Bagaimana kisah kelahiran nabi Isa a.s ?

Kata kisah terambil dari bahasa Arab Qissah. Kata Qissah seakar dengan kata Qassa yang berarti “menelusuri jejak”. Dari segi terminologi (istilah), kata Kisah berarti berita-berita mengenai permasalahan dalam masa-masa yang saling berturut-turut.

Bagaimana kisah kelahiran nabi Isa a.s ?

Awal kisah dimulai ketika Maryam menjauhkan diri dari keluarganya kesebuah ruangan tersendiri yang kemungkinan merupakan tempat ibadah. Allah mengutus malaikat kepada Maryam dalam bentuk manusia yang tiba-tiba muncul dihadapannya. Maryam ingin menghindar dari sosok tersebut dan memohon perlindungan kepada Allah.

Sosok tersebut menjelaskan bahwa dia malaikat utusan Allah yang akan menyampaikan seorang putra kepadanya. Maryam heran, bagaimana dia akan mempunyai anak sedangkan dia tidak disentuh oleh laki-laki. Tetapi bagi Allah semua itu mudah sekali. Kelahiran anaknya yaitu Nabi Isa AS. akan menjadi bukti kekuasaan Allah dan suatu rahmat bagi mereka dengan diutusnya sebagai nabi yang akan membimbing manusia.

Nabi Isa AS. lahir di Betlehem (Baitulahmi) pada masa kekuasaan Herodes Romawi di Palestina. Ibunya, Maryam, merupakan seorang perempuan suci dan terjaga kehormatannya. Kelahiran Nabi Isa AS. dikisahkan dalam al-Qur’an, sebagaimana diawali dari rasa sakit perut Maryam menjelang persalinan memaksanya untuk bersandar ke pohon kurma.

Dia berkata, "Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.‛

Jibril-pun berseru kepadanya dari tempat yang rendah, "Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum, dan bersenang hatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.‛

Kemudian Maryam membawa bayi itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka kaumnya berkata, ‚Wahai Maryam, sesungguh engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar. Wahai saudara perempuan Harun, ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina. Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?

Dia (Isa) berkata,"Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi dimana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) sholat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan kembali." Surat Maryam Ayat 30-33

Al-Qur’an menyebut Nabi Isa sebagai al-Masih, disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 9 kali, terdapat pada QS. Ali ‘Imran: 45, QS. an-Nisa’:157,171,172, QS. al-Ma’idah: 17,72,75, dan QS. al-Taubah: 30,31.12

Arti dari al-Masih yaitu utusan Tuhan. Dalam kepustakaan Kristen bahasa Arab dipakai kata Yasu’, sebagai padanan kata Yesus, Inggris/Belanda Jesus, Latin lesus, Yunani lesous, dari Ibrani Yeshu’a, yang diartikan sebagai juru selamat. Kata al-Masih dari bahasa Arab
masaha dengan arti dasar ‚mengusap‛, lalu dipakai dalam istilah meminyaki, mengusap, mengurapi dengan minyak, atau yang diminyaki, minyak suci dari Kuil (rumah ibadah).

Kata al-Masih juga digunakan dalam arti terpilih, siapapun yang dipilih, baik manusia seperti Yusuf dan Musa maupun bangsa. Para penafsir Al-Qur’an mengemukakan dua kemungkinan arti dari kata al-Masih.

  • Pertama, terambil dari kata masaha maka artinya yang diurapi.
  • Kedua, terambil dari kata saha-yasihu yang berarti berwisata, karena Nabi Isa AS. dikenal berpindah-pindah dari tempat yang satu menuju tempat lain untuk mengajak manusia ke jalan yang benar.

Referensi:

  • Sami’ bin Abdullah al-Mughlus, Atlas Sejarah Nabi, terj. Qasim Saleh, (Cipinang: Amarta, 2008).
  • M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi (Hidup Bersama Al-Qur’an), (Bandung: Mizan Pustaka, 2013).

