Bagaimana caranya melakukan pemeriksaan ketajaman pendengaran?

Pendengaran adalah organ yang sangat penting bagi manusia. Oleh karena itu kita harusnya menjaga ketajaman pendengaran kita.

Bagaimana caranya melakukan pemeriksaan ketajaman pendengaran ?

Pemeriksaan ketajaman pendengaran digunakan untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran, jenis gangguan pendengaran dan derajat berat gangguan pendengaran. Ada beberapa tes yang sering digunakan untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran yaitu12:

a. Tes bisik

Tes bisik merupakan uji reaksi penderita terhadap bunyi bisikan. Tes ini merupakan petunjuk kasar akan adanya ketulian. Telinga penderita yang tidak diperiksa harus “ditutup” dengan menggesekkan kertas di muka telinga tersebut.

Penderita tidak boleh melihat ke arah pemeriksa dan harus mengulang sejumlah kata-kata seperti “cat”, “ban”, atau “hak” yang dibisikkan pada telinga yang diuji. Jarak terjauh dari telinga yang masih memungkinkan kata-kata terdengar, dicatat.

Ruangan yang sunyi merupakan hal yang penting untuk dapat berkonsentrasi dan mengabaikan bunyi yang lain. Telinga yang normal dapat mendengar bisikan pada jarak 5 kaki atau 1,5 meter. Selain tes bisik juga dilakukan uji reaksi penderita terhadap bunyi percakapan.

Uji dilakukan dengan cara yang sama. Pada uji ini dipakai bunyi percakapan sehari-hari yang dengan telinga yang normal dapat didengar pada jarak 30 kaki atau 9 meter.

b. Uji Rinne

Uji ini menunjukkan apakah ketulian bersifat konduktif atau perseptif. Kaki garpu tala diletakkan di depan telinga dan tangkainya kemudian diletakkan pada prosesus mastoid. Penderita diminta untuk membandingkan intensitas bunyi yang terdengar pada kedua posisi itu. Penderita dengan tuli konduktif mendengar bunyi lebih baik bila garpu tala diletakkan di atas prosesus mastoid daripada di depan telinga. Pada tuli perseptif sebaliknya,


Gambar Uji Rinne

Jarak waktu yang diperlukan penderita untuk mendengar getaran terhitung dari garpu tala diletakkan pada prosesus mastoid dibandingkan dengan waktu yang didengar oleh pemeriksa. Pada tuli konduktif jarak waktu pcndcrita mendengar garpu tala memanjang, sedangkan pada tuli persepsi memendek.

c. Uji Weber

Tangkai garpu tala diletakkan pada pertengahan dahi. Gelombang bunyi akan melalui tengkorak menuju ke kedua telinga dan akan terdengar sama keras bila pendengaran normal. Tuli konduktif pada satu telinga akan menyebabkan getaran yang terdengar lebih kuat pada sisi yang sakit. Pada tuli perseptif yang unilateral, bunyi akan terdengar lebih baik pada sisi yang sehat.

Penghantaran bunyi pemeriksaan ini adalah konduksi melalui tulang terdiri dari dua komponen:

  • Langsung, bunyi menuju ke koklea
  • Tak langsung, bunyi menuju ke telinga tengah

Uji Weber
Gambar Uji Weber

Komponen tak langsung, sebagian langsung ke koklea, tapi sebagian besar menyebar ke telinga luar. Pada penyakit telinga dalam, bagian koklea komponen tak langsung terlalu lemah untuk merangsang koklea sehingga bunyi menjadi lebih keras pada telinga yang baik. Pada penyakit telinga tengah, bagian tengah komponen tak langsung tidak dapat menyebar ke dalam telinga luar sehingga akan bertambah ke bagian koklea. hal ini menyebabkan bunyi terdengar lebih keras dalam telinga yang sakit.

d. Uji Schwabach

Uji Schwabach membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksa. Pasien diminta melaporkan saat garpu tala bergetar yang ditempelkan pada mastoidnya tidak lagi dapat didengar. Pada saat itu, pemeriksa memindahkan garpu tala ke mastoidnya sendiri dan menghitung berapa lama (dalam detik) ia masih dapat mendengar bunyi garpu tala.

Uji Schwabach dikatakan normal bila hantaran tulang pasien dan pemeriksa hampir sama. Uji Schwabach memanjang atau meningkat bila hantaran tulang pasien lebih lama dibandingkan pemeriksa, misalnya pada kasus gangguan pendengaran konduktif. Jika telinga pemeriksa masih dapat mendengar bunyi garpu tala setelah pasien tidak lagi mendengamya, maka dikatakan Schwabach memendek

e. Uji Bing

Uji Bing adalah aplikasi dari apa yang disebut sebagai efek oklusi, di mana penala terdengar lebih keras bila telinga normal ditutup. Bila liang telinga ditutup dan dibuka bergantian saat penala yang bergetar ditempelkan pada mastoid, maka telinga normal akan menangkap bunyi yang mengeras dan melemah (Bing positif). Hasil serupa akan didapat pada gangguan pendengaran sensorineural, namun pada pasien dengan perubahan mekanisme konduktif seperti penderita otitis media atau otosklerosis, tidak menyadari adanya perubahan kekerasan bunyi tersebut (Bing negatif).

f. Audiometri

Audiometer adalah suatu alat elektronik yang mengeluarkan nada murni dengan mcmakai osilator. Intcnsitas bunyi yang dihasilkan dapat diubah-ubah dan diukur dalam desibel. Bunyi bicara normal terdengar pada spektrum frekuensi 500, 2000, 4000 putaran perdetik. Dalam pengambilan audiogram diperlukan ruangan sunyi yang ada pada rumah sakit dengan fasilitas klinik otologi.

Apabila dilakukan luar rumah sakit cukup dilakukan kan pada ruangan sunyi dan jauh dari keramaian lalu-lintas. Penderita memakai ear phone yang dihubungkan dengan audiometer. Penderita mendengarkan bunyi yang pertama terdengar sampai tak terdengar lagi. Nilai pengukuran kedua nilai ambang ini adalah kekurangan pendengaran untuk frekuensi itu. Hal ini mula-mula diukur untuk konduksi melalui udara dan kemudian melalui tulang pada tiap-tiap frekuensi.

Pemeriksaan lokalisasi bunyi

Pemeriksaan penentuan lokasi sumber bunyi bukan merupakan pemeriksaan yang standar dilakukan pada klinik audiologi. Penentuan kemampuan lokalisasi sumber bunyi dapat dilakukan dengan menempatkan subjek pada bidang datar.

Pada sekeliling subjek ditempatkan 8 speaker yang dihubungan ke ke komputer. Subjek diperiksa dengan mata tertutup dengan kepala tegak menghadap ke depan. Selanjutnya dari masing-masing speaker dapat keluarkan bunyi yang ditentukan arah dan kekuatannya.

Pemeriksaan lokalisasi bunyi
Gambar Pemeriksaan lokalisasi bunyi