Bagaimana Dukungan Sosial dapat Meningkatkan Kesejahteraan Secara Psikologis?

psikologi

Dukungan sosial menurut definisi informasi atau umpan balik dari orang lain yang menunjukkan bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai, dan dihormati, serta dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan dapat meningkatkan kesejahteraan secara psikologis. Lalu, bagaimana hubungan keduanya bisa terjadi?

Secara luas Cohen, Gottlieb, dan Underwood (2000 dalam Haber, Cohen, Lucas, Baltes, 2007) mendefinisikan dukungan sosial sebagai hasil dari interaksi sosial antara individu dengan orang lain atau lingkungannya yang dapat meningkatkan kesejahteraan (well-being) dan dapat meningkatkan ketahanan terhadap masalah kesehatan. Meskipun telah diketahui bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan kesehatan mental dan fisik, namun usaha yang dilakukan untuk lebih memahami mekanisme spesifik yang menghubungkan aspek dukungan sosial dan kesehatan masih sangat terbatas (Sarason, Sarason, & Gurung, 2001 dalam Haber, dkk., 2007).

Sebagai usaha untuk menjelaskan hubungan antara keduanya, sebagian besar penelitian yang dilakukan saat ini menjelaskan dukungan sosial menjadi dua konstruk, yaitu received social support dan perceived social support (Heller & Swindle, 1983; Vaux, Riedel, & Stewart, 1987 dalam Haber, dkk., 2007). Pengukuran terhadap received social support dibuat untuk menilai aksi suportif yang signifikan yang diberikan kepada penerima oleh jaringan sosialnya, sedangkan pengukuran terhadap perceived social support dilakukan untuk menilai persepsi penerima mengenai keberadaan dukungan secara umum dan/atau kepuasan secara keseluruhan terhadap dukungan yang diberikan (Sarason, Sarason, & Pierce, 1990 dalam Haber, dkk., 2007).

Psychological well-being merupakan sebuah konsep yang tidak mudah dirumuskan. Butuh waktu yang panjang dan usaha yang besar sampai akhirnya Ryff mampu menghasilkan sebuah model well-being yang multidimensi. Pengetahuan mengenai psychological well-being sebelumnya selalu tertinggal dibandingkan dengan pengetahuan mengenai psychological disfunction. Buktinya, penelitian dan literatur tentang masalah psikologis seolah menyepelekan literatur positive psychological functioning (Ryff, 1995). Montgomery dan Côté (2003, dalam Papalia, Olds, Feldman, 2009) juga menyatakan bahwa dukungan yang berasal dari keluarga merupakan faktor utama dalam penyesuaian diri di perguruan tinggi, baik bagi pelajar yang tinggal dengan orang tua ataupun yang tinggal secara terpisah dari orang tuanya.

Berdasarkan pernyataan Major, Zubek, Cooper, Cozarelli, dan Richard (1997, dalam Delamater & Mayer, 2004) bahwa persepsi seseorang mengenai dukungan positif yang berasal dari orang-orang terdekat berkaitan dengan kesejahteraan (well-being) yang lebih baik, maka dapat dikatakan bahwa persepsi seseorang terhadap dukungan sosial yang diterimanya berkaitan dengan bagaimana seseorang menampilkan usaha untuk mencapai kesempurnaan yang mewakili potensinya. Peneliti berasumsi bahwa sesorang yang mempersepsikan bahwa dirinya mendapat sedikit dukungan cenderung memiliki psychological well-being yang rendah. Seseorang yang hanya menerima sedikit dukungan sosial dari orang lain tidak dapat berfungsi secara maksimal karena tidak ada orang yang akan memberi bantuan ketika mereka menghadapi tekanan atau membutuhkan informasi sehingga sulit bagi mereka untuk menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi. Selain itu, ketika individu tersebut menyadari bahwa tidak ada orang lain yang membantu atau memberikan dukungan kepadanya ketika dalam keadaan sulit, ia akan merasa terluka.