Isa a.s adalah seorang Nabi serta Rasul yang diutus oleh Allah SWT agar mengajarkan dan mengenalkan kepada manusia sang Pencipta yang pantas mereka sembah yaitu Allah SWT. Berbagai mu’jizat yang Allah berikan kepadanya, agar melemahkan perdebatan diantara kaumnya, dan agar mereka percaya bahwa ia adalah Rasul yang diutus oleh Allah untuk mereka. Diantara mu’jizat tersebut adalah ketika ia lahir tanpa bapak.

Kisah kelahiran Nabi Isa a.s ini digambarkan Allah dengan indah di dalam al-Quran, yaitu surat Maryam ayat 16 sampai dengan surat Maryam ayat 40. Dalam ayat ini Allah menjelaskan bagaimana situasi kelahiran nabi Isa a.s, dan ketika Ibunya Maryam dengan tabah dan sabar menghadapi kaumnya yang mencemooh serta menghina dengan kehadiran bayinya itu.

Peristiwa-Peristiwa Yang Terjadi Sebelum Kelahiran Nabi Isa a.s


Sebelum lahirnya Isa a.s, terjadi peristiwa-peristiwa ganjil yang dialami oleh ibunya yaitu Maryam. Diantara peristiwa itu adalah ketika Maryam menyendiri, tiba- tiba datang malaikat Jibri yang menyerupai manusia, kisah ini di ceritakan di dalam surat Maryam ayat 16 sampai dengan ayat 17:

Artinya: Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Maryam di dalam al-Quran, yaitu ketika ia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur Baitul Maqdis. Lalu dia memasang tabir yang melindunginya dari mereka, lalu kami mengutus roh kami Jibril kepadanya, maka dia menampakkan diri dihadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna.

Ayat ini menceritakan ketika Allah turunkan wahyu kepada nabi Muhammad yaitu Beliau diperintahkan untuk menceritakan tentang kisah Maryam, agar memperingatkan manusia dan mengambil pelajaran terhadap kisah ini.

Diantara keutamaan Maryam tersebut adalah Ia tumbuh dikalangan Bani Israil dengan terhormat, salah seorang ahli ibadah, yang sangat tekun beribadah dan beliau seorang gadis yang tidak bersuami, dan berada dalam asuhan nabi yang telah tua, yaitu nabi Zakariya yang menjadi imam dan pemelihara Baitul Maqdis.

Ayat ini menjelaskan ketika Maryam menjauhkan diri dari keluarganya untuk lebih berkosentrasi dalam beribadah kepada Allah SWT, ada juga yang mengatakan bahwa beliau menjauh dari keramaian disebabkan ketika itu ia sedang haid. Begitu juga yang diungkapkan Wahbah Zuhaily dalam tafsir al Munir. Ia mengatakan bahwa Maryam menjauhkan diri dari keluarga dan seluruh manusia karena ia pada waktu sedang haid dan kembali ke Baitul Maqdis ketika telah suci kembali.

Quraish Shihab mengatakan bahwa tempat sebelah timur itu sengaja dipilih sebagai isyarat cahaya illahi, karna timur merupakan tempat terbitnya matahari, kemudian Ibnu Abbas menambahkan bahwa tempat sebelah timur ini merupakan qiblat orang Nashrani karna mereka menjadikan sebagai qiblat mereka ketika mereka sholat.

Kemudian Allah mengutus malaikat Jibri kepadanya, dalam rupa laki-laki yang sempurna, Kata Ruh kami bermakna Malaikat yaitu malaikat Jibril yang di utus oleh Allah dalam bentuk manusia sempurna. Dalam penafsiran ini ulama tidak ada yang berbeda pendapat bahwa yang dimaksud ruh disini adalah malaikat jibril. Sebagaimana juga Jibril diutus untuk menyampaikan wahyu kepada nabi Muhammad saw. Hal ini termaktub dalam al-Quran surat al-Syua’ra ayat 193-194:

Artinya: “Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan ,” (QS: al-Syua’ra: 193-194)

Penjelmaan Jibril ini bertujuan agar ia dapat berbicara dengan Maryam secara tenang, agar ia dapat menerima perkataan tersebut kepadanya. Karena jika seandainya Jibril menampakkan diri kepadanya dalam rupa yang sebenarnya, pasti ia akan ketakutan, sehingga tidak dapat berbicara dengannya.

