####Konsep malu dalam perspektif Islam
Kaum muslimin memahami malu bagian dari iman berdasarkan hadits “Al Hayaa u min al iman”. Bila dikaji lebih dalam, maka kata haya’ di atas diambil dari kata hayat atau kehidupan. Hal ini mengindikasikan bahwa rasa malu ini merupakan pondasi dari adanya kehidupan.
Orang yang tidak memiliki malu malu bukanlah orang yang memiliki kehidupan yang sebenarnya. Ia pun diartikan sebagai suatu perasaan buruk atau tidak nyaman yang disertai dengan perasaan, lalu bila melakukan suatu hal buruk yang bertentangan dengan nilai yang dipahami.
Lebih dari itu, dari hadits di atas dipahami pula bahwa rasa malu berkaitan erat dengan keimanan. Rendahnya rasa malu berimbas pada rendahnya keimanan yang dimiliki. Namun malu yang seperti apakah yang dimaksud dalam cakupan al haya’ ini?
Rasulullah SAW bersabda:
“Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW berkata : iman itu lebih dari tujuh puluh atau lebih dari enam puluh cabang rantingnya yang terutama adalah kalimat lailahailla allah dan serendah-renahnya ialah menyingkirkan gangguan di jalan dan malu adalah sebagian dari iman”.
Imam Nawawi menyebutkan bahwa hakikat rasa malu itu muncul dalam bentuk sikap meninggalkan perbuatan jelek, dan perbuatan dzalim. Seorang sufi besar Imam Junaid menerangkan bahwa rasa malu muncul dari melihat besarnya nikmat Allah, sedangkan ia merasa banyak kekurangan dalam menngamalkan ketaatan kepada-Nya.
####Kedudukan malu dalam Islam
Sebagai makhluk sosial, manusia diberi kemampuan untuk membangun komuniksi serat interaksi. Dalam kedua proses tersebut terjalin suatu mekanisme pendistribusian tanggung jawab. Ada hal-hal yang secara aklamasi diseakati menjadi bagian tanggung jawab bersama (soccial obligation) yang dalam konteks agama biasa disebut fardlu kifayah.
Social obligation ini adalah keniscayaan yang diberikan Allah SWT dalam rangka kompetisi dalam kebaikan, dan rasa malu merupakan salah satu parameter untuk mengukur seberapa besar kontribusi seseorang dalam menjalankan kewajiban sosialnya. Hal ini mempertegas pernyataan Nabi Muhammad SAW :
“Imron bin Husain r.a kata : rosulullah SAW bersabda : malu itu tidak akan menimbulkan sesuatu kecuali kebaikan semata”.
Fungsi malu sebagai stabilitar kehidupan juga bisa dipahami dari hadist lain, yakni
“Jika Allah SWT ingin menghancurkan debuah kaum, dicabutlah dari dari mereka rasa malu”.
Bila rasa malu telah hilang maka yang muncul adalah sikap keras hati, Bila sikap keras hati membudaya, Allah mencabut dari mereka sifat sikap amanah (kejujuran dan tanggung jawab), bila sikap amanah telah hilang maka yang muncul adalah para pengkhianat.
Bila para pengkhianat telah merajalela, maka Allah mencabut rahman-Nya. Bila rahmat Allah telah hilang maka yang muncul adalah manusia laknat. Bila manusia laknat merajalela, maka Allah Allah akan mencabut dari mereka tali-tali Islam (kedamaian hidup)”
Menerangkan makna Hadits ini, Syeikh Muhammad Al Ghazali berkata dalam bukunya Khulukul Muslim :
”Bila seorang tidak mempunyai rasa malu dan amanah (tanggung jawab), ia akan menjadi keras dan berjalan mengikuti kehendak hawa nafsunya. Tak peduli apakah yang harus menjadi korban adalah mereka yang tidak berdosa .ia rampas harta dari tangan-tangan mereka yang fakir tanpa belas kasihan, hatinya tidak tersentuh oleh kepedihan orang-orang lemah yang menderita. Matanya gelap, pandangannya ganas. Ia tidak tahu kecuali apa yang memuaskan hawa nafsunya. Bila seseorang sampai tingkat perilkau seperti ini, maka telah terkelupas darinya fitrah agama dan terkikis habis jiwa ajaran Islam."
####Keistimewaan sifat malu
Rasa malu mendapat kedudukan yang sangat mulia dalam syariat Islam. Begitu juga banyak hal-hal yang bisa dikaji dari rasa malu itu. Berikut adalah keistimewaan-keistimewaan dari rasa malu :
-
Al-haya’ miftah kully khair.
Didasarkan dalam hadist yang menyatakan malu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan. Busyair Bin Ka’b seorang tabiin mengatakan bahwa rasa malu itu ilmu hikmah, darinya muncul kelembutan, keteguhan serta ketenangan. Begitu juga pendapat Ibnu Qoyyim di atas, “malu adalah akhlaq yang paling utama dan paling mulia”.
-
Rasa malu merupakan keistimewaan dan tabiat manusia.
Rasa malu adalah sifat yang selaras dengan fitrah manusia karena pada awal diciptakannya manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Dengan kesempurnaan jasmani dan rohaninya, manusia disempurnakan juga dengan akal pikirannya sehingga mendorong mereka untuk merasa malu terhadap hal-hal yang tidak manusiawi. Meskipun rasa malu sudah tertanam secara sebagai fitrah manusia, namun juga membutuhkan usaha dan pengetahuan serta didasari niat yang ikhlas karena Allah.
-
Rasa malu adalah bagiaan dari keimanan.
Disebutkan dalam beberapa hadist, yang esensinya adalah korelasional antara iman dan rasa malu seperti hadist yang menyatakan keimanan dan rasa malu adalah satu bagian, satu dengan lainya tak dapat dipisahkan.
####Macam-macam malu
Menurut Imam Ibnu Qoyim Al-jauziyyah malu itu dibagi menjadi 10 macam, yaitu :
-
Hayatul jinayah : seperti rasa malu Nabi Adam saat lari di surga.
-
Hayaut taqshir : seperti rasa malu para mailakat yang bertasbih siang dan malam tanpa henti-henti dan merasa lelah.
-
Hayaul ijla’ : rasa malu yang lepas dari sifat keterburukan
-
Hayaul haram : seperti rasa malu Rasulullah Saw ketika sekelompok kaum mengundang beliau ke walimah Zainab, kemudian mereka duduk sangat lama di acara tersebut, maka Rasulullah berdiri namun beliau tetap malu untuk mengajak pulang
-
Hayaul hisymah : seperti rasa malu ’Ali bin Abi Thalib untuk menanyakan masalah madzi pada Rasulullah Saw karena keberadaan Fatimah putri beliau di sisinya
-
Hayatul istihqar : seperti rasa malu seorang hamba saat berdo’a kepada Allah
-
Hayaul mahabbah : seperti malu seseorang terhadap orang yang dicintainya
-
Hayaul Ubudiyah : yaitu rasa malu yang muncul dari rasa cinta dan rasa takut
-
Hayaus syarafi wal izah : yaitu rasa malu yang timbul karena kemuliaan dan keagungan
-
Hayaul mar’i min nafsi : yaitu rasa malu seseorang yang sangat tinggi dan mulia atas keridhoannya terhadap segala kekurangan yang ada pada diriny.