Bagaimana ciri-ciri orang beriman?

iman

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar. Surat Al-Hujurat Ayat 15

Bagaimana ciri-ciri orang beriman ?

Ciri-ciri orang yang sempurna imannya antara lain adalah:

  1. Apabila mendengar sebutan Allah, hati mereka merasa gemetar.
  2. Apabila mendengar bacaan ayat-ayat Allah, bertambahlah iman mereka karenanya.
  3. Senantiasa bertawakkal (berserah diri) kepada Allah.
  4. Mendirikan shalat, dan berseru kepada orang lain untuk ikut juga melaksanakannya.
  5. Menafkahkan rizkinya di jalan Allah.
  6. Senantiasa besabar terhadap apa yang menimpa mereka dan termasuk juga orang yang berjhad fisabilillah.
  7. Orang-orang yang Khusyu’ dalam sembahyangnya
  8. Orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
  9. Orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya

Demikianlah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, yaitu orang- orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar- benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki nikmat yang mulia. QS. Al-anfal 2-4

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya.

Dari dua kutipan ayat al-Quran di atas nampak bahwa dalam menerangkan iman, al-Qur’an menjelaskannya dengan penyebutan sifat-sifat yang dimiliki orang mukmin. Penjelasan secara definitif mengenai pengertian iman, Islam, dan ihsan dapat kita temukan dalam hadis Nabi Saw yang secara panjang lebar menguraikan ketiganya.

Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah.

Pada suatu hari Rasulullah berada di hadapan para sahabatnya, kemudian ada seorang laki-laki yang mendatangi dan bertanya : ‘Apakah iman itu?’

Nabi menjawab :
Iman adalah percaya kepada Allah, Malaikat-malaikatnya, Kitab-kitabnya, percaya akan berjumpa dengannya, percaya kepada para rasul dan kebangkitan hari akhir.

Setelah itu, orang tersebut menanyakan juga arti Islam?

Nabi mengatakan :
Islam adalah penyembahan terhadap Allah dengan tidak menyekutukannya, menjalankan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan ramadhan, dan haji ke baitullah,

kemudian orang itu menanyakan tentang ihsan?

Lalu Nabi menjawab :
Yaitu apabila kalian menyembah beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, maka apabila kamu tidak bisa melihatnya, sesungguhnya ia melihatmu.

Sekilas terlihat bahwa hadis di atas memunculkan pembedaan makna antara iman dan Islam. Islam diposisikan sebagai segala perbuatan yang berkaitan erat dengan aspek-aspek lahiriyyah fisik, baik berupa ucapan maupun tindakan. Sedangkan iman lebih tertutup karena maknanya berada pada kepercayaan dalam hati.

Oleh karenanya sebagian ulama, yang menjadikan hadis ini sebagai argumennya, mengharuskan mengucapkan dua kalimat syahadat untuk memastikan status keislaman seseorang, yang kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan ajaran islam yang lain, seperti shalat, zakat, puasa ramadhan, pergi haji.

Iman tidak sempurna bila diartikan sebagai pembenaran dalam hati saja, tanpa amal perbuatan. Pemaknaan iman dan Islam semacam itu didukung oleh riwayat lain. Sebuah hadit Nabi Saw. Menyatakan: “Orang muslim adalah seorang yang bisa melindungi keselamatan orang lain dari ucapan maupun perbuatannya ”.

Selain itu, ketika Nabi Saw ditanya mengenai Islam yang baik, Nabi Saw mengaitkannya dengan aktifitas lahiriyah. Beliau mengatakan: “Islam (yang sempurna) adalah memberi makanan (kepada kerabat)”. Dengan demikian, berpijak pada keterangan hadits-hadits di muka maka pengertian objektif kata iman dan Islam dibedakan. Islam adalah aktifitas lahir, dan iman aktifitas batin. Namun, hal ini tidak dapat dijadikan sebuah kesimpulan akhir.

Karena jika diteliti lebih lanjut, ternyata ada hadits lain yang menyamakan kedudukan iman dan Islam. Misalnya hadits riwayat Umar ibn’ Abasah. Ia berkata:

“Ada seorang laki-laki menemui Nabi Saw, lalu bertanya: “ Wahai Rasul, apa sebenarnya Islam itu”. Nabi menjawab, Islam adalah berserah diri kepada Allah dalam hati dan menjamin ketenangan kaum muslimin dari ucapan maupun perbuatannya.

