Bagaimana Hubungan Antara Moralitas dan Persepsi Status Ekonomi Dengan Kecerdasan Sosial?

Kecerdasan Sosial

Bagaimana Hubungan Antara Moralitas dan Persepsi Status Ekonomi Dengan Kecerdasan Sosial?

Moral secara langsung mendasari kecerdasan manusia untuk berbuat sesuatu yang berguna. Adanya moral di dalam diri individu memberikan hidup manusia memiliki tujuan. Tanpa moral, manusia tidak dapat berbuat sesuatu dan peristiwa-peristiwa yang menjadi pengalaman jadi tidak berarti, serta dijadikan sebagai alat untuk membedakan antara benar dan salah. Moralitas dikatakan juga sebagai bagian dari manusia yang mempertajam dan memastikan tujuan secara konsisten. Kompetensi moral yang dimiliki akan menuntun seseorang dalam bertindak sesuai prinsip moral.

Tertanamnya prinsip moral dalam diri individu, membuka peluang yang besar dalam menumbuhkembangkan kecerdasan sosial yang pada dasarnya mengandung kompetensi sosial pada setiap individu. Kompetensi sosial merupakan kemampuan untuk mengatur hubungan dengan orang lain dalam situasi tuntutan moral. Remaja yang memiliki kecerdasan sosial sudah tentu mampu dengan baik menjalin hubungan dengan orang lain.

Roger (dalam Ali & Asrori, 2005) mengemungkakan bahwa moral merupakan standar baik-buruk yang ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya dimana individu sebagai anggota sosial. Perilaku moral bukanlah terutama soal tidak mentaati peraturan. Perilaku moral lebih banyak berhubungan dengan sikap hati. Jadi, meskipun berusaha mengarahkan perilaku remaja yang kasat mata, kita perlu lebih memusatkan perhatian pada sikap remaja tersebut. Tujuan kita pada akhirnya adalah tertanamnya nilai-nilai moral seperti sikap kasih, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan pada remaja.

Selanjutnya Setiawan (2004) menambahkan bahwa penanaman nilai-nilai moral ini akan bertambah sulit ketika remaja memperoleh pengajaran yang kurang patut, baik melalui televisi, teman sekolah, maupun dari orang dewasa di sekitarnya. Ketika perilaku buruk remaja terbantuk menjadi pola kebiasan, perilaku itu sudah semakin sulit dibelokkan lagi. Karena itu, kita perlu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk membentuk perilaku moral remaja. Tipisnya moralitas remaja akan mendatangkan berbagai permasalahan baik di lingkungan sekolah ataupun rumah. Di lingkungan sekolah akhir-akhir ini mendapat banyak sorotan karena terjadi pertengkaran, ada yang perang mulut dan bahkan fisik di kalangan remaja. Selain itu juga dijumpai remaja yang berani melontarkan kata-kata kotor kepada temannya. Remaja yang tadinya pendiam dan baik tiba-tiba membuat keributan di kelas, belajar merokok, menyontek dan memfitnah teman bahkan banyak remaja yang tidak mampu bekerja sama dengan baik, berusaha untuk memahami orang lain dan memberikan perhatian kepada orang lain, mengelola dan berinteraksi dengan orang lain sudah sangat kurang. Fenomena ini menggambarkan betapa pentingnya moralitas demi terwujudnya kecerdasan sosial dikalangan remaja.

Ada nilai-nilai moral pada remaja dapat mempertajam kecerdasan sosial, karena nilai moral dapat mempertangguh sosial seseorang. Ketangguhan sosial terwujud dengan perilaku seperti memberi perhatian dan penghargaan pada orang lain, memahami perasaan orang lain, menepati janji, bersikap empati, menunjukan integritas, bersikap toleransi dan suka menolong orang lain, dimana semua perilaku yang tercermin ini perilaku yang mengandung kecerdasan sosial (Agustina dalam Suyono, 2007).

