Bagaimana caranya melakukan Pemeriksaan saraf kranialis ?

Saraf kranial terdiri dari 12 simpul saraf yang berperan vital dalam menggerakkan otot-otot yang ada dibagian kepala, seperti otot mata, pipi (face), lidah, gerakan mengunyah, berkedip, mendenger dan lain-lain.

Bagaimana caranya melakukan Pemeriksaan saraf kranialis ?

Saraf kranialis dibagi menjadi 12 jenis, dimana tiap-tiap jenis mempunyai metode pemeriksanaan sendiri-sendiri. Berikut metode pemeriksaan untuk tiap-tiap saraf pada saraf kranialis :

Saraf I (N. Olfaktorius)

Pemeriksaan dapat secara subyektif dan obyektif. Subyektif hanya ditanyakan apakah penderita masih dapat membaui bermacam-macam bau dengan betul.

Obyektif dengan beberapa bahan yang biasanya sudah dikenal oleh penderita dan biasanya bersifat aromatik dan tidak merangsang seperti : golongan minyak wangi, sabun, tembakau, kopi, vanili, dan sebagainya (3 atau 4 macam).

Bahan yang merangsang mukosa hidung (alkohol, amonia) tidak dipakai karena akan merangsang saraf V. Yang penting adalah memeriksa kiri, kanan dan yang diperiksa dari yang normal. Ini untuk pegangan, sebab tiap orang tidak sama. Kemudian abnormal dibandingkan dengan yang normal. Tetapi dalam pembuatan status dilaporkan yang abnormal dahulu.

image

Cara Pemeriksaan :

  1. Kedua mata ditutup
  2. Lubang hidung ditutup
  3. Dilihat apakah tidak ada gangguan pengaliran udara
  4. Kemudian bahan satu persatu didekatkan pada lubang hidung yang terbuka dan penderita diminta menarik nafas panjang, kemudian diminta mengidentifikasi bahan tersebut.

Yang harus diperhatikan pada pemeriksaan adalah :

  • Penyakit pada mukosa hidung, baik yang obstruktif (rinitis) atau atropik (ozaena) akan menimbulkan positif palsu.

  • Pada orangtua fungsi pembauan bisa menurun (hiposmia).

  • Yang penting adalah gangguan pembauan yang sesisi (unilateral) tanpa kelainan intranasal dan kurang disadari penderita (kronik), perlu dipikirkan suatu glioma lobus frontalis, meningioma pada crista sphenoidalis dan tumor parasellar. Fungsi pembauan juga bisa hilang pada trauma kapitis (mengenai lamina cribosa yang tipis) dan meningitis basalis (sifilis, tuberkulosa).

  • Untuk membedakan hambatan pembauan karena penyebab psychic dengan organik, pemeriksaan tidak hanya memakai zat yang merangsang N II, tapi juga yang merangsang N V (seperti amoniak). Meskipun N I tidak dapat membau karena rusak, tetapi N V tetap dapat menerima rangsangan amoniak. Bila dengan amoniak tetap tidak membau apa-apa maka kemungkinan kelainan psycis.

Saraf II (N. Opticus)

Pemeriksaan meliputi :

1. Penglihatan sentral

image

Untuk keperluan praktis, membedakan kelainan refraksi dengan retina digunakan PIN HOLE (apabila penglihatan menjadi lebih jelasmaka berarti gangguan visus akibat kelainan refraksi). Lebih tepat lagi dengan optotype Snellen. Yang lebih sederhana lagi memakai jari-jari tangan dimana secara normal dapat dilihat pada jarak 60 m dan gerakan tangan dimana secara normal dapat dilihat pada jarak 300 m.

2. Penglihatan Perifer

Penglihatan Perifer diperiksa dengan :

Tes Konfrontasi.

  • Pasien diminta untuk menutup satu mata, kemudian menatap mata pemeriksa sisi lain.
  • Mata pemeriksa juga ditutup pada sisi yang lain, agar sesuai denganlapang pandang pasien.
  • Letakkan jari tangan pemeriksa atau benda kecil pada lapang pandang pasien dari 8 arah.
  • Pasien diminta untuk menyatakan bila melihat benda tersebut. Bandingkan lapang pandang pasien dengan lapang pandang pemeriksa.
  • Syarat pemeriksaan tentunya lapang pandang pemeriksa harus normal.

image

Perimetri/Kampimetri

Biasanya terdapat di bagian mata dan hasilnya lebih teliti daripada tes konfrontasi.

3. Melihat warna

Persepsi warna dengan gambar stilling Ishihara. Untuk mengetahui adanya polineuropati pada N II.

