Bagaimana keunikan dari tarian Ma'Badong?

image
Hai teman-teman dictio, kali ini kita berdiskusi tentang tari yang berasal dari Sulawesi Selatan. Apa yang kamu ketahui dari tarian ini ? dan bagaimana keunikannya ?

Ma’ Badong merupakan salah satu tarian adat Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian ma’ badong diadakan pada upacara kematian (Rambu Solo’) yang dilakukan secara berkelompok, para peserta (pa’badong) membentuk lingkaran dan saling berpegangan dengan mengaitkan jari kelingking.

Para pa’ badong terdiri dari pria dan wanita setengah baya atau para orang tua dengan pemimpin badong yang biasa disebut sebagai Indo’ Badong (perempuan) atau Ambe’ Badong (Laki-laki). pemimpin badong akan melantunkan syair (Kadong Badong) atau semacam riwayat hidup dari orang yang meninggal mulai dari lahir sampai ia wafat dengan memberikan kalimat-kalimat syair dan modus nada untuk dinyanyikan oleh semua kelompok penari sambil berbalas-balasan. gerakannyapun memiliki ritme tersendiri mengikuti syair dari badong yang dilantunkan.

Dalam Tarian badong beberapa hal yang menjadi keharusan sebagai tata baku badong adalah; Penari badong paling sedikit berjumlah lima orang, Syair lagu badong adalah syair yang sudah terstruktur sesuai dengan keempat fungsi ditambahkan dengan riwayat hidup dari orang yang meninggal

Badong dilaksanakan pada upacara pemakaman di lapangan atau tempat terbuka yang dikelilingi oleh lantang (Pondok) yang digunakan pada saat upacara kematian berlangsung.

Ma’ bodong biasanya dilakukan pada upacara kematian yang dilaksanakan secara besar-besaran. para peserta badong telah ditentukan untuk melaksanakan tarian badong selama kegiatan berlangsung utamanya ketika menyambut tamu yang datang. Tarian Ma’badong kadang menelan waktu berjam-jam, bahkan berlangsung sampai tiga hari tiga malam sambung menyambung di pelataran duka.Badong hanya dilakukan di upacara kematian dan bersifat sakral, bukan untuk permainan sehingga tidak akan dilakukan di upacara yang lain.

Rangkaian gerakan badong berupa gerakan kepala, pundak, tangan, dan kaki, serta perputarannya tidak mengalami perubahan dan variasi, tetapi berupa tata cara yang masih sama dengan yang diwariskan turun-temurun.

Masyarakat Tana Toraja Percaya bahwa ma’badong akan menuntun arwah orang yang meninggal menuju alam peristirahatan yang terakhir yaitu alam Puya.