Kisah Garuda berasal dari kitab Mahabharata, yaitu pada kitab Adi Parva atau Adiparwa pada bagian Astika Parva. Dalam Astika Parva Adiparva 1 yang dituliskan oleh Krisna-Dwaipayana Vyasa, kisah Garuda dituliskan dari Bagian XVI hingga Bagian XXXIV.
1. Bagian XVI Kitab Astika Parva Adiparva 1
Menurut Vyasa pada Bagian XVI menceritakan tentang 2 putri Prajapati yang diperistri oleh Kasyapa, mereka bernama Winata dan Kadru. Kasyapa menawarkan kepada istri-istrinya sebuah anugerah. Kadru berharap untuk memiliki putra, yaitu seribu naga dengan keagungan yang sama. Sedangkan Winata meminta dua putra yang memiliki keagungan yang lebih dari 1000 putra Kadru. 500 tahun kemudian, telur-telur Kadru telah menetas, namun tidak dengan dua telur milik Winata. Oleh ketidaksabarannya, Winata memecahkan satu telur miliknya dan keluarlah seekor burung yang belum lengkap tubuhnya. Anak burung itu marah dan mengutuk ibunya akan mengalami masa perbudakan. Anak burung itu bernama Aruna, dan setelah mengutuk ibunya dia terbang ke langit untuk menjadi kusir dewa Surya.
2. Bagian XVII, XVIII, dan XIX Astika Parva Adiparva 1
Bagian XVII, menceritakan tentang kuda Uchchaisravas, seekor kuda yang menjadi objek pertaruhan antara Kadru dan Winata. Sedangkan bagian XVIII dan XIX menceritakan tentang kisah pengadukan Samudra Manthana atau dikenal pula dengan kisah pemutaran Mandara Giri, kisah dimana kuda Uchchaisravas muncul ditengah-tengah pencarian Tirta Amerta oleh para dewa dan asura. Pada bagian ini pula diceritakan peperangan antara para dewa dan asura memperebutkan air suci tersebut, dan peperangan dimenangkan oleh pihak dewa.
3. Bagian XX, XXI, dan XII Astika Parva Adiparva 1
Pada bagian-bagian ini bercerita tentang awal mula perbudakan Winata. Vyasa menceritakan bahwa suatu hari Kadru bertanya kepada Winata tentang apa warna ekor kuda Uchchaisravas, Winata menjawab putih dan Kadru memilih hitam. Kadru mengajak Winata untuk mempertaruhkan pilihan mereka ini dan bagi yang kalah akan menjadi budak bagi sang pemenang. Setelah Winata menyetujui pertaruhan itu Kadru memanggil putra-putranya, dia memerintahkan putra-putranya untuk merubah diri mereka menjadi rambut hitam dan segera menyelimuti ekor kuda itu agar tampak menjadi hitam. Namun para naga menolak permintaan ibunya tersebut. Kadru marah dan mengutuk putra-putranya akan dibinasakan oleh Agni dalam upacara pengorbanan ular Raja Janamejaya dari ras Pandawa. Lalu para naga memutuskan untuk memenuhi perintah ibunya.
4. Bagian XXIII Astika Parva Adiparva 1
Pada paragraf pertama dalam bagian ini dijelaskan bahwa Winata dan Kadru pergi ke tengah samudra untuk menyaksikan apa warna ekor dari kuda Uchchaisvaras. Lalu merekapun mendapati bahwa warna ekor kuda itu adalah hitam, Winata kalah dan menjadi budak Kadru.
Bersamaan dengan kejadian itu, di paragraf kedua dijelaskan bahwa telur terakhir milik Winata telah menetas. Pada paragraf ini Vyasa menggambarkan Garuda terlahir dengan kekuatan yang teramat besar.
