Bagaimana cara yang tepat dalam mengasuh anak?

mengasuh anak

Mengasuh anak adalah pekerjaan yang sangat berat dan membutuhkan pengetahuan yang luas agar psikologi anak dapat berkembang dengan baik. Bagaimana cara yang tepat dalam mengasuh anak ?

1. Menetapkan Aturan untuk Anak

Tidak menerapkan aturan sejak awal, membuat kita terkadang menjadi lemah dan mudah diperdaya. Misalnya, ketika anak meminta es krim (Ice Cream), padahal kondisi kesehatan anak baru tidak baik. Perhatikan kalimat yang Kita ucapkan. Kalau Kita bilang ‘Ok, kamu boleh makan es krim ini’. Hal ini akan membuka kesempatan anak untuk merajuk makan es krim lagi pada kesempatan lain.

Tapi bila sejak awal Kita sudah membuat kesepakatan bersamanya. Seperti, ‘Bunda akan membelikan es krim jika kamu sudah sehat’. Kalimat ini tidak akan membuat anak memiliki celah untuk meminta lebih.

2. Konsistenlah Dengan Aturan yang Ditetapkan

Jangan ada tawar menawar setelah membuat aturan. Banyak orangtua yang bimbang ketika harus menetapkan aturan kepada si kecil.

Misalnya, Kita menetapkan hanya boleh bermain game setiap hari minggu. Maka tidak ada kesempatan bermain game selain hari itu dengan alasan apa pun. Kalau peraturan itu tidak ditaati, maka akibatnya adalah anak tidak bisa memahami alasan mengapa Kita membuat aturan.

3. Jangan Menyerah oleh Rengekan

Sekali Kita memenuhi keinginannya karena ia merengek atau menangis, maka dia akan tahu cara untuk mendapatkan apa yang dikehendakinya. Kuatkah hati Kita terhadap tangisannya. Beri penjelasan sederhana yang mudah dimengerti agar dia memahami apa maksud Kita menetapkan aturan tersebut.

4. Buat Kesepakatan yang Tegas

Pada saat Kita sendiri masih ragu untuk memberikan sesuatu yang diinginkan anak, Kita bisa memberikan aturan tambahan. Misalnya si kecil ingin menonton acara tv favoritnya, Kita bisa memberikan aturan tambahan. Seperti dia harus tidur siang atau membereskan dulu mainannya. Dengan membuat kesepakatan ini, Kita jadi yakin untuk mengizinkannya menonton televisi.

5. Ajari Tentang Tanggungjawab

Sebuah penelitian menunjukan bahwa anak yang melakukan tanggungjawabnya akan dapat menghadapi rasa depresi dikemudian hari. Bahkan balitapun bisa diajarkan untuk bertanggungjawab dengan membereskan mainannya.

Setelah dia menjalankan tanggung jawabnya, Kita bisa memberikan waktu yang telah Kita tetapkan untuknya bermain. Cara Tepat Memanjakan Anak.

6. Jangan Takut Anak Kecewa

Melihat anak sedih karena kecewa permintaannya tidak dikabulkan biasanya juga bisa membuat ibu sedih. Tetapi, Kita tidak boleh menyerah. Anak harus tahu bahwa dia tidak selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.

Dengan demikian Kita mengajarkan anak untuk belajar menerima kekecewaan agar anak mampu mengatasi stres nantinya.

7. Jangan Memberikan Hadiah dengan Cuma-Cuma

Banyak ahli sependapat bahwa anak-anak menjadi manja karena orangtua selalu memberikan apa yang mereka kehendaki. Hal itu dilakukan tanpa menuntut kepada anak. Cara Tepat Memanjakan Anak.

Jika anak Kita menginginkan mainan baru, Kita harus menetapkan sistem ‘reward’. Hanya ketika dia berperilaku baik atau mendapatkan nilai baik di sekolah, kemudian dia bisa mendapatkan mainan baru.