Dalam hadis ini Nabi Saw. Memaknai Islam sebagai sikap berpasrah diri kepada Allah Swt, dimana sikap itu merupakan pekerjaan batin. Karenanya, terlihat ada pertentangan (ta’arudl) jika dikaitkan dengan beberapa hadis yang telah disebutkan sebelumnya.

Terkadang pengertian iman dibedakan dengan Islam, tapi dalam kesempatan lain keduanya memiliki pengertian yang sama muradif. Sebagaimana pengertian kata fakir dan miskin, ketika disebutkan bersamaan keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Namun ketika disebutkan secara terpisah keduanya memiliki makna serupa.

Sebagaimana telah disinggung di muka, fungsi ungkapan iman melalui sarana lisan adalah menyingkap keyakinan hati, yang berpengaruh pada pemberlakuan hukum lahiriyah. Karena itu, seorang yang membenarkan dalam hati dikategorikan sebagai orang beriman di sisi Allah Swt. Sementara yang membenarkan dalam hati sekaligus bersaksi dengan lisan tergolong mukmin di sisi Allah Swt dan hukum Islam berlaku padanya.

Kesimpulan ini didukung oleh al-Ghazali. Menurutnya, dalam pandangan syari’at, iman dan Islam memiliki keterkaitan dengan dua keputusan hukum, hukum dunia dan akhirat. Hukum duniawi menjadikan seseorang yang berstatus muslim mendapat hukum sesuai ketentuan agama, seperti perlindungan nyawa, harta, dan lain sebagainya. Dalam persoalan hukum akhirat ia akan terbebas dari ancaman neraka atau tidak selamanya di neraka.

Keimanan sebagai sesuatu yang esoteris berkaitan dengan hal-hal yang bersifat ukhrawi. Sementara sesuatu yang nampak adalah standar penilaian keislaman seseorang di dunia. Karenanya jika seseorang bersyahadah namun sebenarnya hatinya ingkar dalam kehidupan dunia ia disebut seorang muslim namun ia diancam siksa diakhirat kelak, ia disebut orang munafiq.

Pada surah Zumar ayat 10, ciri-ciri utama orang-orang yang beriman dan ikhlas adalah:

1. Takwa

Pada permulaan ayat, pertama kali Allah Swt mengisyaratkan kepada ketakwaan dan memerintahkan Nabi Muhammad Saw:

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, janganlah kalian melawan Tuhanmu!.

Takwa adalah menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa dan rasa bertanggung jawab dan berjanji di hadapan Allah Swt bahwa ia akan menjalankan seluruh program hamba-hamba yang mukmin. Takwa adalah tameng di hadapan api dan hal-hal yang akan mencegah terjadinya kerusakan dan ketergelinciran. Takwa adalah modal besar pada hari kiamat dan parameter kepribadian dan kehormatan manusia di hadapan Allah Swt.

2. Ihsan

Pada tingkatan selanjutnya adalah permasalahan ihsan dan berbuat baik di dunia. Dunia merupakan tempat diadakannya ujian-ujian kehidupan dan dengan menjelaskan hasil ihsan ini, masyarakat di motivasi untuk melakukan hal ini: Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan.

Berbuat baik di dunia entah berupa perkataan, perbuatan, apakah dalam pikiran dan tafakur kepada teman atau orang-orang yang tidak dikenal semuanya hasilnya adalah bahwa pahala besar di dua dunia bahwa kebaikan tidak akan menghasialkan sesuatu kecuali kebaikan pula.

Sejatinya, takwa adalah pencegah dan ihsan adalah faktor yang menggerakkan sehingga menjadi paket untuk meninggalkan dosa dan melakukan kewajiban-kewajiban dan kemustahaban-kemustahaban.

3. Hijrah dari negeri syirik dan kafir

Perintah ketiga adalah perintah untuk hijrah dari negeri syirik, kafir dan tercampur dengan dosa. Dan bumi Allah itu adalah luas. (Apabila kalian mendapat tekanan dari para pemimpin kaum kufar maka berhijrahlah.

Perintah ini, pada hakikatnya adalah jawaban atas orang-orang yang mencari alasan bermalas-malasan dan tidak tidak memiliki kemauan yang kuat. Mereka berkata bahwa kami yang berada di Mekah dikarenakan adanya tekanan dari pemerintahan kaum musyrikin tidak bisa melakukan kewajiban Ilahi kami. Al-Quran menjelaskan: Bumi Allah bukan hanya Mekah, jika Mekah tidak memungkinkan maka ada Madinah, dunia itu luas, gerakkanlah diri kalian dan pindahlah dari tempat yang telah tercampuri dengan kesyirikan dan kekafiran dan intimidasi untuk melakukan kewajiban-kewajiban kalian.
Masalah hijrah adalah salah satu masalah penting yang berpengaruh pada masa permulaan Islam namun juga berperan penting dalam memenangkan pemerintahan Islami. Dengan dalil ini, masa permulaan sejarah Islam bahkan pada setiap zaman memiliki peran yang sangat penting yang menunjukkan bahwa kaum mukminin tidak menyerah kepada kekuatan-kekuatan yang akan membungkam keberadaan mereka dan dari sisi lain, merupakan faktor tersebarnya Islam ke seluruh penjuru dunia.

