Bagaimana kesuksesan domba dolly dalam pada bidang kloning?

20 Tahun lalu, tepatnya tahun 1996, dunia sains gempar dengan berita berhasil dikembangkannya seekor domba kloning bernama Dolly. Dengan cepat, nama Dolly mendadak jadi superstar tak hanya di dunia sains, namun di media. Bagaimanakah kisahnya?


Domba kloning yang mulanya diberi kode “6LL3” ini dinamai sesuai dengan penyanyi dan aktris kenamaan Amerika Serikat, Dolly Parton. Nama tersebut disarankan oleh salah salah satu peternak yang membantu kelahiran si Dolly dan mengetahui bahwa domba itu merupakan hasil kloning dari sel kelenjar susu.
Sel tersebut diambil dari kelenjar susu seekor domba berumur enam tahun dan dikultur di laboratorium dengan menggunakan jarum mikroskopis. Pembiakan itu menggunakan metode yang pertama kali dilakukan dalam perawatan kesuburan manusia pada tahun 1970. Setelah menghasilkan sejumlah telur normal, para ilmuwan menanamkan telur-telur tersebut ke dalam domba betina pengganti. 148 hari kemudian, salah satu domba melahirkan Dolly.
Kelahiran Dolly diumumkan secara terbuka pada bulan Februari 1997 sebagai sebuah gejolak kontroversi. Di satu sisi, para pendukung berpendapat bahwa teknologi kloning dapat menciptakan awal baru bagi kemajuan ilmu kedokteran. Kloning dilakukan dengan mengutip produksi hewan hasil rekayasa genetika menjadi donor organ untuk manusia.
Selain itu, ada pula kloning “terapeutik”—proses kloning embrio untuk mengumpulkan sel induk—yang digunakan dalam pengembangan perawatan penyakit saraf degeneratif, seperti Alzheimer dan Parkinson.
Beberapa ilmuwan juga melihat klasifikasi hewan sebagai suatu alternatif dalam melestarikan spesies yang terancam punah. Di sisi lain, para pengkritik memandang bahwa teknologi kloning ini justru tidak aman dan tidak etis, terutama bila diterapkan pada manusia.
Selama hidup singkatnya, Dolly dikawinkan dengan seekor domba jantan bernama David dan akhirnya melahirkan empat ekor domba. Pada bulan Januari 2002, ia ditemukan menderita radang sendi di kaki belakangnya. Hal ini menimbulkan berbagai spekulasi mengenai kelainan genetik yang mungkin terjadi karena proses kloning.
Setelah menderita penyakit paru yang semakin parah, Dolly mati pada 14 Februari 2003 pada umur enam tahun. Kematiannya yang awal menimbulkan lebih banyak pertanyaan mengenai keamanan kloning, baik hewan maupun manusia.
Meskipun Ian Wilmut, ilmuwan utama di tim yang memproduksi Dolly, telah berbicara secara terbuka bahwa ia menentang kloning manusia, namun sepertinya para pendukung kloning tidak akan terpengaruh dengan pernyataan tersebut. Sementara itu, Dolly si domba bersejarah diabadikan dan sekarang dipajang di Museum Nasional Skotlandia di Edinburgh.