4. Pemeriksaan Fundus Occuli

Pemeriksaan ini menggunakan alat oftalmoskop. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah pada papilla N II terdapat :

  1. Stuwing papil atau protusio N II
    Kalau ada stuwing papil yang dilihat adalah papilla tersebut mencembung atau menonjol oleh karena adanya tekanan intra cranial yang meninggi dan disekitarnya tampak pembuluh darah yang berkelok-kelok dan adanya bendungan.

image

  1. Neuritis N II
    Pada neuritis N II stadium pertama akan tampak adanya udema tetapi papilla tidak menyembung dan bial neuritis tidak acut lagi akan terlihat pucat. Dengan oftalmoskop yang perlu diperhatikan adalah :

    • Papilla N II, apakah mencembung batas-batasnya.
    • Warnanya
    • Pembuluh darah
    • Keadaan Retina.

image
Papilledema. Note swelling of the disc, hemorrhages, and exudates, with preservation of the physiologic cup.

image
Optic Atrophy. Note the chalky white disc with discrete margins. Optic atrophy is a late finding with increased intracranial pressure.

image
Central Retinal Artery Occlusion. Note the diffusely pale retina and prominent central fovea which is usually blended in with the normal, pink retina.

image
Central Retinal Vein Occlusion. The disc is massively swollen with diffuse hemorrhages and cotton-wool spots.

image
Proliferative Diabetic Retinopathy. Note the multiple hemorrhages, exudates and neovascularization throughout the retina. Chorioretinal striae extend towards the area of fibrovascular proliferation in the lower portion of the photograph.

Saraf III (N. Oculo-Motorius)

Pemeriksaan Saraf III (N. Oculo-Motorius) meliputi :

image

  1. Retraksi kelopak mata atas bisa didapatkan pada keadaan :

    • Hidrosefalus (tanda matahari terbit)
    • Dilatasi ventrikel III/aquaductus Sylvii
    • Hipertiroidisme
  2. Ptosis
    Pada keadaan normal bila seseorang melihat kedepan, maka batas kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Bila salah satu kelopak mata atas memotong iris lebih rendah daripada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepala ke belakang/ ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik dapat dicurigai sebagai ptosis.

    Penyebab Ptosis adalah:

    • False Ptosis : enophtalmos (pthisis bulbi), pembengkakan kelopak mata (chalazion).
    • Disfungsi simpatis (sindroma horner).
    • Kelumpuhan N. III
    • Pseudo-ptosis (Bell’s palsy, blepharospasm)
    • Miopati (miastenia gravis).

image

  1. Pupil
    Pemeriksaan pupil meliputi :

    • Bentuk dan ukuran pupil.
      Bentuk yang normal adalah bulat, jika tidak maka ada kemungkinan bekas operasi mata. Pada sifilis bentuknya menjadi tidak teratur atau lonjong/segitiga. Ukuran pupil yang normal kira-kira 2-3 mm (garis tengah). Pupil yang mengecil disebut Meiosis, yang biasanya terdapat pada Sindroma Horner, pupil Argyl Robertson( sifilis, DM, multiple sclerosis). Sedangkan pupil yang melebar disebut mydriasis, yang biasanya terdapat pada parese/ paralisa m. sphincter dan kelainan psikis yaitu histeris

    • Perbandingan pupil kanan dengan kiri
      Perbedaan diameter pupil sebesar 1 mm masih dianggal normal. Bila antara pupil kanan dengan kiri sama besarnya maka disebut isokor. Bila tidak sama besar disebut anisokor. Pada penderita tidak sadar maka harus dibedakanapakah anisokor akibat lesi non neurologis(kelainan iris, penurunan visus) ataukah neurologis (akibat lesi batang otak, saraf perifer N. III, herniasi tentorium.

    • Refleks pupil Terdiri atas :

      • Reflek cahaya
        Diperiksa mata kanan dan kiri sendiri-sendiri. Satu mata ditutup dan penderita disuruh melihat jauh supaya tidak ada akomodasi dan supaya otot sphincter relaksasi. Kemudian diberi cahaya dari samping mata. Pemeriksa tidak boleh berada ditempat yang cahayanya langsung mengenai mata. Dalam keadaan normal maka pupil akan kontriksi. Kalau tidak maka ada kerusakan pada arcus reflex (mata—N. Opticus—pusat—N. Oculomotorius)

      image

      • Reflek akomodasi
        Penderita disuruh melihat benda yang dipegang pemeriksa dan disuruh mengikuti gerak benda tersebut dimana benda tersebut digerakkan pemeriksa menuju bagian tengah dari kedua mata penderita. Maka reflektoris pupil akan kontriksi.
        Reflek cahaya dan akomodasi penting untuk melihat pupil Argyl Robetson dimana reflek cahayanya negatif namun reflek akomodasi positif.

