Bagaimana Caramu Bangkit dari Keterpurukan?

image

Setiap manusia pasti memiliki versi masa sulitnya masing-masing. Bahkan tidak sedikit orang yang sudah kebal menghadapi masa-masa “sulit”. Ketika terpuruk, kita akan menghadapi rasa sakit, cemas, takut, marah dan membuat atmosfer di sekitar kita juga merasakan sedikit perasaan itu.

Dulu, aku pernah mengalami masa terpuruk ketika hendak memasuki dunia perkuliahan. Aku sempat ditolak beberapa universitas, sebelum akhirnya mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggiku yang sekarang. Bagi sebagian orang, masa sulit yang pernah aku hadapi masih tergolong “receh”, tetapi tidak untukku. Sebab, aku memikul “beban” moral tersendiri, jika aku gagal, maka akan mengecewakan banyak orang yang sudah berharap aku berhasil, karena menganggap aku anak pandai selama ini, maka menurut merka semuanya akan terasa mudah bagiku.

Marah. Kecewa. Malu. Sedih. Tentu itu yang selalu aku rasakan berhari-hari. Saking malunya, sampai-sampai aku selalu menghindari pertemuan dengan orang lain. Sampai pada akhirnya, aku hanya bisa menerima diriku bahwa aku telah gagal kala itu. Kemudian memperbaiki apa yang menurutku “salah” selama ini. Ibaratnya, aku menemukan “nilai penting” apa dibalik kegagalanku ini. Hal tersebut membuatku lebih tenang dan berpikir jernih harus berbuat apa dan bagaimana caranya untuk bangkit. Ibarat beli bensin di SPBU: "Dear my self, kita mulai dari NOL, ya!"

Setiap orang pasti memiliki cara juangnya masing-masing untuk bangkit, melanjutkan hidup dan menjadi pribadi yang lebih dewasa. Aku yakin bahwa setiap orang membutuhkan masalah yang nantinya akan membantu mereka mencapai kesuksesan mereka.

Sekarang giliran kamu! Bagaimana caramu bangkit dari keterpurukan?

Cara yang akan saya terapkan untuk keluar dari rasa keterpurukan yang saya alami adalah, saya akan mensugesti diri saya sendiri bahwasanya saya bisa dengan memberikan sugesti dengan menanamkan semangat untuk diri. Sebab dengan memberikan stigma yang positif kepada diri, maka ketika keterpurukan itu datang maka kita akan ingat bahwa apa yang kita lakukan selama ini tidak bisa berhenti sampai disini dan berhenti ditempat. Namun, harus tetap bergerak untuk maju dan teruslah bersemangat. Dengan mengenyampingkan orang-orang yang kita anggap toxic dan mulai untuk open mindset bahwa hidup tidak selamanya tentang apa yang harus kita capai. Namun bisa juga tentang apa yang menjadi permasalahan yang sulit untuk kita hadapi, jangan lari dan hadapi adalah cara terbaik untuk memberikan kelegaan hati pada diri sendiri lalu memberikan sedikit pujian pada diri untuk mengakui bahwa diri mampu dan kuat untuk mengahadapinya.

aku tidak menyebutnya keterpurukan, aku lebih suka menyebutnya sebagai kegagalan. Saya sering melakukan evaluasi dari suatu hal yang saya lakukan, terutama jika suatu hal tersebut gagal. Seperti misalnya nilai saya tidak begitu baik di beberapa mata kuliah tertentu saat UTS, saya mencaritahu yang salah ada disebelah mana? maka itu adalah materi yang saya kurang pahami dan harus mempelajari materi tersebut sekali lagi. Selain itu, dari situ saya juga mengetahui bahwa saya tidak begitu pintar di mata kuliah tersebut oleh karena itu saya harua fokus mendengarkan dosen saat mengajar dan saat UAS saya harus belajar lebih giat agar bisa lulus pada mata kuliah itu dengan nilai yang baik.

Karena, sama seperti pesan Whatsapp yang gagal terkirim karena tidak ada koneksi internet, maka ia akan terkirim saat telah memiliki koneksi internet. Oleh karena itu saya rasa perlu menganalisis dan mencaritahu apa yang salah? apa yang kurang? dan mencari solusi akan permasalahan tersebut, jika tidak bisa menemukan solusinya sendiri juga saya sering meminta saran dan bantuan dari orang-orang terdekat seperti orang tua maupun teman.

Saya pribadi untuk bangkit dari keterpurukan tersebut adalah dengan menanamkan pikiran bahwa saya akan mengalami keterpurukan atau kegagalan yang mungkin lebih buruk jika saya tetap diam saja. Atas dasar ketakutan yang memang belum terbukti itu mampu membangkitkan lagi semangat saya untuk keluar dari keadaan tersebut.

Cara lainnya adalah dengan puasa bermedia sosial. Dengan cara itu, setidaknya bisa mengurangi kesempatan untuk membanding-bandingkan diri saya sendiri terhadap segala pencapaian orang lain. Dengan begitu, saya bisa lebih fokus untuk healing dan mengumpulkan niat untuk memperbaiki suatu keadaan yang sedang saya alami.

Terpuruk karena suatu kegagalan memang bukan hal yang menyenangkan untuk dilalui. Selain menerima, mengakui, dan instrospeksi diri, hal pertama yang saya lakukan biasanya adalah berusaha untuk menjauhkan pikiran negatif dengan menonton konten idola atau variety show, suatu hal yang tidak memerlukan banyak tenaga. Yang kedua adalah bangkit dan menyiapkan langkah selanjutnya. Berdiam diri akan membuat perasaan terpuruk semakin menyelimuti, berat dan itu sangat tidak nyaman. Setidaknya saya akan beranjak dari tempat lalu makan makanan enak, membersihkan kamar dan meja belajar, olahraga, atau sekadar jalan-jalan. Yang terakhir adalah menerapkan mindset bahwa semua pasti akan berlalu, saya bisa melewatinya dengan baik.