“Seekor burung bertubuh manusia yang mampu merubah bentuknya menjadi apapun, yang mampu pergi kemanapun, yang mampu menciptakan energi sebesar apapun. Cahayanya bagaikan api kiamat, matanya terang seperti kilat petir. Dan setelah kelahirannya itu dia memperbesar tubuhnya hingga menyentuh langit. Mengaum dengan suara keras dan dahsyat, dia terlihat seperti samudra api kedua. Dewa-dewa melihat kejadian ini dan mencari perlindungan pada Agni, mereka sujud pada Agni dan berkata, “O, Agni, jangan perluas tubuhmu! Akankah engkau memakan kami? Tumpukan besar dari apimu telah menyebar luas!” Dan Agni menjawab, “O, kalian penyiksa para Asura, ini tidak seperti yang kalian bayangkan! Ini adalah kekuatan besar Garuda dan keagungannya sama denganku, dianugerahi dengan tenaga yang besar, dan lahir untuk kebahagiaan Winata. Pun penglihatan dari kilauan ini memciptakan khayalan bagi kalian. Dia adalah anak kuat Kasyapa, pembinasa para naga, terlibat dalam kesejahteraan para dewa, dan musuh dari Daityas dan Rakshas. Janganlah takut sedikitpun. Datang denganku dan lihatlah” Demikian terjadi, para dewa bersama para Rishi pergi menuju Garuda dan memujanya dari kejauhan”.
5. Bagian XXIV, XXV, dan XXVI Astika Parva Adiparva 1
Dalam bagian-bagian ini bercerita tentang pengabdian Garuda kepada keluarganya. Disini juga diceritakan Kadru meminta Winata untuk membawanya beserta anak-anaknya ke sebuah pulau yang indah di tengah samudra. Kadru lalu menggendong Winata di pundaknya dan memerintah Garuda untuk membawa para naga, Garuda segera membawa para naga dan terbang mendekati matahari. Dalam waktu yang singkat para naga merasa terbakar. Melihat kejadian itu Kadru meminta kepada dewa Indra untuk menurunkan hujan, dan para naga pun terselamatkan oleh hujan dari Indra
6. Bagian XXVII Astika Parva Adiparva 1
Pada bagian ini diceritakan bahwa mereka telah sampai di pulau tersebut. Para naga sangat senang dan segera bermain-main mengelilingi pulau itu. Lalu para naga meminta kepada garuda untuk mengantarnya ke pulai lain yang tak kalah indahnya. Mendengar permintaan para naga Garuda terdiam untuk beberapa saat lalu bertanya kepada ibunya, “Kenapa, Ibu, aku harus melakukan perintah para naga?”.Winata menjelaskan bahwa dia telah menjadi budak bagi Kadru, dia kalah dalam sebuah pertaruhan dikarenakan tindakan licik dari para naga. Mendengar cerita ibunya Garuda merasa sedih dan segera menghampiri para naga. Garuda menanyakan apa syarat untuk membebaskan ibunya dari perbudakan Kadru. Para naga lalu meminta untuk dibawakan air suci Tirta Amerta (Amrita) sebagai syarat pembebasan Winata.
7. Bagian XXVIII dan XXIX Astika Parva Adiparva 1
Dua bagian ini menceritakan awal perjalanan Garuda dalam mendapatkan Tirta Amerta. Setelah mendengar permintaan para naga Garuda menghadap ibunya meminta restu untuk mendapatkan Tirta Amerta. Mendengar permintaan putranya Winata memerintah Garuda untuk pergi ke sebuah pulau yang dihuni oleh para nishada dan memakan mereka semua yang tinggal disana, kecuali para brahmana. Lalu Winata merestui Garuda dengan segala doa dan berangkatlah Garuda menuju pulau tersebut. Sesampainya di pulau itu Garuda segera memakan ribuan nishada yang tinggal disana.
Tak berselang lama Garuda merasakan panas dalam tenggorokannya. Ternyata tanpa sengaja dia telah menelan seorang brahmana dan istrinya. Garuda segera memuntahkan mereka dan meminta maaf atas ketidaksengajaannya itu. Setelah itu Garuda segera meninggalkan pulau tersebut dan terbang menuju kediaman ayahnya, Kasyapa.
Bertemu dengan ayahnya Garuda meminta petunjuk dimana dia dapat mendapatkan makanannya kembali. Kasyapa lalu menunjukkan sebuah danau dimana disitu tinggal seekor kura-kura raksasa dan seekor gajah raksasa dan keduanya boleh dijadikan makanan bagi Garuda. Setelah mendapatkan berkat doa dari Kasyapa, Garuda segera terbang menuju danau itu, menyambar kedua hewan raksasa itudan membawanya terbang mencari tempat untuk memakan keduanya.
