Bagaimana dampak Artis dalam Politik Indonesia?

Jakarta, CNN Indonesia – Setiap pemilihan umum digelar di Indonesia, peran serta artis atau figur publik dalam hal mendongkrak pamor sang calon bisa dibilang cukup signifikan. Contoh paling segar dalam ingatan adalah saat Joko Widodo maju di Pilpres 2014, mendapatkan dukungan dan banyak artis hingga menggelar konser bertajuk ‘Dua Jari’.

Hasilnya? Bisa dilihat sendiri bahwa akhirnya Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla keluar sebagai pemenang mengalahkan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.

Entah apakah dukungan artis-artis itu berpengaruh atau tidak, tapi yang pasti basis fans para artis bisa saja mengikuti apa yang dilakukan idola mereka.

Keberadaan artis di lingkaran panggung politik Indonesia kembali muncul di gelaran pilkada serentak 2017, khususnya yang diselenggarakan di DKI Jakarta.

Magnet DKI sebagai ibu kota negara membuat gempita pilkada sangat terasa dan artis pun seakan terpanggil untuk ikut andil di dalamnya.

Ada tiga pasangan calon yang berlaga di Pilkada DKI Jakarta, mereka adalah pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, serta Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni.

Pasangan Ahok-Djarot tampak memiliki ‘magnet’ paling besar terhadap artis-artis Tanah Air. Mulai dari Adhie MS hingga Titi Rajo Bintang mendeklarasikan dukungan terhadap pasangan petahana tersebut. Bahkan, artis blasteran Sophia Latjuba diangkat sebagai juru bicara tim pemenangan Ahok-Djarot dan dipasangankan dengan Ruhut Sitompul.

Keikutsertaan Titi menjadi ‘tukang poles’ Ahok murni berasal dari kalangan independen yang berprofesi sebagai pekerja seni. Tentunya sebagai publik figur, Titi memiliki pengikut atau penggemar tersendiri yang ingin disasar oleh Tim Pemenangan Ahok untuk meraup suara.

Titi pun menyadari kehadirannya dirinya untuk masuk tim sukses merupakan bagian dari strategi. “Salah satu strategi pastinya ya,” ujar Titi kepada CNNIndonesia.

Melalui media sosial Titi menyampaikan pandangan yang ringan soal Ahok. Pemain film ‘Mereka Bilang, Saya Monyet!’ itu akan fokus untuk mengangkat pesan-pesan yang belum diketahui publik. Pesan-pesan seperti ini sesuai dengan pengikut Titi yang merupakan penikmat seni.

“Saya akan sampaikan point of view yang lebih ringan, yang mungkin belum orang angkat tentang sosok pribadi Pak Ahok, lebih dari sisi humanis,” tutur Titi.

Titi berusaha untuk bisa mengubah citra Ahok yang dikenal arogan, keras, dan emosional. Titi menyebut dia akan banyak bercerita soal pengalamannya bertemu dengan Ahok. Dalam berpendapat tentang Ahok, Titi menjamin akan menggunakan analisisnya yang kritis.

###Jangkauan Lebih Besar

Pengamat politik Yunarto Wijaya menilai peran selebriti sebagai bentuk sosialisasi dari pasangan calon. Eksistensi selebriti sangat bermanfaat untuk mensosialisasikan pasangan calon.

“Mereka punya daya jangkau lebih besar. Bicara di media sosial, sudah diikuti banyak pengikut,” kata Yunarto saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, baru-baru ini.

Menurut Yunarto media sosial memang menjadi salah satu instrumen utama selebriti untuk sosialisasi. Tetapi media sosial memiliki efek yang lebih besar pada pemilih muda.

Di sisi lain, Yunarto menilai sebaiknya keterlibataan selebriti dalam timses jangan terlalu banyak. Jumlah selebriti yang terlalu banyak malah akan bisa menciderai kerja timses secara keseluruhan.

"Akhirnya fungsi kampanye menjadi fungsi hiburan. Itu yang harus atasi,” ucap Yunarto.

Yunarto menjelaskan efek dari keterlibatan selebriti dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 harus dinilai menggunakan riset. Hasil riset itu juga bergantung pada siapa selebriti yang terlibat.

Pandangan Yunarto dibenarkan oleh artis Jane Shalimar. Jane yang memberi dukungan pada pasangan Agus-Sylvi melalui jalur relawan menuturkan keberadaan artis di sebuah tim pemenangan pasangan calon bisa menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi bisa menaikkan pamor atau elektabilitas sang calon namun di sisi lain malah bisa sebaliknya.

Jika sang artis mampu memaksimalkan perannya dengan baik maka bisa jadi calon yang mereka dukung akan naik elektabilitasnya. Namun, jika artis itu membuat kesalahan fatal maka imbasnya justru bisa membuat ketenaran sang calon malah menurun. Tak peduli seterkenal apapun artis itu, jika dia salah maka yang bisa menjadi korban adalah calon yang mereka dukung.

“Jangan mentang-mentang artisnya si A tapi saat dijadikan jubir malah menurunkan elektabilitas si calon sendiri,” ujarnya.

###Elektabilitas dan Rekam Jejak

Khusus untuk Agus-Sylvi, Jane pun merasa elektabilitas keduanya sudah baik. Bahkan untuk Agus, Jane merasa dia sudah lebih terkenal sebelumnya ditambah lagi sosok Annisa Pohan yang juga sempat jadi artis.

Hanya memang yang perlu dipoles lebih dalam adalah elektabilitas dari Sylvi karena dia adalah birokrat yang jarang muncul ke permukaan.

“AHY kan sudah terkenal sendiri, belum lagi ada istrinya, jadi kami ikuti alur Bu Sylvi saja maunya ke mana,” kata dia.

Musisi Addie Muljadi Sumaatmadja atau lebih dikenal sebagai Addie MS yang menjadi salah satu pendukung duet Ahok-Djarot memandang peran artis dalam upaya memenangkan suara di pilkada tidak memiliki pengaruh besar di Jakarta.

Addie mengatakan, masyarakat Jakarta sudah rasional dalam memilih calon gubernur untuk masa depan Jakarta. Rekam jejak pasangan calon menjadi yang utama bagi masyarakat.

Meski demikian, Addie berharap para artis dapat menyuarakan pilihan mereka berdasarkan hari nurani tanpa takut akan dijauhi oleh fans yang tidak sependapat. (obs/asa)