Orang tua perlu bertindak hati-hati dan bijak dalam mengasuh anak, sebab pola asuh yang salah jelas sangat merugikan perkembangan psikologi dan kepribadian anak di kemudian hari. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengasuh anak yang baik,

  • Harus Disertai Kasih Sayang
    Anak sudah dapat merasakan apakah ia disayangi, diperhatikan, diterima, dan dihargai atau tidak. Orang tua dapat menunjukkan kasih sayang secara wajar sesuai umur anak. Dengan mencium atau membelai, berkata lembut, hingga anak merasa ia memang disayang. Pencurahan kasih sayang ini harus dilakukan konstan, tulus, dan nyata sehingga anak benar-benar merasakannya.

  • Tanamkan Disiplin yang Membangun
    Perlu memberlakukan tata tertib yang tidak berkesan serba membatasi. Hal ini akan menjadi pedoman bagi anak, hingga ia mengerti perilaku apa yang diperbolehkan dan mana yang tidak. Juga mengenalkan anak pada disiplin. Dengan demikian ia diharapkan mampu mengendalikan diri sekaligus melatih tanggung jawab.

  • Luangkan Waktu bagi Kebersamaan
    Memanfaatkan waktu bersama anak merupakan hal yang sangat penting dalam pengasuhan anak. Dari sini akan tercipta lingkungan dan suasana yang menunjang perkembangan. Orang tua bisa menggunakan waktu tersebut dengan bermain bersama, berbincang-bincang, melatih keterampilan sehari-hari, dan sebagainya.

  • Ajarkan Salah-Benar/Baik-Buruk
    Hal-hal yang dapat diajarkan adalah nilai-nilai yang berlaku di lingkungan keluarga, masyarakat sekitar dan budaya bangsa. Misalnya, adat istiadat, norma dan nilai yang berlaku. Hal ini sangat diperlukan agar anak mudah menyesuaikan diri dengan orang lain. Mintalah anak berlaku ramah dan jujur serta melarangnya menyakiti orang lain. Selain harus terus-menerus dan konsisten, terangkan kenapa perbuatan menyakiti tidak boleh dilakukan sedangkan sikap ramah diperlukan. Dengan begitu anak tahu kenapa mereka dilarang berbuat sesuatu, serta dapat memahami apa arti salah-benar dan baik-buruk.

  • Kembangkan Sikap Saling Menghargai
    Sikap saling menghargai dapat dicontohkan. Bila orang tua berbuat salah, jangan segan meminta maaf. Kelak ketika anak berbuat salah, dia pun tak segan meminta maaf. Orang tua yang menghormati anak akan merangsang anak untuk menghargai dan menghormati orang tua maupun siapa saja.

  • Perhatikan dan Dengarkan Pendapat Anak
    Jika anak punya pendapat, dengarkan dan berikan perhatian tanpa berusaha untuk mempengaruhinya. Bila perlu, kemukakan pendapat dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak. Hal ini akan membuat hubungan orang tua dan anak jadi lebih akrab, hingga anak dapat menyatakan perasaannya. Termasuk perasaan yang baik dan buruk, seperti marah dan tidak senang, tanpa takut kehilangan kasih sayang dari orang tua.

  • Membantu Mengatasi Masalah
    Anak butuh bimbingan kala menghadapi masalah, namun orang tua jangan sesekali memaksakan pendapatnya. Pahami masalah sesuai sudut pandang anak dan berikan beberapa pendapat serta doronglah anak untuk memilih yang sesuai dengan keadaannya.

  • Melatih Anak Mengenal Diri Sendiri dan Lingkungan
    Ajaklah anak mengenal dirinya. “Saya ini anak laki-laki” atau “Saya adalah anak perempuan.” Lalu mengenalkan orang lain di lingkungannya, ada ibu, bapak, kakek, nenek, paman dan lainnya. Dengan demikian, semakin lama pengenalan anak kian luas. Anak juga perlu dilatih mengenal emosi dan cara menyalurkan emosi yang baik agar tidak menyakiti dirinya sendiri atau orang lain.