8. Bagian XXX dan XXXI Astika Parva Adiparva 1
Dalam Bagian XXX diceritakan bahwa dalam perjalanan Garuda mencari tempat untuk memakan kedua hewan raksasa itu, Garuda bertemu dengan para Valakhilya. Saat itu Garuda tanpa sengaja menjatuhkan sebuah cabang pohon raksasa dimana Garuda hendak memakan kedua santapannya di atas cabang itu. Namun cabang pohon itu tak mampu menahan beban Garuda dan rubuh bersama para Valakhilya yang ternyata sedang melakukan pertapaan dibaliknya. Garuda dengan cepat menyambar cabang itu dengan paruhnya menyelamatkan para Valakhilya. Lalu atas saran Kasyapa, Garuda membawa mereka semua ke puncak sebuah gunung, meletakkan cabang raksasa beserta para Valakhilya dan memakan santapannya diatas puncak gunung itu.Setelah itu munculah banyak hal buruk di khayangan.
Dalam paragraf ketujuh dijelaskan bahwa berbagai macam pertanda mulai bermunculan beserta firasat buruk para dewa. Petir Indra menyala-nyala dalam ketakutan. Meteor dengan api dan asap, merenggangkan langit, berjatuhan pada hari itu. Senjata dari para Vasu, Rudra, Aditya, Sadhya, Marut dan dewa-dewa lain, mulai mengeluarkan kekuatan mereka saling melawan satu dengan yang lain. Suatu hal yang belum pernah terjadi walaupun dalam perang antara para dewa dan Asura.
Lalu dewa Indra menanyakan hal ini ke Vrihaspati, dan Vrihaspati menjelaskan semua pertanda buruk ini muncul dikarenakan oleh karma dewa Indra terhadap Valakhilyas dan kini karma itu telah dinyatakan dalam wujud Garuda. Cerita dibalik karma Indra itu dijelaskan dalam Bagian XXXI.
9. Bagian XXXII, XXXIII, dan XXXIV Astika Parva Adiparva 1
Tiga bagian ini adalah bagian terakhir yang menceritakan peperangan Garuda. Pada bagian XXXII menjelaskan tentang pertempuran yang terjadi di khayangan. Vyasa menggambarkan bagaimana para dewa dikalahkan oleh Garuda dan khayangan yang diporak-porandakan oleh Garuda. Pada akhir bagian ini dan awal Bagian XXXIII diceritakan bahwa Garuda mulai meninggalkan medan perang dan menuju tempat persembunyian Tirta Amerta. Garuda menghancurkan semua benda yang melindungi Tirta Amerta dan membunuh dua ekor naga yang menjaga air suci itu. Setelah mendapatkan air suci itu, pada paragraf kedua Bagian XXXIII dijelaskan Garuda bertemu dengan Wisnu. Disini Vyasa menjelaskan bahwa Wisnu memuji perjuangan Garuda dan Wisnu menawarkan anugerah kepada Garuda. Lalu Garuda meminta untuk dia tetap berada di atas Wisnu dan meminta untuk hidup abadi tanpa meminum Tirta Amerta.
Wisnu mengabulkannya, dan Garuda berbalik untuk menawarkan anugerah kepada Wisnu. Lalu Wisnu meminta Garuda untuk menjadi tunggangannya dan menjadi panji-panji perangnya, dan Garuda pun mengabulkannya. Lalu pada paragraf ketiga, setelah selesai berhadapan dengan Wisnu, Garuda berhadapan dengan Indra. Indra menyerang Garuda dengan melemparkan petirnya, namun petir itu tidak membuat Garuda kesakitan. Sebaliknya, Garuda dengan sengaja mencabut dua helai bulunya sebagai tanda bahwa dia sangat menghargai sang pencipta Bajra (petir Indra), dan Bajra, dan Indra itu sendiri.
Lalu pada Bagian XXXIV Indra memberikan anugerah kepada Garuda berupa kebebasan Garuda untuk memangsa para naga, lalu mereka berdamai dan menjalin hubungan pertemanan. Garuda dan Indra juga membuat perjanjian bahwa setelah Tirta Amerta dibawa dan diletakkan dihadapan para naga, Indra akan mengambilnya sebelum para naga mendapatkannya. Lalu garuda segera turun ke bumi, meletakkan air suci di atas rumput Kusa dihadapan para naga, dan memerintahkan para naga untuk melakukan ritual penyucian diri sebelum meminum Tirta Amerta. Para naga pun segera menyatakan kebebasan Winata dan segera melakukan ritual penyucian diri. Dan ketika itu pula Indra dengan cepat mendapat kembali Tirta Amerta.