Bagaimana dinamika dan dampak psikologi seorang istri yang ditinggal mati suaminya?

Seorang janda, apabila ditinggal mati oleh suaminya, pasti akan berdampak secara psikologi bagi dirinya. Hal ini diperparah dengan tanggapan masyarakat tentang status janda itu sendiri. Bagaimana dinamika dan dampak psikologi seorang istri yang ditinggal mati suaminya ?

Mengkaji dinamika psikologis ibu rumah tangga single, maka berarti akan mempelajari beberapa hal, diantaranya fisik, sosial serta emosi. Dari segi fisik, bahwa kematian suami menyebabkan peningkatan konsultasi medis, jumlah rawat inap di rumah sakit, memicu perilaku yang merusak kesehatan, seperti merokok atau minum-minum, serta bertambahnya resiko kematian pasangan yang ditinggalkan (Santrock, 1995).

Kehidupan sosial mereka juga mengalami perubahan. Keluarga dan teman-teman biasanya selalu mendampingi di dekat janda saat masa-masa awal setelah kematian, tetapi sehabis itu mereka akan pulang pada dunia mereka sendiri (Brubaker dalam Papali, 2008).

Persoalan yang sering muncul ialah tentang ikatannya dengan teman dan kenalannya. Seorang janda sering tidak diikutsertakan dalam suatu schedule bersama oleh pasangan menikah lain sebab dia dipandang sebagai bahaya oleh para istri (Freeman, 1994).

Perempuan yang menjanda juga mengatakan bahwa mereka sering merasa aneh dan kurang nyaman saat berada dalam situasi ketika dia harus bareng dengan orang yang berpasangan, yang menyebabkannya semakin terpisah dari lingkaran sosialnya (Matlin, 2004).

Perempuan yang menjanda kemungkinan akan merasa tidak tertarik ataupun tidak nyaman dalam situasi sosial dimana dulunya dia diterima. Hubungan dengan kolega mungkin akan jauh atau mengalami perubahan, khususnya ketika ikatan tersebut ada sebab ada kaitannya dengan pasangan yang sudah meninggal (Belsky, 1990), semisal seorang singlemom mungkin tidak akan mengikuti lagi pertemuan istri-istri di tempat pasangannya berkarir dahulu. Dia lebih membangun hubungan sosial yang baru atau mencari teman baru (Barrow, 1996).

Secara emosional, singlemom yang telah kehilangan suaminya juga kehilangan perlindungan dan pelayanan dari orang yang dekat secara intim dengan pasangannya (Barrow, 1996).

Selain itu, ada sebagian perempuan yang seolah-olah merasakan masa terakhir bersama dengan suaminya; ada yang memakai jaket pasangannya agar merasa nyaman dan dekat dengan suaminya; dan sebagian lainnya tetap memasak dan menata meja untuk pasangannya meskipun pasangannya itu telah mati (Heinemann dalam Nock, 1987). Beberapa singlemom mengatakan mereka tetap merasakan dan mendengar kehadiran suaminya selama setahun.

Mereka merasa marah pada pasangannya sebab sudah meninggalkannya, dan mengharapkan saran dari suaminya selama beberapa waktu (Caine dalam Nock, 1987).

Kehilangan pasangannya serta banyaknya masalah yang muncul memicu masa menjanda ini menjadi masa krisis. Layaknya masa krisis lainnya, dalam melampaui masa menjanda ini seorang janda sangat membutuhkan dukungan lingkungannya (Lem me, 1995).

Dukungan sosial diantaranya penerimaan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dengan bentuk lainnya yang diterimanya dari orang lain atau dari kelompok (Sarafino, 2006). Dukungan kolektif yang dibutuhkan seseorang singlemom dapat berasal dari keluarga, rekan, organisasi di tempat kerja, dan dari anggota kegiatan-kegiatan yang diikutinya (Lopata dalam Craig, 1996).

Ada lima variasi dukungan sosial yang bisa diterima oleh individu, yaitu dukungan perasaan, penghargaan, important, informasi, serta dukungan kelompok (Sarafino, 2006). Kelima ragam dukungan sosial inilah yang akan digunakan untuk mengukur dorongan kelompok yang diterima seseorang. Hal yang paling utama dari suatu dukungan kelompok ialah individu mempunyai rekan berbicara, memiliki seseorang untuk memberikan saran, memiliki sosok untuk menghibur dan menumbuhkan semangat. Lalu dukungan sosial yang dibutuhkan seseorang dapat berasal dari keluarga, rekan, perkumpulan di tempat kerja, atau dari anggota kegiatan-kegiatan yang diikutinya (Lopata dalam Craig, 1996).

Meninggalnya pasangan yang dialami seseorang, menyebabkannya ia harus menghadapi masalah serta berat hidup keluarganya sendiri. Satu keadaan dimana idealnya seorang istri dapat berbagi beban dengan pasangan tetapi sekarang harus menghadapi semua masalah seorang diri merupakan masalah terberat untuk seorang janda. Jika seorang perempuan merasa terbebani dan memikirkan suatu permasalahan, dia begitu memerlukan sosok lain untuk diajak berbicara atau biasanya suamilah yang menjadi teman berbagi dan bertukar pikiran, namun suaminya sudah meninggal. Sepeninggal suami akan menyebabkannya merasa tidak berdaya (An-Nuaimi, 2005).

Seorang janda juga mengalami pemasalahan dalam kehidupan sosialnya. Keluarga dan rekan-rekan biasanya selalu berada di dekat janda ketika masa-masa awal setelah kepulangan, namun setelah itu mereka mulai menjauh darinya dan kembali pada aktivitas masing-masing. (Brubaker dalam Papalia, Old & Feldman, 2008).

Referensi Jurnal

  • Baron, R.A & Byrne. (1991). Social psychology : Understanding human interaction .6th . USA: Allyn & Bacon.
  • Barrow, G.M. (1996). Aging, the individual, and society. 6th edition. United States of America: West Publishing Company.
  • Belsky, Janet K. (1990). The Psychology of Aging Theory, Research, and Interventions . Pacific Grove: Brooks/Cole Publishing Company.
  • Craig. R.L. (1996). The ASTD training and development handbook. A guide to human resource development.4th ed. New York: Mcgraw-Hill
  • Freeman, R.E. (1994). The politics of stakeholder theory, in: Bussiness ethics quarterly. Vol 4 No. 4
  • Lahey, B. B. (2007). Psychology: An introduction, Ninth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.
  • Lemme, B. H. (1995). Development in Adulthood . USA : Allyn & Bacon.
  • Matlin, M. W. (2004). The psychology of women (5th ed.). California: Wadsworth.
  • Nock, L.S. (1987). Sociology of the family . New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice- Hall
  • Papalia, Diane, Old, S. W., Feldman, R. D. (2008). Psikologi Perkembangan . Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
  • Plotnik, Rod. (2005). Introduction to psychology, 7th edition. Belmont: Wadsworth Thompson Learning.
  • Santrock, John W. (1995). Life-span development perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga.
  • Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition.USA : John Wiley & Sons.

    Donat empuk tanpa telur