  • Mengembangkan Kemandirian
    Rangsanglah inisiatif dan berikan kebebasan untuk mengembangkan diri. Beri kesempatan mengerjakan sesuatu menurut keinginan mereka sendiri. Tentu saja asalkan tidak bertentangan dengan norma masyarakat. Untuk memupuk inisiatif anak, beri pujian pada apa yang telah berhasil dilakukan dan bukan malah mencelanya.

  • Memahami Keterbatasan Anak
    Setiap individu, termasuk anak, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Orang tua hendaknya jangan menuntut melebihi kemampuan anak. Yang tak kalah penting, jangan pernah membanding-bandingkan anak yang satu dengan anak yang lain.

  • Menerapkan Nilai Agama dalam Kehidupan Sehari-hari
    Nilai-nilai agama perlu diajarkan sejak usia dini sekaligus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Cara paling baik, beri contoh dan minta anak berlaku sama. Misalnya berdoa sebelum melakukan kegiatan apa pun, memaafkan kesalahan orang lain, mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan dan lain-lain.

mengasuh anak

Selain dari beberapa pola asuh orang tua yang baik untuk anak diatas, orang tua juga harus memiliki bermacam-macam sifat supaya proses pendidikan terhadap anak itu dapat berhasil dengan baik. Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki orangtua tersebut ialah:

  • Ikhlas dalam Mendidik
    Suatu pekerjaan yang tidak dilandasi dengan perasaan ikhlas dan rela berkorban akan menjadikan sesuatu yang berat. Demikian juga dalam pendidikan anak dalam keluarga apabila tidak dilandasi dengan rasa ikhlas akan menjadikan pekerjaan yang sangat memberatkan. Berbeda halnya dengan apabila orangtua sebagai penanggungjawab keluarga sudah menyadari sepenuhnya bahwa anak-anaknya adalah amanah Allah dan harus dididik dengan baik agar kelak menjadi anak yang berguna, pekerjaan mendidik anak akan dilakukan dengan keikhlasan. Keikhlasan dalam mendidik anak merupakan kunci keberhasilan perkembangan anak.

  • Lemah Lembut dan Sabar
    Menurut penelitian didapatkan bahwa sebagian anak yang berhasil dalam kehidupannya adalah anak yang tumbuh dari keluarga yang sudah menyadari arti pentingnya pendidikan untuk anak. hal ini akan membuat orangtua memperlakukan anaknya secara manusiawi yang pada akhirnya akan dapat memperkembangkan segala macam potensinya secara optimal. Kelemahlembutan dan kesabaran yang diperlihatkan orangtua dalam mendidik anak, dirasakan oleh anak sebagai sesuatu yang menyejukkan hati yang pada akhirnya akan membantu anak merasa membutuhkan orangtua dalam upaya memperkembangkan dirinya.

  • Jujur Kepada Anak
    Sifat jujur yang diperlihatkan orangtua kepada anak bukan sesuatu yang dibuat-buat tetapi sudah berjalan dengan sendirinya. Keteladanan orangtua sebagai orang yang jujur merupakan salah satu kunci untuk mendewasakan kepribadian anak. Betapa tidak, anak yang sudah terbiasa pada kehidupan yang jujur auntuk berbohong pada orang lain merupakan hal yang sangat tabu dan tidak mungkin dilakukan. Tetapi juga harus diingat oleh orangtua bahwa segala sesuatunya tidak mutlak dalam kehidupan keluarga. Artinya manakala ada sesuatu yang harus dirahasiakan juga tidak perlu harus diceritakan secara jujur kepada anak.

  • Tenang dalam Menghadapi Persoalan
    Kadang-kadang diantara kita dalam mengartikan istilah sabar dan tenang itu kurang tepat. Misalnya orangtua yang tenang saja dalam menghadapi kegagalan dikatakan sebagai orangtua yang tenang dan sabar. Hal ini sebenarnya kurang tepat, orangtua yang tenang dan sabar dalam mengahdapi sesuatu adalah mereka yang secara aktif memikirkan segala sesuatu yang terjadi, dengan harapan dapat menemukan jalan penyelesaian yang terbaik. Mereka memang tidak menampilkan diri sebagai orang yang tergesa-gesa tetapi bukan juga orang yang diam terus menerus.