      image

      • Reflek konsensual
        Adalah reflek cahaya disalah satu mata, dimana reaksi juga akan terjadi pada mata yang lain. Mata tidak boleh langsung terkena cahaya, diantara kedua mata diletakkan selembar kertas. Mata sebelah diberi cahaya, maka normal mata yang lain akan kontriksi juga.
  2. Gerakan bola mata (bersama-sama dengan N. IV dan VI)
    Gerakan bola mata yang diperiksa adalah yang diinervasi oleh nervus III, IV dan VI. Dimana N III menginervasi m. Obliq inferior (yang menarik bala mata keatas), m. rectus superior, m. rectus media, m. rectus inferior. N IV menginervasi m. Obliq Superior dan N VI menginervasi m. rectus lateralis.

    N III selain menginervasi otot-otot mata luar diatas juga menginervasi otot sphincter pupil. Pemeriksaan dimulai dari otot-otot luar yaitu penderita disuruh mengikuti suatu benda kedelapan jurusan.

    Yang harus diperhatikan ialah melihat apakah ada salah satu otot yang lumpuh. Bila pada 1 atau 2 gerakan mata ke segala jurusan dari otot-otot yang disarafi N III berkurang atau tidak bisa sama sekali, maka disebut opthalmoplegic externa. Kalau yang parese otot bagian dalam (otot sphincter pupil) maka disebut opthalmoplegic interna. Jika hanya ada salah satu gangguan maka disebut opthalmoplegic partialis, sedangkan kalau ada gangguan kedua macam otot luar dan dalam disebut opthalmoplegic totalis

image

  1. Sikap Bola Mata
    Sikap bola mata yaitu kedudukan mata pada waktu istirahat. Kelainan-kelaian yang tampak diantaranya adalah :

    • Exopthalmus, dimana mata terdorong kemuka karena proses mekanis retroorbital

    • Strabismus yang dapat divergen atau convergen. Secara subyektif ditanyakan apakah ada diplopia. Pemeriksaan subyektif ini penting karena kadang-kadang strabismus yang ringan tak kelihatan pada pemeriksaan obyektif.

    • Nystagmus atau gerakan bola mata yang spontan. Dalam hal ini tidak hanya memeriksa otot-otot yang menggerakkan bola mata sja, tetapi sekaligus melihat adanya kelainan dalam keseimbangan atau N VIII.

    • Deviasi conjugae, adalah sikap bola mata yang dalam keadaan istirahat menuju kesatu jurusan tanpa dapat dipengaruhi oleh kesadaran, dengan sumbu kedua mata tetap sejajar secara terus- menerus. Lesi penyebab bisa di lobus frontalis atau di batang otak, bisa lesi destruktif (infark) atau irirtatif (jaringan sikatriks post trauma/ epilepsi fokal & perdarahan)

Saraf V (N. Trigeminus)

Pemeriksaan Saraf V (N. Trigeminus) meliputi :

  1. Sensibilitas
    Sensibilitas N V ini dapat dibagi 3 yaitu :

    • bagian dahi, cabang keluar dari foramen supraorbitalis
    • bagian pipi, keluar dari foramen infraorbitalis
    • bagian dagu, keluar dari foramen mentale.

    Pemeriksaan dilakukan pada tiap cabang dan dibandingkan kanan dengan kiri.

image

  1. Motorik
    Penderita disuruh menggigit yang keras dan kedua tangan pemeriksa ditruh kira-kira didaerah otot maseter. Jika kedua otot masseter berkontraksi maka akan terasa pada tangan pemeriksa. Kalau ada parese maka dirasakan salah satu otot lebih keras.

image

  1. Reflek
    Penderita diminta melirik kearah laterosuperior, kemudian dari arah lain tepi kornea disentuhkan dengan kapas agak basah. Bila reflek kornea mata positif, maka mata akan ditutupkan.

image

Saraf VII (N. Facialis)

Dalam keadaan diam, perhatikan :

  • asimetri muka (lipatan nasolabial)
  • gerakan-gerakan abnormal (tic fasialis, grimacing, kejang tetanus/rhesus sardonicus, tremor, dsb)

Atas perintah pemeriksa

  1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dengan kiri.
  2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri), kemudian pemeriksa mencoba membuka kedua mata tersebut (bandingkan kekuatan kanan dan kiri).
  3. Memperlihatkan gigi (asimetri).
  4. Bersiul dan mencucu (asimetri/deviasi ujung bibir).
  5. Meniup sekuatnya (bandingkan kekuatan udara dari pipi masing- masing).
  6. Menarik sudut mulut ke bawah (bandingkan konsistensi otot platisma kanan dan kiri). Pada kelemahan ringan, kadang-kadang tes ini dapat untuk mendeteksi kelemahan saraf fasialis pada stadium dini.