Al-Quran dalam ayat lain:

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya, “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah).” Para malaikat berkata, “Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?” Tempat orang-orang itu adalah neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.” Surat An-Nisa’ Ayat 97

Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa tekanan dan intimidasi di lingkungan dimana terdapat kemungkinan untuk melakukan hijrah, maka alasan untuk tidak melaksanakan perintah Allah Swt disana tidak dapat diterima.

4. Sabar

Mengingat bahwa hijrah biasanya disertai dengan kesulitan-kesulitan yang banyak dari berbagai sisi kehidupan, maka perintah ke empat berkaitan dengan kesabaran dan keuletan yang dijelaskan seperti ini:

“Orang-orang yang bersabar menerima ganjaran yang berlipat ganda.”

Penafsiran dengan “yufa” yang berasal dari kata dasar “wafa” bermakna pemberian secara sempurna. Dari satu sisi dan penafsiran dengan “bighairi hisab” menunjukkan bahwa orang-orang yang bersabar dan ulet akan mendapat imbalan terbaik disisi Allah Swt. Bukti ini ada di hadis terkenal yang diriwayatkan oleh Imam Shadiq As yang dinukilkan dari Rasululullah Saw: Ketika buku amal dibukakan, dan timbangan Allah telah dipasangkan maka bagi orang-orang yang telah bersabar dan ulet, akan dibentangkan baginya 9 timbangan dan dibukakan 9 buku amal, kemudian Nabi Muhammad Saw akan menjadi saksi atas perkatannya, kemudian beliau membacakan surah ini: “Orang-orang yang bersabar menerima ganjaran yang berlipat ganda.”

Sebagian orang percaya bahwa ayat ini berkenaan dengan hijrah pertama kali yang dilakukan oleh kaum Muslimin, yaitu hijrah secara besar-besaran yang dikepalai oleh Ja’far bin Abi Thalib ke Habasyah, namun kita mengetahui bahwa sebab turun ayat-ayat ini di samping untuk memperjelas maksud ayat-ayat ini tentu saja tidak membatasi hijrah pada masa dahulu saja.

Ciri-ciri orang yang beriman


Sebagai orang yg beriman tentunya mempunyai ciri sebagai pembeda terhadap orang yang tidak beriman, menurut Ahsin Sakho Muhammad ciri orang beriman telah di dijelaskan dalam al- Quran surat al-Ashr: 1-3

Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Seseorang yang dikategorikan masuk kedalam Ciri orang yang berislam dan beriman dapat diketahui dengan mengerjakan amal sholeh dan menta’ati kebenaran dan menetapi kesabaran. Kemudian melakukan semua perintah Allah menjauhi dan segala laranganNya yang telah disyari’atkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.

1. Profil orang yang beriman

Profil atau karakteristik orang yang beriman menurut Akhsin Sakho Muhammad dapat diketahui dalam surat al-Anfal 2-5 :

Artinya: Bila disebut nama Allah bergertar hatinya. Bila dibacakan ayat Allah bertambah imannya. Menyerahkan segala persoalannya hanya pada Allah (bertawakal). Orang- orang yang mengerjakan sholat. Orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah.

Dalam profil orang yang beriman disebutkan bila dibacakan ayat Allah bertambahlah Imannya. Maksudnya itu termasuk ke dalam ciri orang yang beriman kepada ayat-ayat Allah (Al-Qur’an) yang diterangkan dalam surat as-Sajdah ayat 15-17 :

Artinya: Jika diingatkan akan ayat-ayat Allah, hati mereka langsung terenyuh, tak tahan membayangkan kekuasaan Allah di langit dan di bumi. Mereka seketika tersungkur bersujud kepadaNya, lalu dalam bersujud itu mereka tidak henti-hentinya mengucapkan kalimat tasbih dan tahmid (memahasucikan Allah dengan memujiNya). Mereka tidak pernah menyombongkan diri dari keistimewaan yang ada pada diri mereka. Mereka bangkit dari tidurnya dari keheningan malam untuk berdoa kepada Allah dengan diliputi rasa cemas jika Allah tidak berkenan, tapi juga sangat berharap akan karunianya. Menginfakkan sebagian hartanya yang merupakan anugrah Allah kepada mereka yang berhak.