  • Teliti dan Hati-hati
    Orangtua yang teliti akan memperhatikan segala sesuatu yang berhubungan dengan diri anak sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Kapan anak-anak belajar, kapan mereka melihat acara TV dan sebagainya. Bagi ornagtua merupakan catatan yang ada dibenaknya. Dengan perlakuan yang seperti ini, anak akan semakin sadar bahwa dirinya harus dapat membahagiakan orangtua. Karena anak tahu bahwa orangtua memperhatikan sampai pada hal-hal yang sekecil-kecilnya, maka bagi anak merupakan kewajiban untuk melayaninya secara baik. Tetapi orangtua juga harus memiliki batas dalam ketelitian kepada anak. tidak sedikit terjadi pengawasan yang sangat dari orangtua oleh anak dirasakan sebagai sesuatu yang membatasi diri dan anak akan memberontak.

  • Orangtua Harus Penyantun (Simpatik dan Empatik)
    Tidak sedikit anak yang “broken home” hanya karena mereka dirumah kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtua. Sebenarnya orangtua telah mencoba untuk memberikan kasih sayang kepada anak- anak secara maksimal, tetapi karena kasih sayang yang diberikan kurang tepat sehingga oleh anak dirasakan sebagai sesuatu yang kurang menguntungkan. Sebagai contoh misalnya banyak orangtua yang merasa telah memberikan kasih sayang apabila telah mencukupi semua kebutuhan anak secara materiil. Tetapi apakah sebenarnya demikian? Ternyata tidak, yang lebih diperlukan oleh anak dalam perkembangannya adalah rasa simpatik dan empatik dari orangtua yang tercermin dalam penampilan sehari-hari. Orangtua nampak dengan keluarga penuh keakraban, memberikan rasa cinta kasih, rasa aman, dan lain sebagainya merupakan santapan rohani yang lebih dibutuhkan oleh anak.

  • Orangtua harus dapat Menyimpan Rahasia Anak
    Sesungguhnya merupakan kejadian yang cukup memalukan dan menggelikan apabila ada seorang kepala keluarga yang senang menceritakan kejadian-kejadian yang ada pada keluarganya kepada orang lain, apalagi kelau ada kejadian-kejadian yang bersifat negatif. Kebiasaan ini oleh anak akan dinilai sebagai sesuatu yang membahayakan dan pada akhirnya anak tidak memiliki kepercayaan kepada kedua orangtua. Apabila mereka memiliki persoalan, sulit bagi mereka untuk mencari orang yang dapat diajak untuk membicarakannya.

  • Harus Bertanggung Jawab
    Satu sifat yang tidak kalah pentingnya dengan sifat-sifat yang lain adalah masalah tanggung jawab. Orangtua harus memiliki rasa tanggung jawab atas keharmonisan keluarga yang pada akhirnya juga pada keberhasilan studi anak-anak. orangtua yang kurang bertanggung jawab dalam keluarga, bagi anak akan merupakan contoh yang kurang baik dan ini pasti akan membekas pada kepribadian anak. Anak yang disekolah kurang dapat bertanggung jawab biasanya lahir dari keluarga yang orangtuanya kurang dapat bertanggung jawab.

Demikian beberapa sifat yang harus dimiliki oleh orangtua agar tanggung jawabnya sebagai pemimpin keluarga dapat dilaksanakan dengan baik dan akan menghasilkan sesuatu yang baik juga. Sudah barang tentu masih banyak sifat-sifat lain yang belum tercantumkan, tetapi beberapa hal yang sudah dipaparkan nampaknya sudah cukup mewakili. Yang jelas bukan hafalnya sifat-sifat yang dimiliki tetapi aplikasi dalam membina keluarga itulah yang jauh lebih penting.