Kemudian timbul rasa takut di hati gadis suci itu, kemudian ia berkata kepada laki-laki tersebut, yaitu yang terdapat dalam surat Maryam ayat 18:

Artinya: Dia Maryam berkata,” sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertaqwa.

Ketika Jibril menampakkan diri kepada Maryam, sedangkan ia pada waktu itu berada ditempat yang terpencil, maka timbul rasa takut dan menyangka bahwa Jibril ingin melakukan perbuatan yang tidak senonoh terhadapnya, kemudian ia mengatakan ” sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertaqwa”.

Quraish Shihab mengatakan bahwa sebagian ulama memahami kata al-rahman sebagai sifat Allah SWT yang memberikan rahmat yang bersifat sementara di dunia ini, sedangkan al-rahim adalah rahmat-Nya yang bersifat kekal, rahmat-Nya di dunia ini mencakup seluruh makhluk tanpa kecuali dan tanpa membedakan apakah ia kafir atau mu’min, sedangkan rahmat-Nya yang kekal adalah di akhirat yang hanya dinikmati oleh hamba-Nya yang mengabdi kepada-Nya. Dalam ayat ini menceritakan bahwa Maryam mengharapkan kasih sayang Allah swt agar tercurahkan kepadanya, sehingga ia terhindar dari bahaya yaitu dari seorang laki-laki yang tidak dikenal datang kepadanya, agar ia tidak menyakiti Maryam.

Melihat Maryam yang ketakutan tersebut, malaikat Jibril menenangkan hati gadis itu dengan mengatakan bahwa ia bukanlah laki-laki yang akan menodainya, melainkan utusan yang diperintahkan Allah untuk dianugerahkan kepadanya seorang anak laki-laki yang suci, hal ini tergambar dalam surat Maryam ayat 19:

Dia (Jibril) berkata “ sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci”.

Ayat di atas menjelaskan bahwa Jibril menjawab ketakutan Maryam dengan jawaban yang bisa menentramkan dan meredakan ketakutannya. Quraish Shihab mengatakan ucapan Jibril tersebut memberi ketenangan kepada Maryam bahwa ia adalah utusan Allah, bukan hanya ucapan tersebut, tetapi juga ia akan diberikan seorang anak-laki-laki yang suci lagi sempurna, kesucian dan kesempurnaan tersebut mengisyaratkan bahwa cara perolehannya pun pasti dengan cara yang suci pula.

Menurut al-Maraghi penyandaran pemberian kepada diri Jibril, karena pemberian tersebut datang melalui tangannya, yaitu ia yang meniupkan ruh ke dalam rahimnya dengan perintah Allah SWT.

Ayat ini diperkuat di dalam surat Ali-Imran ayat 45:

Artinya: (ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al-masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)

Ayat di atas menjelaskan bahwa anak yang dikandung oleh Maryam itu akan dinamai dengan al-Masih Isa, Isa dinisbahkan kepada ibunya Maryam, karena ia lahir tanpa bapak.

Maryam merasa heran atas apa yang diberitakan Jibril kepadanya, yaitu dia akan melahirkan seorang anak yang suci sedangkan ia tidak menikah dan tidak juga berhubungan seks dengan laki-laki mana pun, kemudian ia mengatakan:

Artinya: Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!"

Jibril berkata: "Demikianlah". Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan". 11

Setelah itu Maryam mempertanyakan nasibnya yang aneh itu kepada Jibril, ia mengatakan bahwa tidak pernah seorang laki-laki pun yang menyentuhnya, yaitu melakukan hubungan seks dengan cara yang halal, dan ia juga bukan seorang perempuan pezina, maka bagaimana mungkin ia mengandung dengan tanpa suami?