Dwi L yany (dalam Suyono, 2007) menambahkan bahwa orang yang memiliki kecerdasan sosial paham bagaimana harus bersikap dan berperilaku pada posisinya. Orang yang memiliki kecerdasan sosial berarti mampu memahami siapakah dirinya, dimana tempatnya. Harmonis dalam berinteraksi dengan orang lain, dan selaras dengan lingkungan. Hal ini dapat berjalan tidak terlepas dari nilai-nilai moral yang telah tertanam dalam diri individu, nilai-nilai yang menuntun pada tindakan terpuji dan tidak tercela.

Selanjutnya sudut pandang yang sama Suyono (2007), dalam bukunya Sosial Intellgence mengatakan bahwa orang yang memiliki kecerdasan sosial juga mampu menghindari realita sosial yang dapat menipiskan moralitasnya. Mengetahui bahwa lingkungan sekitar tidak baik untuk tumbuh kembang, maka dia akan menyingkir dan mencari lingkungan yang lebih baik, lebih menyejukkan dan melindungi agar nilai-nilai rohaniah, kejujuran, akhlak, dan adab yang baik tetap bersemi di hatinya. Orang yang memiliki kecerdasan sosial akan memiliki kepedulian terhadap nasib orang lain.

Orang yang kecerdasan sosialnya tumpul dijamin tidak akan memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Karena tujuan sempit dan jangka pendek, membuatnya hanya mementingkan diri sendiri. Segala tindakannya selalu dihitung apakah menguntungkan atau merugikan diri sendiri. Apabila menguntungkan diri sendiri orang lain boleh bersamanya. Tetapi kalau tidak bermanfaat, maka orang tersebut akan disingkirkannya. Tindakan ini sangatlah tidak terpuji, maka peran kecerdasan sosial dirasakan penting kehadiranya. Karena orang yang memiliki kecerdasan sosial yang akan peka dan kritis melihat realitas sosial yang ada disekitarnya.

Menurut beberapa ahli (Kiyosaki 1998, Gadner 2005, dalam Suyono 2007) bahwa kecerdasan sosial terkait erat dengan kecerdasan spiritual yaitu moralitas dan status ekonomi. Hubungan antara moralitas dan persepsi status ekonomi terhadap kecerdasan sosial juga dinyatakan oleh Lickona (2002) dalam tiga aspek teori yaitu : konsep moral, sikap moral dan prilaku moral. Didalam tiga aspek teori tersebut menyatakan bahwa: Manusia sebagai pelaku moral, meliputi:

  • Manusia sebagai mahluk sosial yang bermoral seperti : Berusaha melaksanakan pengendalian diri dan berusaha melaksanakan serta senang bekerjasama dan saling menolong sesama anggota masyarakat.

  • Manusia sebagai mahluk ekonomi yang bermoral seperti : berusaha melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan, dalam tindakannya untuk memenuhi kebutuhan memerlukan kerjasama dengan pihak lain, taat pada agama dan norma hukum yang berlaku, berlaku jujur dalam setiap tindakannya dan selalu menjaga kelestarian alam.

Menurut Karl Albercht (2005) dalam aspek – aspek kecerdasan sosial menyatakan bahwa kecerdasan sosial di dalamnya mengandung moralitas dapat dilihat dari segi aspek Authenticity . Aspek authenticity menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan sosial harus bersikap jujur dan dapat dipercaya. Sedangkan jujur dan dapat dipercaya merupakan indikator orang yang bermoral.

Sedangkan menurut Robbins (2008) menyatakan bahwa kecerdasan sosial sangat mempengaruhi persepsi seseorang yang dapat dilihat dari tiga faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu pelaku persepsi, karena di dalam pelaku persepsi dinyatakan bahwa penafsiran dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu. Salah satu karakteristik yang mempengaruhi adalah sikap. Sikap merupakan salah satu dari aspek kecerdasan sosial.