2. Sifat Manusia Beriman.

Adapun sifat-sifat seorang mu’min dilihat dari hubungan dengan sesama manusia ( hablum minan nas ) dapat diketahui dalam al-Qur’an terdapat dalam Surat Al-An’am ayat 151- 153 :

Artinya: Tidak musyrik Birrul walidain (patuh terhadap orang tua). Tidak membunuh anak- anaknya karena kemiskinan dirinya. Tidak melakukan zina dan perilaku keji lainnya, baik terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Tidak membunuh orang yang tak bersalah. Tidak memakan harta anak yatim kecuali jika mendesak dan sesuai kepantasan. Jujur dalam menimbang dan menakar suatu barang. Berlaku adil walau terhadap keluarga sendiri. Menepati perjanjiannya dengan Allah. Yaitu akan selalu beribadah kepada-Nya sampai mati. Selalu berada pada rel agama islam yang lurus dan tidak mengikuti jalan-jalan kehidupan yang batil, Allah berpesan agar manusia berpikir, merenung, dan mengambil pelajaran.

Jika manusia menerapkan semua sifat mu’min ini, maka akan memiliki hasil yaitu akhlak yang baik yang bertujuan agar mereka senantiasa bertaqwa dan selalu berbahagia dalam kehidupannya. Maka orang mukmin yang berbahagia di dunia dan akherat adalah mereka yang menghiasi dirinya dengan 6 sifat ( hablum min allah ), diterangkan dalam surat Al-Mu’minun ayat 1-7 :

Artinya: Khusyu ketika sholat. Hatinya fokus hanya kepada Allah. Anggota badannya tenang. Menghindarkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat. Membersihkan jiwa dari kekotoran seperti syirik, riya, hasad dll, juga yang menunaikan zakat. Menjaga kemaluannya dari perbuatan zina dengan cara menghindarkan diri dari mukaddimah dari perzinahan. Menjaga amanah dan janji baik terkait dengan Allah atau manusia, yaitu semua kewajiban syar’i dan hal-hal yang harus di tunaikan. Selalu memelihara shalat yaitu melakukannya tepat waktu, memperhatikan rukun dan sunnah- sunnhanya.

Maka dapat dikategorikan 10 sifat seorang beriman kepada sesamanya (hablum mina an-nas) yaitu :

  1. Tidak musyrik
  2. Birrul walidain (patuh terhadap orang tua).
  3. Tidak membunuh anak-anaknya karena kemiskinan dirinya.
  4. Tidak melakukan zina dan perilaku keji lainnya, baik terang-terangan atau sembunyi- sembunyi.
  5. Tidak membunuh orang yang tak bersalah.
  6. Tidak memakan harta anak yatim kecuali jika mendesak dan sesuai kepantasan.
  7. Jujur dalam menimbang dan menakar suatu barang.
  8. Berlaku adil walau terhadap keluarga sendiri.
  9. Menepati perjanjiannya dengan Allah. Yaitu akan selalu beribadah kepada-Nya sampai mati.
  10. Selalu berada pada rel agama islam yang lurus dan tidak mengikuti jalan-jalan kehidupan yangn batil, Allah berpesan agar manusia berpikir, merenung, dan mengambil pelajaran.

Sifat seorang yang beriman kepada tuhannya (hablum min allah) dapat diketahui dengan 6 sifat ini yaitu :

  1. Khusyu ketika sholat. Hatinya fokus hanya kepada Allah. Anggota badannya tenang.
  2. Menghindarkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat.
  3. Membersihkan jiwa dari kekotoran seperti syirik, riya, dan hasad juga yang menunaikan zakat.
  4. Menjaga kemaluannya dari perbuatan zina dengan cara menghindarkan diri dari mukaddimah dari perzinahan.
  5. Menjaga amanah dan janji baik terkait dengan Allah atau manusia, yaitu semua kewajiban syar’i dan hal-hal yang harus di tunaikan.
  6. Selalu memelihara shalat yaitu melakukannya tepat waktu, memperhatikan rukun dan sunnah-sunnhanya.

Maka mereka itulah yang berhak atas surga tertinggi yaitu surga firdaus. Mereka kekal selama-lamanya. Ternyata kunci untuk menggapai surga firdaus adalah hati yang penuh keimanan yang berimbas kepada perilaku mulia, baik berupa ibadah ritual atau sosial dan integritas dan kehormatan pribadi secara istiqomah sampai akhir hayat.