Kemudian Jibril mengatakan “ Memang demikianlah!” yang telah di putuskan oleh Allah kepada Maryam, walaupun ia tidak pernah disentuh oleh laki- laki, masih perawan dan bukan karena pula ia seorang perempuan lacur, tetapi yang demikian sangat mudah bagi Allah SWT.

Quraish Shihab menambahkan bahwa kejadian ini adalah sebagai anugrah dari Allah SWT dan menciptakan seorang anak tanpa ada hubungan dengan laki- laki agar menjadi suatu tanda yang sangat nyata tentang kesempurnaan kekuasaan-Nya sehingga menjadi bukti bagi manusia, dan menjadi petunjuk bagi mereka bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah –yaitu dengan melahirkan seorang anak tanpa bapak- , dan kejadian ini telah Allah putuskan dan pasti akan terjadi, maka Maryam diperintahkan untuk menerima dengan hati yang tentram.

Begitu juga yang diungkapkan al-Maraghi dalam menafsirkan ayat ini, bahwa Allah tidak membutuhkan materi serta alat-alat untuk menciptkan manusia, apa yang Ia kehendaki maka akan sangat mudah terjadi. Ayat ini diperkuat dengan firman Allah SWT di dalam surat Ali-Imran ayat 47:

Artinya: Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, Padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, Maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah Dia .

Setelah beberapa kejadian aneh yang dialami oleh Maryam, kemudian ia menerima ketetapan Allah SWT tersebut dengan ikhlas, maka Jibril meniupkan ruh ke tubuh Maryam, dalam hal ini ulama berbeda pendapat dimanakah Jibril meniup. Quraish Shihab mengatakan bahwa Jibril meniup di tubuh Maryam. Sedangkan al-Maraghi mengatakan bahwa Jibril meniup kantong baju besinya ( bagian depan baju yang terbuka) lalu tiupan itu masuk ke dalam rahimnya, maka Maryam pun hamil.

Lain lagi yang diungkapkan Ibnu Katsir, Jibril meniup ruh di lengan bajunya, yang kemudian ruh itu turun hingga mengalir ke farji. Sehingga ia mengandung atas izin Allah SWT.

Cerita ini terdapat di dalam surat Maryam ayat 22:

Artinya: Maka Maryam mengandung, lalu ia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.

Kemudian Maryam mengasingkan diri ke tempat yang jauh membawa kandungannya itu, agar manusia tidak mengetahui dengan keadaannya tersebut. Karena ia malu melihat keadaannya yang hamil tanpa didampingi oleh seorang suami. Karena ia adalah keturunan dari nabi-nabi, dan merasa akan mendapat tuduhan dari kaumnya, maka ia pun menjauhkan diri dari manusia.

Peristiwa-Peristiwa yang Terjadi Setelah Kelahiran Nabi Isa A.S

Semakin hari semakin besar kandungannya, sehingga telah tiba waktu Maryam melahirkan seorang anak, rasa sakit yang ia rasakan memaksa ia untuk bersandar ke pangkal pohon korma. Menurut Quraish Shihab gerakan yang sangat keras, maksudnya adalah karena desakan janin untuk keluar melalui rahim, mengakibatkan pergerakan anak dalam perut dan mengakibatkan kontraksi sehingga menimbulkan rasa sakit. Hal ini tergambar di dalam surat Maryam ayat 23:

Kemudian rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Wahai, betapa baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhantikan, lagi dilupakan".

Melihat kondisinya yang demikian, Maryam berkata “ Wahai, betapa baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan, lagi dilupakan".

Ayat ini menggambarkan bahwa Maryam merasa malu kepada orang lain dengan apa yang telah terjadi kepadanya, karena dia khawatir bencana serta kesedihan akan ia terima setelah melahirkan anak tanpa ayah. Ditambah lagi kesukaran baru, yaitu ia memerlukan air untuk memandikan anaknya, serta memerlukan makanan, Maryam pun merasa semakin sedih.