Sensorik khusus (pengecapan 2/3 depan lidah)

Melalui chorda tympani. Pemeriksaan ini membutuhkan zat-zat yang mempunyai rasa :

  • manis, dipakai gula
  • pahit, dipakai kinine
  • asin, dipakai garam
  • asam, dipakai cuka

Paling sedikit menggunakan 3 macam. Penderita tidak boleh menutup mulut dan mengatakan perasaannya dengan menggunakan kode-kode yang telah disetujui bersama antara pemeriksa dan penderita. Penderita diminta membuka mulut dan lidah dikeluarkan. Zat-zat diletakkan di 2/3 bagian depan lidah. Kanan dan kiri diperiksa sendiri-sendiri, mula-mula diperiksa yang normal.

Saraf VIII (N. Acusticus)

Pemeriksaan pendengaran

  1. Detik arloji
    Arloji ditempelkan ditelinga, kemudian dijauhkan sedikit demi sedikit, sampai tak mendengar lagi, dibandingkan kanan dan kiri.

image

  1. Gesekan jari

image

  1. Tes Weber
    Garpu tala yang bergetar ditempelkan dipertengahan dahi. Dibandingkan mana yang lebih keras, kanan/ kiri.

image

  1. Tes Rinne
    Garpu tala yang bergetar ditempelkan pada Processus mastoideus. Sesudah tak mendengar lagi dipindahkan ke telinga maka terdengar lagi. Ini karena penghantaran udara lebih baik daripada tulang.

Pemeriksaan dengan garpu tala penting dalam menentukan nervus deafness atau tranmission deafness. Pemeriksaan pendengaran lebih baik kalau penderita ditutup matanya untuk menghindari kebohongan.

image

Saraf IX-X (N. Glossopharyngeus-N. Vagus)

Pemeriksaan saraf IX dan X terbatas pada sensasi bagian belakang rongga mulut atau 1/3 belakang lidah dan faring, otot-otot faring dan pita suara serta reflek muntah / menelan / batuk.

  • Gerakan Palatum
    Penderita diminta mengucapkan huruf a atau ah dengan panjang, sementara itu pemeriksa melihat gerakan uvula dan arcus pharyngeus. Uvula akan berdeviasi kearah yang normal (berlawanan dengan gerakan menjulurkan lidah pada waktu pemeriksaan N XII).

image

  • Reflek Muntah dan pemeriksaan sensorik
    Pemeriksa meraba dinding belakang pharynx dan bandingkan refleks muntah kanan dengan kiri. Refleks ini mungkin menhilang oada pasien lanjut usia.

Saraf XI (N. Accesssorius)

Hanya mempunyai komponen motorik. Pemeriksaan :

  • Kekuatan otot sternocleidomastoideus diperiksa dengan menahan gerakan fleksi lateral dari kepala/leher penderita atau sebaliknya (pemeriksa yang melawan/ mendorong sedangkan penderita yang menahan pada posisi lateral fleksi).

image

  • Kekuatan m. Trapezius bagian atas diperiksa dengan menekan kedua bahu penderita kebawah, sementara itu penderita berusaha mempertahankan posisi kedua bahu terangkat (sebaliknya posisi penderita duduk dan pemeriksa berada dibelakang penderita)

image

Saraf XII (N. Hypoglossus)

Pada lesi LMN, maka akan tamapk adanya atrofi lidah dan fasikulasi (tanda dini berupa perubahan pada pinggiran lidah dan hilangnya papil lidah) Pemeriksaan :

  • Menjulurkan lidah
    Pada lesi unilateral, lidah akan berdeviasi kearah lesi. Pada Bell,s palsy (kelumpuhan saraf VII) bisa menimbulkan positif palsu.

  • Menggerakkan lidah kelateral
    Pada kelumpuhan bilateral dan berat, lidah tidak bisa digerkkan kearah samping kanan dan kiri.

  • Tremor lidah
    Diperhatikan apakah ada tremor lidah dan atropi. Pada lesi perifer maka tremor dan atropi papil positip

  • Articulasi
    Diperhatikan bicara dari penderita. Bila terdapat parese maka didapatkan dysarthria.

image

Referensi :