Bagaimana kalau suamimu kelak ingin berpoligami?

image

Persepsi terkait berpoligami masih memunculkan polemik di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Sepakat atau tidak sepakat, masing-masing orang memiliki tanggapan dan alasan masing-masing. Biasanya hal ini menjadi sangat sensitifi apabila diperbicarakan di kalangan wanita, khususnya para istri. Tentu saja, hati siapa yang kuat apabila harus berbagi suami dengan orang lain dan diduakan oleh orang yang kita cintai ? Walaupun suami berjanji akan berlaku adil, tetapi perasaan tidak membohongi ketidakrelaan istri.

Namun bagaimana pendapatmu apabila suamimu kelak meminta izin dirimu untuk menikah lagi dan berpoligami ?

2 Likes

Kalau saya bukan lah orang yang menentang poligami, karena di agama Islam sendiri memang membolehkan seorang suami untuk berpoligami. Namun untuk berada di kondisi itu, menjadi istri yang dipoligami, jujur kalau untuk saat ini dengan pemikiran saya hari ini, saya belum siap kelak dipoligami oleh suami saya yang merupakan orang yang saya cintai. Alasannya ya, karena belum siap berbagi suami dengan orang lain. Hari ini, mungkin ego saya masih tinggi dan mengatakan belum siap. Tetapi bisa jadi, suatu hari nanti apabila suami saya meminta izin untuk berpoligami, bisa jadi juga akan saya izinkan.

Karena menurut saya, laki-laki melakukan poligami tidak hanya karena untuk memuaskan nafsunya. Salah satu tujuan yang mulia dari poligami adalah menikahi wanita janda atau single parent untuk menanggung kebutuhan hidupnya dan anak-anaknya. Seorang ibu yang single parent cukup kesulitan untuk bekerja sambil mengurus anak. Kalau memang suatu hari nanti saya siap dengan keadaan seperti itu, saya pun akan mengizinkan suami saya. Karena memang tujuan menikah adalah beribadah kepada Allah. Bukan hanya sekedar membahagiakan diri semata. Namun ridho Allah yang perlu diraih dan mengumpulkan pahala sebagai bekal di akhirat nanti…

Saya tidak menentang ajaran saya. Saya menghargai dan mempercayai ajaran saya. Saya tetap menghargai mereka yang menerapkan poligami dalam kehidupan berkeluarga. Namun kalau disuruh memilih, saya tidak ingin untuk dipoligami.

Beberapa wanita yang pro dengan poligami, menganggap bahwa hal tersebut memang tidak masalah, memang ajaran Islam yang harus dijunjung tinggi. Mereka, terima jika kelak dipoligami. Saya menghargai kesanggupan mereka. Sangat menghargai, bahkan sangat salut pada mereka. Sebuah keikhlasan yang bagi saya sangat luar biasa. Saya tidak sanggup.

Sedangkan yang kontra, cukup emosional ketika berdiskusi tentang hal ini. Bagi mereka, mereka pun punya hak untuk mendapat kesetiaan dalam kehidupan rumah tangga. Sebagian dari mereka, bahkan lebih frontal menentang poligami dibanding saya.

Mengapa saya tidak ingin dipoligami? Sederhananya (atau mungkin… egoisnya), saya tidak mau berbagi kasih sayang. Saya tidak ikhlas harus membagi cinta dengan wanita lain. Saya ingin menjadi satu-satunya istri, tanpa toleransi dengan alasan apapun.

Saya akui, saya tidak sekuat dan sebijak wanita lain di luar sana. Saya egois soal cinta. Saya tidak ingin berbagi.
Alasan selanjutnya yakni tentang anak saya kelak. Jika saya setuju suami saya menikah lagi, atau jika saya setuju menjadi istri kedua/ketiga/keempat, apakah kelak anak saya juga sependapat? Apakah anak saya dapat menerima semua itu? Ataukah dia akan sakit hati dengan semua keadaan orang tuanya?

1 Like

Huhuhu… nangis dulu lah sebelum komen.

Saya secara pribadi tidak menentang poligami. Sebab tidak ada yang salah dengan praktek tersebut jika dilakukan dengan alasan yang dibenarkan agama. Tetapi bukan berarti jika suami saya meminta izin berpoligami kemudian akan saya izinkan begitu saja.

Pertama saya harus menimbang alasan dibaliknya, apakah poligami tersebut hanya bertujuan untuk kepuasan syahwat semata. Jika demikian maka saya akan meminta cerai saja. Terlebih jika saya sebagai istrinya masih sehat wal afiat dan mampu memenuh kebutuhan bathin suami.

Kedua saya harus mempertimbangkan kesiapan diri saya dalam menghadapi permasalahan akibat poligami yang dilakukan. Jika monogami saja sering berselisih gimana kalau ada dua istri. Selain itu saya juga harus memikirkan dampak buat kesehatan mental anak-anak saya.

Yang ketiga saya juga harus mempertimbangkan masalah ekonomi keluarga. Bagaimana bisa mengizinkan suami berpoligami jika buat nabung saja susah (bukan curhat).

Dengan pertimbangan diatas sepertinya susah buat saya ikhlas memberi izin tersebut. Hehehe…

Saya adalah salah satu orang yang tidak pernah menentang poligami. Sesuai ajaran agama saya, islam, poligami jelas diperbolehkan asal bisa memenuhi beberapa syarat. Apalagi kita tahu bahwa jumlah wanita saat ini lebih banyak dari laki-laki. Tetapi melihat kondisi dunia saat ini, atau tidak perlu jauh-jauh, lingkungan sekitar saya saja, masih ada pertanyaan di benak saya: apakah sekarang masih ada seseorang yang sanggup memenuhi semua syarat berpoligami sesuai syariat itu?

Sekali lagi, bukan menentang, tetapi karena masih ada pertanyaan tersebut di pikiran, saya masih ragu apakah saya berkenan dipoligami ketika menjadi istri nanti. Mungkin, jika saya menemukan suami yang benar-benar bisa memberi saya kepercayaan penuh, juga alasan yang bisa diterima, saya ikhlas dipoligami. Ingat, masih ada kata 'mungkin’nya. Hahaha.