3. Cabang – cabang Iman

Ibarat sebuah akar pohon yang kuat, iman mempunyai cabang-cabangnya. Seperti dijelaskan dalam hadits nabi. Rosulullah saw bersabda: iman memiliki lebih dari enam puluh dan tujuh puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan “la ilaha illAllah” (tauhid) dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang iman.” (HR. Bukhari muslim).

  1. 6 Rukun Iman
  2. Beriman kepada ba’ats (hidup yang kedua sesudah mati)
  3. Hasyr (berkumpul semua makhluk sesudah bangun dari kubur)
  4. Tempat orang mukmin di surga dan tempat orang kafir di neraka
  5. Mahabbah (cinta) kepada Allah
  6. Khauf (takut) kepada Allah
  7. Roja (mempunyai harapan akan belas kasihan dari Allah)
  8. Tawakkal (menyerah kepada Allah)
  9. Mahabbah (cinta) kepada junjungan nabi besar Muhammad saw
  10. Ta’dzim (memuliakan) kepada junjungan nabi besar Muhammad saw
  11. Yakin pada kebenaran islam lebih baik masuk kedalam api dari pada menjadi kafir
  12. Menuntut ilmu pengetahuan
  13. Mengajarkan ilmunya
  14. Ta’dzim (memuliakan al-qur’an)
  15. Bersuci
  16. Melaksanakan rukun islam :
    • Mendirikan shalat lima waktu
    • Membayar zakat
    • Puasa bulan ramadhan
    • Iktikaf (berhenti di dalam masjid sementara waktu)
    • Haji (ziarah ke baitullah)
  17. Jihad fi sabilillah (membela agama Allah)
  18. Murobathoh (waspada menjaga musuh)
  19. Menepati janji
  20. Mengingat-ingat betapa banyaknya kemurahan dan kenikmatan Tuhanyang melimpah- limpah, dan bersyukur
  21. Menjaga mulut dari yang tak ada faedah
  22. Menjaga farji (kemaluan) angan sampai mendatangi larangan agama
  23. Menyampaikanamanat (titipan)
  24. Menjaga jangan sampai melukai atau membunuh orang lain
  25. Menjaga tangannya dari pada mengambil yang bukan haknya28
  26. Taubat dari segala dosa
  27. Berbuat baik terhadap budak belian
  28. Menepati hak-hak budak belian
  29. Menepati hak-hak istri
  30. Kewajiban seorang muslim terhadap saudara muslim lainnya.
    a. Bersaudara kepada semua orang Islam, memberi salam jika bertemu dan berslaman
    b. Menjawab salam
    c. Menengok orang sakit
    d. Menyalatkan mayat orang Islam
    e. Mendoakan orang bersin,bilamana ia memuji (tahmid) tuhan30
    f. Menjauhkan diri dari berkawan atau bersahabat dengan orang kafir atau orang-orang yang senang berbuat kerusakan dan supaya bersikap keras kepada mereka
    g. Memuliakan tetangga
    h. Memuliakan tamu
    i. Menutup rahasia orang lain
    j. Sabar dalam cobaan dan mengekang keinginan
  31. Zuhud (tidak menggantungkan diri kepada keduniawian) qoshrul-amal (menjauhi panjang angan-angan)
  32. Bermurah hati
  33. Belas kasih kepada anak-anak dan memuliakan orang tua
  34. Merukunkan orang yang berselisih
  35. Cinta kasih kepada saudaranya, cinta kasih kepada dirinya sendiri, termasuk cinta kasih bila menyingkirkan barang berbahaya yang ada di jalan Dan kebaikan-kebaikan lainnya.

Hal-hal yang dapat membatalkan Iman


Hal-hal yang menyebabkan gugurnya iman ada dua, yaitu ragu dan benci terhadap apa yang dibawa Rasulullah. Dengan demikian ada hubungan antara dosa yang menyebabkan kufur dengan hal-hal yang menggugurkan iman. Sehingga bisa dimungkinkan hal-hal yang menggugurkan iman tidak hanya dua, tetapi semua dosa besar yang menjadikan kufur termasuk bagian dari hal-hal yang menggugurkan iman. Beberapa hal yang dapat membatalkan iman yaitu sesuatu yang dapat menghilangkan keyakianan kepada Allah swt atau yang dapat mengantarkan seseorang kepada kemurtadan, dirinci menjadi tiga bagian.