Bagaimana keterkaitan antara Hedging dan Manajemen Risiko?

Hedging dan Manajemen Risiko

Bagaimana keterkaitan antara Hedging dan Manajemen Risiko?

Menurut Brigham dan Houston (2013), Hedging atau lindung nilai adalah menggunakan transaksi untuk menurunkan risiko. Hedging dilakukan oleh suatu perusahaan atau individu untuk melindungi terhadap suatu perubahan harga yang akan memberikan dampak negatif pada laba.

Menurut Chance dan Brooke (2008), Hedging adalah sebuah komponen dari proses yang lebih umum yang dinamakan manajemen risiko. Manajemen risiko adalah sebuah praktik mendefinisikan tingkat risiko yang diinginkan perusahaan, mengidentifikasi tingkat risiko saat ini, dan menggunakan derivatif atau instrumen finansial lainnya untuk menyesuaikan tingkat risiko saat ini dengan tingkat risiko yang diinginkan.

Hedging merupakan tindakan perusahaan dalam rangka pengalihan risiko nilai tukar yang dihadapi perusahaan. Risiko nilai tukar merupakan potensi penyimpangan pada hasil atau eksposur yang diharapkan karena fluktuasi nilai tukar. Biasanya risiko nilai tukar dikaitkan dengan potensi penyimpangan pada transaksi atau arus kas, laba akuntansi, dan penyimpangan nilai perusahaan atau kekayaan pemegang saham.

Kebijakan hedging yang dilakukan perusahaan merupakan bagian dari pengelolaan risiko yang akan mempengaruhi strategi dan kondisi perusahaan. Pengelolaan risiko mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Hal ini didorong oleh beberapa faktor yaitu, kompleksitas risiko, kondisi eksternal dan ketersediaan produk pengelola risiko. Terkait dengan risiko nilai tukar, kompleksitasnya terkait pada akibat berantai yang ditimbulkan. Misalnya dampak terhadap peningkatan biaya bahan baku per unit produk sehingga akibat berikutnya adalah kenaikan harga jual produk. Sedangkan untuk kondisi eksternal terkait dengan risiko pasar yang semakin besar bila faktor-faktor ekonomi berfluktuasi dengan besar.

Menurut Aretz dan Batram (2009), rumusan Modigliani dan Miller menyebutkan bahwa keputusan pembiayaan perusahaan tidak dapat digunakan untuk meningkatkan nilai perusahaan di pasar modal yang sempurna karena pemegang saham dapat dengan mudah meniru mereka. Akibatnya, karena manajemen risiko perusahaan dapat dilihat sebagai kebijakan pembiayaan, ia tidak dapat berkontribusi terhadap penciptaan nilai perusahaan. Agar manajemen risiko perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, harus ada anggapan bahwa satu atau lebih asumsi kerangka M & M dilanggar. Dengan kata lain, manfaat Hedging perusahaan (jika ada) harus timbul karena ketidaksempurnaan pasar modal, yang mencegah pemegang saham untuk dapat secara sempurna meniru manajemen risiko di tingkat perusahaan.

Menurut Chance dan Brooke (2008), argumen Modigliani dan Miller mengabaikan fakta bahwa kebanyakan perusahaan dapat menerapkan manajemen risiko secara lebih efektif dan dengan biaya lebih rendah daripada pemegang saham. Ukuran dan investasi mereka dalam sistem informasi memberi keuntungan kepada perusahaan atas pemegang saham mereka. Beberapa keuntungannya antara lain:

  1. Perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari mengelola risiko jika pendapatan mereka berfluktuasi dalam berbagai rentang pajak. Bila menggunakan sistem pajak progresif, mereka memiliki pajak yang lebih rendah dengan cara menstabilkan pendapatan mereka.

  2. Manajemen risiko dapat mengurangi kemungkinan kebangkrutan.

  3. Manajemen risiko dapat dilakukan karena manajer, yang kekayaannya sangat terkait dengan kinerja perusahaan, hanya mengelola risiko mereka sendiri.

  4. Perusahaan yang berada dalam keadaan hampir bangkrut akan menemukan bahwa mereka memiliki sedikit insentif untuk berinvestasi dalam proyek yang tampaknya menarik sehingga perusahaan tersebut dapat melunasi hutangnya. Ini disebut masalah underinvestment. Mengelola risiko membantu menghindari situasi seperti itu dan, seperti, meningkatkan peluang perusahaan akan selalu berinvestasi dalam proyek yang menarik, yang baik untuk masyarakat secara keseluruhan. Manajemen risiko juga memungkinkan perusahaan menghasilkan arus kas yang diperlukan untuk melaksanakan proyek investasi mereka. Jika dana internal tidak mencukupi, mereka mungkin harus melihat ke arah dana eksternal. Beberapa perusahaan akan memotong investasi daripada meningkatkan modal baru.

  5. Perusahaan menggunakan manajemen risiko sebagai alasan untuk berspekulasi di bidang di mana mereka memiliki keahlian kurang dari yang mereka kira. Misal ketika sebuah perusahaan produk konsumen berspekulasi mengenai suku bunga luar negeri, maka tidak lagi hanya perusahaan produk konsumen tetapi sudah menjadi perusahaan perdagangan keuangan dan harus siap menanggung konsekuensi jika ramalannya salah. Beberapa perusahaan mempraktikkan manajemen risiko karena mereka benar-benar percaya bahwa mereka dapat melakukan pergerakan setiap waktu di sumber risiko yang mendasarinya.

  6. Perusahaan lain mengelola risiko karena mereka percaya bahwa peluang arbitrase dimungkinkan.

Menurut Chance dan Brooke (2008), penting untuk ditekankan bahwa mengurangi risiko bukanlah alasan yang tepat untuk melakukan Hedging atau pengelolaan risiko. Perusahaan yang menerima risiko rendah dalam jangka panjang akan dapat menurunkan tingkat return. Apalagi jika pemegang saham mereka benar-benar menginginkan risiko yang lebih rendah, mereka dapat dengan mudah menyesuaikan kembali portofolio mereka. Mengelola risiko harus menciptakan nilai bagi pemegang saham, memberi mereka sesuatu yang tidak dapat mereka dapatkan sendiri. Sejauh manajemen risiko dapat mengurangi proses kebangkrutan yang mahal, menghemat pajak, dan mempermudah perusahaan untuk mengambil proyek investasi yang menguntungkan, maka nilai bagi pemegang saham telah tercipta.