Ikan Patin
Larva patin berumur 0-2 hari, belum diberi pakan tambahan karena masih mempunyai makanan berupa kuning telur (yolk) yang menmpel di perut.
Umur 2-7 hari, larva pati diberi pakan telur artemia Sp. Umur 7-15 hari, larva patin diberi pakan cacing sutera atau Tubifex sp. Sementara itu, benih patin mulai umur 15-30 hari sudah dapat diberikan pakan pelet berbentuk tepung dengan kandungan protein minimal 40%.
Di habiatat aslinya, patin memakan ikan-ikan kecil, cacing, udang-udangan, moluska, serangga, dan biji-bijian. Berdasarkan jenis pakannya yang beragam tersebut, patin dikategorikan sebagai ikan pemakan segala (karnivora).
Namun demikian, pakan buatan (pelet) merupakan makanan yang terbaik dan mutlak diberikan bagi ikan patin yang dibudidayakan secara intensif.
Pakan buatan pabrik atau pelet memang memiliki kualitas yang terjamin dengan kandungan nutrsi yang lengkap sehingga sangat baik untuk perkembangan dan pertumbuhan patin yang optimal.
Namun, yang menjadi pertimbangan jika menggunakan pakan buatan parik adalah harganya yang relatif mahal. Ikan patin termasuk salah satu ikan yang rakus terhadap makanan tambahan.
Pada pembudidayaan, dalam umur enam bulan saja, ikan patin bisa mencapai panjang ukuran antara 35 - 40 cm.
Untuk menekan biaya produksi akibat harga pakan yang mahal, ikan patin dapat diberikan pakan berupa pelet ikan buatan sendiri serta pakan tambahan lainnya.
Contoh pakan tambahan bagi ikan patin adalah ikan rucah, limbah pemindangan ikan, limbah peterakan ayam atau burung puyuh, misalnya bangkai yang dibakar, sisa telur yang tidak menetas, keong mas, dan belatung.