Melihat kondisi tersebut, Allah mengutus malikat Jibril untuk menghibur Maryam, sehingga ia tidak lagi merasa sedih dengan takdir yang Allah berikan. Jibril berkata yaitu yang diceritakan di dalam al-Qur’an ayat 24:

Artinya: Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,

Jibril menyampaikan pesan dari Allah SWT agar dia jangan bersedih hati bersusah pikiran, karena Allah telah menyediakan air yaitu sebuah anak sungai yang kecil dan airnya jernih, kemudian dia disuruh untuk menggoyangkan pohon korma agar ia dan anaknya dapat memakan dan melanjutkan hidup mereka.

Kemudian dilanjutkan dengan ayat 26:

Artinya: Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seseorang, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".

Maryam diperintahkan agar ia tidak terlalu memikirkan apa yang telah terjadi, ia diperintahkn makan dan minum atas apa yang Allah anugerahkan kepadanya, dan mengusir kesedihannya, karena Allah SWT telah mensucikan masa depannya, dan membersihkan pencemaran yang dituduhkan kepada kaumnya terhadap dirinya. Sehingga mereka yakin dan mengakui bahwa Maryam adalah sosok yang suci lagi bersih dari sifat-sifat yang tercela.

Kemudian Ketika membawa Isa a.s membawa anaknya kepada kaumnya yaitu terdapat di dalam surat Maryam ayat 27:

Artinya: Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. kaumnya berkata: "Hai Maryam, Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang Amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina",

Menurut Qurais Shihab, suatu perbuatan yang telah pasti keburukannya, yaitu perzinahan yang dituduhkan kepada Maryam, yang merupakan perkara yang sangat besar sehingga sulit manusia untuk menerima hal tersebut. Maka Maryam diperintahkan untuk berpuasa berbicara dengan manusia, karena urusan tersebut telah diserahkan kepada Allah SWT dan menerima seluruh qadha-Nya.

Kata “saudara Harun” ada beberapa pendapat para tentang panggilan untuk Maryam ini. maksud ‘ ’saudara Harun ’’ ini ada yang mengatakan bahwa Maryam disebut sebagai saudara perempuan Harun untuk memberikan atribut kesalehan kepadanya, karna nama Harun biasa disebut kepada orang yang saleh dari kalangan masyarakat pada waktu itu. Siapa saja yang mempunyai sifat saleh maka ia dinisbahkan dengan Harun, ada juga yang berpendapat penisbahan gelar itu karna sifat seorang yang bejat karna pada masa itu nama Harun terkenal dsngan sifat yang sangat keji.

Kemudian ada juga yang mengatakan bahwa Harun yang dimaksud adalah saudara Musa, tetapi makna saudara perempuan disini mengandung makna majazi yang maksudnya adalah keturunan Harun.

Imam al-Thabari mengatakan bahwa ia lebih condong kepada pendapat yang mengutip hadits Rasulullah SAW.

Ahmad, Muslim, al-Tirmidzi, al- Nasa’I, al-Thabari, Ibnu Hibban dan yang lainnya meriwatkan melalui al-Mughirah Ibn Syu’bah bahwa dia diutus oleh Nabi SAW . menuju penduduk Najran yang menganut agama Kristen lalu mereka berkata ‘’Kalian membaca (dalam al-Qur’an) ya Ukhta Harun, padahal pada masa Musa (dan Harun) jauh sebelum masa nabi Isa a.s sekian lamanya.’’ Al Mughirah berkata ‘’lalu Rasul SAW bersabda :’’Tidakkah engkau menyampaikan kepada mereka bahwa mereka itu dinamai dengan nama para Nabi dan orang-orang yang saleh yang hidup sebelum mereka .‘’

Yakni orang-orang saleh masyarakat yang hidup pada masa Maryam dinamai dengan nama-nama para Nabi seperti menamai Maryam dengan saudara dari Nabi yang saleh yaitu Nabi Harun a.s, bukan dalam arti bahwa Maryam adalah saudara Nabi Harun a.s.

