Bagaimana hubungan Ekspor, Impor dan BI Rate Terhadap Cadangan Devisa?

Ekspor, Impor dan BI Rate Terhadap Cadangan Devisa

Bagaimana hubungan Ekspor, Impor dan BI Rate Terhadap Cadangan Devisa?

Ekspor dan Hubungannya Terhadap Cadangan Devisa


Tandjung (2011), menyatakan ekspor adalah pengeluaran barang dari daerah pabean Indonesia untuk dikirimkan ke luar negeri dengan mengikuti ketentuan yang berlaku terutama mengenai peraturan kepabeanan dan dilakukan oleh seorang eksportir atau yang mendapat izin khusus dari Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan.

Peningkatan kuantitas ekspor dari dalam negeri akan menyebabkan pihak yang melakukan ekspor memperoleh pendapatan dari hasil kegiatan ekspornya di pasar perdagangan internasional. Pihak tersebut dapat dikatakan memperoleh pendapatan dalam bentuk valuta asing yang kemudian pendapatan tersebut akan diinvestasikan di dalam negeri dalam bentuk berupa tabungan rekening valuta asing. Valuta asing yang diinvestasikan tersebut kemudian akan disimpan ke rekening perbankan umum yang ada pada bank sentral yang kemudian akan dikembangkan dan dikelola kembali oleh pihak bank sentral yang menerima dana nasabah dari perbankan umum. Dana tersebut dapat dikelola salah satunya bisa melalui pasar keuangan internasional atau yang biasa kita kenal “ foreign exchange market ”. Bank Sentral akan memperoleh keuntungan dari hasil berpartisipasi pengelolaan dana di pasar keuangan internasional, kemudian keuntungan tersebut dikurangi dengan tingkat suku bunga tabungan perbankan umum yang sisanya dianggap sebagai tabungan cadangan devisa bank sentral.

Impor dan Hubungannya Terhadap Cadangan Devisa


Tandjung (2011), menyatakan transaksi impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam daerah pabean Indonesia dengan mematuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Aturan di bidang impor yang boleh diterapkan oleh suatu negara harus berkaitan dengan kesehatan, keselamatan, keamanan, lingkungan hidup, dan moral bangsa (K3LM).

Peningkatan kuantitas impor yang dipesan dari dalam negeri akan menyebabkan pihak yang melakukan impor melakukan pembayaran sesuai dengan perjanjian yang disepakati pada pasar perdagangan internasional. Apabila valuta yang digunakan untuk pembayaran impor adalah valuta domestik, maka pihak asing yang memberikan barang kepada importir akan memperoleh valuta domestik sehingga valuta domestik tersebut akan berada di pasar keuangan negara yang menerima valuta tersebut. Apabila valuta diterima dalam skala besar oleh pihak asing, maka akan menyebabkan melemahnya “terdepresiasinya” valuta domestik terhadap valuta asing yang memiliki valuta domestik tersebut di negaranya. Bank Sentral yang memiliki tugas dan kewajiban untuk menjaga dan memelihara nilai tukar baik dalam negeri maupun luar negeri akan menggunakan cadangan devisa untuk menjaga kemampuan nilai tukar valuta domestik terhadap valuta asing.

BI Rate dan Hubungannya Terhadap Cadangan Devisa


Bank Indonesia (2018), menyatakan BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.

Suseno dan Siti Astiyah (2009), menyatakan sejak juli 2005 Bank Indonesia menerapkan kebijakan moneter dalam kerangka inflation targeting secara eksplisit sebagai st Rate gi pelaksanaan kebijakan moneter yaitu dengan mulai mengumumkan BI Rate .

BI Rate dijadikan sebagai acuan perbankan umum dalam menentukan tingkat suku bunga perbankan yang diterapkan. Hal ini tentunya juga akan menjadi faktor penentu keputusan apakah masyarakat akan menabung atau meminjam dari perbankan umum. Tidak terlepas hal ini juga akan mempengaruhi keputusan suatu perusahaan yang bergerak di bidang produksi dalam menentukan tingkat produksinya. Suatu perusahaan produksi yang tidak ingin mengambil resiko yang besar biasanya hanya akan melakukan pinjaman dengan jumlah yang tidak banyak, sehingga dengan tingginya tingkat suku bunga menyebabkan tingkat produksi suatu perusahaan juga akan menurun yang kemudian akan berimplikasi kepada nilai saham perusahaan dimana apabila perusahaan tersebut merupakan perusahan dengan kepemilikan saham yang bersifat tersebut. Apabila tingkat produksi suatu perusahaan menurun maka akan menyebabkan berkurangnya total pendapatan yang akan diterima sehingga akan menurunkan nilai harga saham perusahaan tersebut.