadap apa yang diterangkan oleh Allah ‘azza wa jalla, bahwa Rasul-Nya tidak berbicara dengan hawa nafsu. Apa yang beliau sampaikan tidak lain adalah wahyu yang diturunkan kepadanya.

Dalam riwayat ini disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisahkan kedatangan Malakul Maut kepada Nabi Musa ‘alaihissalam. Akan tetapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyebutkan secara jelas bahwa malaikat tersebut menemui Nabi Musa dalam wujud aslinya.