Berikut ini beberapa pola asuh anak usia d ini secara efektif :

  1. Ayah dan Ibu Harus Kompak
    Ayah dan ibu sebaiknya sering berdiskusi mengenai tumbuh kembang anak. Tetapkan nilai nilai dalam keluarga secara bersama. Diskusikan setiap kebutuhan tumbuh kembang anak Anda. Ayah dan Ibu harus sependapat dan sejalan dalam mendidik anak. Jangan sampai salah satu berkata boleh dan yang satunya berkata tidak. Hal tersebut bisa membuat anak Anda semakin bingung. Kekompakan ayah ibu juga melatih anak untuk baik dalam lingkungan berkelompok dan kemampuan kerja sama dengan orang lain yang lebih baik.

  2. Orang Tua Memberikan Contoh yang Baik
    Anak selalu melihat dan mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Berikan contoh yang baik agar anak tumbuh dan berkembang menjadi individu yang baik. Ajarkan anak tentang perilaku yang seharusnya dan tidak seharusnya. Berikan pujian atas tindakan anak yang baik dan diskusikanlah dengan anak apabila dia bertindak tidak baik. Berikan pemaparan yang bisa dimengerti dengan mudah agar anak tidak mengulangi hal tersebut lagi.

  3. Komunikasi Efektif
    Pola asuh anak usia dini yang efektif juga ditumpu oleh komunikasi efektif. Komunikasi adalah kunci utama dari setiap hubungan. Komunikasi yang intensif dan efektif membantu perkembangan anak dari segi sosialnya. Semakin sering orang tua berkomunikasi dengan anak, anak menjadi lebih percaya diri, lebih ceria, dan mempengaruhi kecerdasan anak. Sering- seringlah ajak anak untuk berkomunikasi bisa melalui menceritakan apa yang dilakukan di sekolah, melatih anak memberikan pendapat tentang hal hal di sekitarnya, ataupun membuka pertanyaan terbuka agar anak aktif bercerita.

  4. Disiplin
    Kedisiplinan sangat dibutuhkan dalam mengasuh anak. Anda bisa mengajarkannya dari hal hal kecil seperti merapikan mainannya setelah digunakan, membersihkan tempat tidur, menaruh barang pada tempatnya dengan rapi, atau lainnya. Pola disiplin ini sesuai dengan tahap usia anak. Pada anak dengan usia sekolah, Anda bisa mengajarkannya membuat jadwal harian dan memberikan reward misal stiker pada kegiatan yang sudah dilakukan. Penerapan pola disiplin membentuk anak untuk menjadi pribadi yang mandiri.

  5. Orang Tua Harus Konsisten
    Orang tua harus konsisten terhadap ppenjelasan yang diberikan pada anak. Misalnya apabila batuk tidak boleh minum es. Namun ketika tidak batuk anak diperbolehkan minum es sebanyak apapun. Berikan penjelasan yang sesuai sehingga dalam beberapa situasi Anda tidak perlu mencari alasan- alasan lain untuk anak bisa mengerti. Berikan penjelasan yang akurat dan dimengerti anak. Dalam beberapa situasi yang sama, pada akhirnya anak akan mengerti dan bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak tanpa harus memaksakan diri.

  6. Berikan Pujian dan Sentuhan Sayang
    Apabila anak berbuat baik, berikan pujian, pelukan, atau ciuman agar anak merasa senang dan bangga melakukan hal tersebut. Penghargaan seperti demikian akan memicu anak untuk melakukan hal-hal baik lainnya. Perhatikan setiap respon yang diberikan anak meski hal tersebut sangat kecil, dan berikan pujian. Menurut penelitian otak anak akan berkembang baik dari setiap pujian yang diberikan orang tua dan sebaliknya sel syaraf anak mengalami kematian setiap anak dimarahi atau merasa tertekan.

  7. Sopan Santun
    Ajarkan anak untuk mengenal sopan santun pada orang lain dan orang yang lebih tua. Bawa anak untuk melihat dan mempraktekkan interaksi dengan orang lain seperti menjawab pertanyaan, mengucap permisi, tersenyum, berjabat tangan, mengucap terima kasih, menundukkan kepala, dan lainnya. Orang tua juga harus memberikan contoh dan menyuruh anak untuk melakukan hal tersebut dalam rangka menghargai orang yang lebih tua. Perilaku sopan santun ini akan membentuk anak menjadi peduli dengan interaksi dengan orang lain dan berfikir sebelum bertindak.

