Bagaimana karakteristik musik dangdut bergenre koplo?

Bagaimana karakteristik musik dangdut bergenre koplo ?

Dangdut merupakan jenis musik yang pemberian namanya diperkirakan berasal dari bunyi sepasang kendang yang dimainkan secara khusus dalam musik tersebut. Salah satu jenis musik dangdut yang saat ini menjadi perhatian publik adalah dangdut koplo. Bagaimana karakteristik musik dangdut bergenre koplo ?

1 Like

Temuan Weintraub menjadi salah satu rujukan penting terhadap karakteristik Dangdut Koplo. Akan tetapi, ada pula perkembangan lainnya yang menjadi tren di dalam Dangdut Koplo sehingga pada akhirnya menjadi unsur pembangun karakteristiknya. Karakteristik tersebut dijelaskan beberapa sub pembahasan berikut.

  1. Pola Permainan Khusus Pada Gendang
    Perbedaan karakteristik dangdut dan Dangdut Koplo menurut Weintraub di atas yakni pertama ialah terdapatnya pola tabuhan khusus. Pada konteks ini ialah pola permainan gendangnya. Pada dangdut sebelumnya pola permainan gendang cen-derung hanya menggunakan pola chalte dari permainan tabla India, sedangkan pada Dangdut Koplo cenderung variatif. Unsur-unsur permainan gendang dalam Dangdut Koplo ialah perpaduan antara chalte dan pola-pola gendang dari berbagai kesenian lokal di berbagai wilayah budaya. Biasanya pola gendang jaipong dari Sunda yang disebut mincid (baik mincid arang maupun rangkep) (Wawancara Rasita, 29 Mei 2017). Pola permainan gendang tersebut yang akhirnya disebut pola gendang “koplo”.

  2. Kecenderungan Tempo Cepat
    Perkembangan selanjutnya dari dangdut menjadi Dangdut Koplo ialah tempo yang cepat. Kecenderungan tempo cepat tersebut memang sangat terasa di dalam Dangdut Koplo. Lagu-lagu dangdut atau non-dang-dut yang digarap koplo terkadang cende-rung memiliki tempo yang lebih cepat. Tempo cepat tersebut yang sangat pas untuk membentuk suasana joged yang lebih dinamis dan membangun para penikmatnya untuk bergerak lebih enerjik. Adapula aransemen lagu pada awalnya cenderung tempo pelan kemudian berubah menjadi cepat pada saat masuknya pola koplo.

    Kecenderung tempo cepat memang terjadi dalam Dangdut Koplo, akan tetapi adapula lagu yang digarap koplo namun tidak termasuk ke dalam ritme cepat. Hal tersebut dapat terjadi Karena apabila pola utama gendang koplo diasosiasikan dengan pola kendang jaipong yang disebut mincid, pola tersebut ada yang disebut mincid carang dan mincid rangkep. Pola mincid rangkep adalah percepatan dari pola mincid carang. Bisa dibilang bahwa mincid rangkep adalah pola rangkap dari mincid carang sehingga membuat irama kendang menjadi lebih cepat (Wawancara Rasita, 22 Mei 2017).

  3. Pencampuran Berbagai Macam Genre Sebagai Aransemen
    Karakter selanjutnya ialah pencampuran berbagai genre musik yang dijadikan sebagai pendekatan aransemen. Sejumlah genre musik seperti Pop, Keroncong, Reggae, Ska, House Music, dan lain sebagainya, biasa disisipkan pada lagu-lagu di luar lagu dangdut murni atau dangdut piur (lagu-lagu pra Dangdut Koplo). Ada sejumlah alasan mengapa para praktisi tidak mengaransemen lagu dangdut murni dengan menggunakan pendekatan musik genre lain. Dangdut Koplo merupakan musik dengan tempo cepat, aksi panggung yang lebay serta mencampurkan genre dangdut dengan musik populer lainnya terutama dalam konteks musik lokal. Kemudian Dangdut Koplo mengadaptasi pop, rock, dan musik lokal, sehingga merubah dangdut merefleksikan era ketidakstabilan ekonomi dan perubahan sosial (Weintraub, 2013).