Mendengar cercaan serta hinaan dari kaumnya, kemudian Maryam menunjuk kepada bayinya, agar mereka sendiri yang menanyakan hal tersebut kepada anaknya. Mereka pun murka kepada Maryam karena menyangka Maryam mengejek dan mempermainkan mereka:

Artinya: Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka berkata: "Bagaimana Kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?" berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka . dan Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaKu, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".

Ayat ini menjelaskan bahwa Maryam mengisyaratkan kepada kaumnya agar menanyakan perkara yang aneh tersebut kepada anaknya, mendengar hal tersebut mereka berkata “ "Bagaimana Kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?" yaitu anak yang ada dalam gendongannya yang masih kecil, maka mustahil jika bayi tersebut dapat berbicara.

Mendengar perdebatan tersebut Isa yang masih bayi tersebut berkata:

Dia memberikanku al-Kitab dan Dia menjadikanku seorang Nabi”

Ayat ini menjelaskan bahwa Isa membela dan membebaskan ibunya dari tuduhan perzinaan serta kekejian dari kaumnya, kemudian ia melanjutkan “ Dia menjadikanku seorang yang diberkati dimana saja aku berada” . Para ulama fiqih telah sepakat tentang firman Allah ini, bahwa keberkahan yang dimaksud disini adalah Amar ma’ruf dan nahi munkar dimana pun Isa a.s berada.

Kemudian diperintahkan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, hal ini mengabarkan kepadanya tentang sesuatu yang menjadi urusannya hingga hari kematiannya, sesuatu yang telah ditetapkan-Nya. Setelah itu berbakti kepada oraang tuanya, hal ini menandakan bahwa setelah patuh kepada perintah Allah kemudian berbakti kepada orang tua. Karena Allah banyak menyertakan perintah beribadah kepada-Nya dengan taat kepada orang tua. Allah berfirman:

bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tua ibu bapakmu, hanya kepada Kulah kembalimu (QS: Luqman:14)

Isa melanjutkan bahwa Allah tidak menjadikannya seorang yang sombong lagi celaka, dan ia mengatakan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan kembali. Quraish Shihab mengatakan bahwa ayat ini merupakan dalil dibolehkan umat Islam mengucapkan Selamat Natal kepada umat non Muslim

Kisah kelahiran nabi Isa as ini mirip dengan kisah nabi Zakaria a.s yang mempunyai keturunan ketika ia telah tua renta dan istri nya dalam keadaan mandul, tetapi hal tersebut tidak mustahil terjadi karena Allah telah memberikan karunianya dengan memberikan seorang ank yang sholeh. Cerita ini tertera di dalam al-Quran surat Ali Imran ayat 39-40:

Artinya: Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi Termasuk keturunan orang-orang saleh".

Artinya: Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?". berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya".

Ketika Allah SWT telah menyebutkan kisah Nabi Zakaria a.s ketika kondisi tuanya yang tidak memiliki anak dan kemandulan istrinya, dia dikaruniai oleh Allah SWT anak yang sholeh serta pandai , suci dan berkah, kemudian Allah menyambung kisah tersebut dengan mengaitkan dengan kisah Maryam yang melahirkan Anaknya yang tidak memiliki bapak.

Referensi :

  • Hamka, Tafsir al-Azhar. (Singapura: Pustaka Nasional)
  • Imam Abu al-Fida Ismail Ibnu Katsir al-Dimasyqy, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir . (Jakarta: Gema Insani)
  • Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maragh , ( Semarang: CV Toha Putra)
  • Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, ( Jakarta: Lentera Hati)
  • Wahbah Zuhaily, Tafsir al-Munir fi al-‘ Aqidah wa al-Syari’ah wa al-manha. (Damaskus: Darul Fikri)
  • Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Quran ( Jakarta: Lentera Antar Nusa, 2009).