1. Asuh dan besarkan anak dengan penuh kasih sayang
Terima anak sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Misalnya katakan setiap hari bahwa kamu mencintainya, peluk dan usap kepalanya. Hal ini akan menumbuhkan rasa dicintai dan dilindungi.

2. Berikan imbalan terhadap kelakuan baiknya
Misalnya dengan memujinya, menghargainya, sesekali mentraktir atau memberikan hadiah2 kecil, memeluk dan menciumnya. Hal ini akan membuat anak belajar bahwa sikap dan perilaku yang baik akan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan.

3. Berikan “hukuman” (straf) terhadap pelanggaran
Tidak mau mendengarkan petunjuk orang tua, tidak mau belajar atau sikap mengganggu adik-adiknya (kalau ada) dan teman mainnya. Misalnya dengan memperingatkan/menegornya, menunjukkan wajah tidak suka, tidak memeluknya, mengambil jarak darinya. Hal ini akan membuat si anak belajar bahwa sikap dan perilaku yang buruk akibatnya tidak menyenangkan.

4. Lakukan pemberian “imbalan” dan “hukuman”
Lakukan pemberian imbalan dan “hukuman” ini dengan konsisten dan konsekwen.
Konsisten maksudnya bila adiknya melakukan hal yang sama, berlaku pula aturan yang sama.

Konsekwen artinya bila salah “dihukum” dan bila baik diberi “imbalan”. Jangan karena kasihan misalnya baru saja “dihukum” sepuluh menit kemudian diberi ice-cream kesukaannya.

5. Beri contoh yang baik
Misalnya dengan menghargai sesama, ramah dan suka menolong sesama. Tetapi saat lainnya juga bisa protes terhadap ketidak adilan. Jangan lupa tunjukna kalau kita juga bisa membicarakan dengan baik perbedaan pendapat atau salah pengertian yang ada.

6. Jangan suka bersikap agresif
Menyerang baik dengan kata-kata maupun serangan fisik, menunjukkan sikap bermusuhan, mengejek atau mentertawakan orang lain. Sikap seperti ini akan ditiru oleh anak.

7. Hargai pendapat anak
Dengarkan dan jangan langsung mengecap anak sebagai “suka melawan” dan kurang ajar. Beri kesempatan untuk membela dirinya (berargumentasi).
Misalnya mengapa pulang telat. Tetap hargai anak walaupun pendapatnya mungkin kurang mengena di hatimu.

Semua hal ini harus dilihat sebagai latihan mempersiapkan dirinya di luar rumah (yang tidak seramah seperti di rumah). Agar dia saat diperlukan bisa membela dan melindungi dirinya serta bangkit bila ada yang memperlakukan dirinya dengan tidak adil.

5. Jangan pernah mengejek anak, merendahkan atau membanding-bandingkannya dengan anak lain
Selain si anak akan merasa sakit hati dan merasa tidak disayang, juga kelak dia akan merasa tidak percaya diri, memusatkan pada kekurangan dirinya dan sulit melihat segi-segi positif yang dimilikinya.

9. Jaga kontak dan komunikasi dengan anak setiap hari
Lakukan komunikasi ini dengan santai. Tanyakan tentang dirinya, teman-teman, pelajaran dan bagaimana di sekolahnya. Apakah ada hal yang menarik atau sebaliknya yang dialaminya.

10. Ketahui dengan siapa anak bergaul
Kenali teman-temannya, di mana sekolah dan rumah mereka.

11. Kepolah Kepada Mereka
Ketahui dimana, sedang ada kegiatan apa dan dengan siapa bila anak tidak ada di rumah.

12. Jadilah orangtua “teman” si anak
Bersikap santai, terbuka hingga anak tidak takut untuk bercerita tentang apapun kepada orang tua. Dan anak tahu bahwa orang tua selalu siap mendukung, membantu bila dia dalam kesulitan.