  4. Kecenderungan Unsur Erotisme
    Karakteristik terakhir Dangdut Koplo menurut Weintraub ialah pertunjukan yang cenderung erotis. Hal tersebut memang sangat lazim ditemui terutama pentas Dangdut Koplo di daerah Pantai Utara (Pantura). Inul Daratista sebagai penyanyi yang berangkat dari kelompok Dangdut Koplo memperkuat lekatnya erotisme di dalam pertunjukannya. Erotisme yang dimunculkan berupa kostum yang mengumbar lekuk tubuh dan bagian tubuh penyanyi, goyangan para penyanyi, dan desahan erotik improvisatif oleh pe-nyanyi. Unsur-unsur di atas melekat dalam Dangdut Koplo, walaupun mungkin saja sebelum Dangdut Koplo erotisme di dalam dangdut sudah ada.

    Erotisme dari penyanyi wanita sangat mudah didapatkan pada pertunjukan Dang-dut Koplo karena cenderung lebih banyak dari pada penyanyi laki-laki. Tidak semua unsur erotisme melekat pada diri penyanyi dan tidak semua penyanyi juga yang meng-gunakan hal tersebut di atas panggung. Pada perkembangannya adapula penyanyi yang memilih menjadikan sensualitas dan erotisme sebagai modal pentas di panggung dibandingkan menjual kualitas vokalnya.

  5. Hadirnya Trend Jem-jeman diikuti Senggakan
    Empat karakteristik menurut Weintraub di atas, adalah unsur-unsur yang membentuk citra Dangdut Koplo. Pada perkembangan-nya, trend Dangdut Koplo dewasa ini mem-buat karakteristik pada musik tersebut berkem bang. Penulis melihat berdasarkan trend Dangdut Koplo di era kekinian, karakter lainnya ialah terdapatnya variasi-variasi pola gendang berupa isian-isian atau filler yang biasa disebut sebagai jem-jeman, jep-jepan, dan senggakan. Seperti informasi pada literatur bahwa pembeda dangdut dan Dangdut Koplo pada permainan kendang yang membentuk ruang senggakan. Senggakan dalam mengisi repertoar demi repertoar lagu. Senggakan terbukti membedakan tempo musik. Patahan-patahan musik memberikan efek yang lebih enerjik dan lebih parsitipatif keberlangsungannya (Raditya, 2013).

    Senggakan muncul melalui pola-pola va-riasi gendang Dangdut Koplo. Masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan kalimat “Buka Sithik Josss!” (Buka sedikit joss). Kalimat tersebut begitu populer melalui Dangdut Koplo kemudian menyebar dalam skala nasional salah satunya melalui acara “Yuk Kita Sahur”. Acara “Yuk Kita Sahur” pada pertengahan tahun 2012 tepatnya di bulan suci Ramadan, sangat populer ter-utama saat segmen yang disebut goyang Cesar. Segmen tersebut berupa aksi joged yang dipimpin oleh seorang bernama Cesar dengan gerakan yang unik dan lucu. Gerak goyang tersebut menggunakan lagu berjudul “Buka Sithik Joss” yang dipopulerkan oleh Juwita Bahar. Goyang Cesar tersebut meng gunakan salah satu bagian lagu dan m emiliki variasi pola gendang yang mem-bangun pembentukan gerak joged lucu oleh Cesar. Fenomena tersebut menjadi salah satu indikator perkembangan dan pe-ngaruh Dangdut Koplo. Pengaruh tersebut menyebar dalam skala nasional melalui variasi-variasinya atau jem-jeman yang dapat mem bentuk senggakan dan menstimulan berbagai macam gerak jogged.

Ciri selanjutnya yang identifikasi oleh Setiaji (2017) di dalam Dangdut Koplo ialah munculnya variasi-variasi berupa isian-isian yang dina-ma kan jem-jeman atau jep-jepan. Isian-isian tersebut lagi-lagi menjadi tanggung jawab dari praktisi gendang. Jem-jeman tersebut berupa patahan-patahan permainan gendang dengan sejumlah aksen-aksen yang diikuti oleh instrument lainnya, seperti keyboard, simbal, gitar, dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk jem-jeman sangat beragam, ada yang berada di akhir kalimat sebuah lagu, ada pula yang bahkan pada satu kalimat lagu.

Referensi

Setiaji, Denis. 2017. Tinjauan Karakteristik Dangdut Koplo Sebagai Perkembangan Genre Musik Dangdut. Jurnal Handep. Vol. 1 (1) : 19-34.