Bagaimana cara mengetahui penyakit Tuberkolosis Paru? Apa saja gejala Tuberkolosis?

Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.

Bagaimana cara mengetahui penyakit Tuberkolosis Paru ?

International standard for tuberculosis care (ITSC) mengeluarkan standard untuk diagnosis penyakit tuberkolosis, yaitu :

STANDARD 1

  • Setiap orang dengan batuk produktif selama 2-3 minggu atau lebih yang tidak jelas penyebabnya harus dievaluasi untuk tuberkulosis
  • Untuk pasien anak, selain gejala batuk, entry untuk diagnosis adalah berat badan yang sulit naik dalam waktu kurang lebih 2 bulan terakhir atau gizi buruk

STANDARD 2

Semua pasien (dewasa, remaja, dan anak yang dapat mengeluarkan dahak) yang diduga mengalami TB Paru harus menjalani pemeriksaan dahak mikroskopik minimal 2 dan sebaiknya 3 kali. Jika mungkin minimal satu spesimen harus berasal dari dahak pagi hari

STANDARD 3

  • Pada semua pasien (dewasa, remaja, anak) yang diduga mengalami TB Ekstra Paru, spesimen dari bagian tubuh yang sakit seharusnya diambil untuk pemeriksaan mikroskopik dan jika tersedia fasiliti dan sumber daya, dilakukan pemeriksaan biakan dan histopatologi

  • Sebaiknya dilakukan juga pemeriksaan foto toraks untuk mengetahui ada tidaknya TB Paru dan TB Milier. Pemeriksaan dahak perlu dilakukan, bila mungkin juga pada anak

STANDARD 4

Semua orang dengan temuan foto toraks diduga TB seharusnya menjalani pemeriksaan dahak secara mikrobiologi

STANDARD 5

  • Diagnosis TB Paru sediaan apus dahak Negatif harus didasarkan kriteria berikut : minimal pemeriksaan dahak mikroskopik 3 kali negatif (termasuk minimal 1 kali dahak pagi hari) ; temuan foto toraks sesuai TB dan Tidak Ada Respons terhadap antibiotika spektrum luas (Fluorokuinolon harus dihindari karena aktif terhadap M. TB complex sehingga dapat menyebabkan perbaikan sesaat pada pasien TB.

  • Untuk pasien ini, jika tersedia fasiliti, biakan dahak seharusnya dilakukan. Pada pasien yang diduga terinfeksi HIV evaluasi diagnostik harus disegerakan.

STANDARD 6

  • Diagnosis TB Intratoraks (paru, pleura dan KBG hilus atau mediastinum) pada Anak dengan gejala namun sediaan apus dahak negatif seharusnya didasarkan atas kelainan radiografi toraks sesuai TB dan paparan pada kasus TB menular atau bukti infeksi TB (uji kulit tuberkulis positif atau interferron gamma release assay).

  • Untuk pasien seperti ini, bila tersedia fasiliti, bahan dahak seharusnya diambil untuk biakan (dengan cara batuk, bilas lambung atau induksi dahak)

  • (ADD) Untuk pelaksanaan di Indonesia, diagnosis TB intratoraks pada anak didasarkan atas pajanan kepada kasus TB yang menular atau bukti infeksi TB (uji kulit tuberkulin positif atau interferon gamma release assay) dan kelainan radiografi toraks sesuai TB

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

Gejala sistemik/umum:

  • Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
  • Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul
  • Penurunan nafsu makan dan berat badan
  • Perasaan tidak enak (malaise), lemah

Gejala khusus:

  • Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.

  • Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

  • Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

  • Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

DIAGNOSIS TUBERKULOSIS

Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:

  • Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
  • Pemeriksaan fisik.
  • Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
  • Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
  • Rontgen dada (thorax photo).
  • Uji tuberkulin.

Diagnosis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.

Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada pasien anak. (lihat lampiran 2)

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):

  • S(sewaktu):
    Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.

  • P(Pagi):
    Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.

  • S(sewaktu):
    Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.

Alur Diagnosis Tuberkulosis Paru
Gambar Alur Diagnosis Tuberkulosis Paru

Indikasi Pemeriksaan Foto Toraks

Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut:

  • Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif. (lihat bagan alur di lampiran 2)

  • Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT(non fluoroquinolon). (lihat bagan alur lampiran 2)

  • Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).

Diagnosis TB Ekstra Paru

  • Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.

  • Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis bergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks, dan lain-lain.

Uji Tuberkulin

Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan sering digunakan dalam “Screening TBC”. Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 1–2 tahun 92%, 2– 4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik.

Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi:

  1. Pembengkakan (Indurasi) : 0–4mm, uji mantoux negatif.
    Arti klinis : tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.

  2. Pembengkakan (Indurasi) : 5–9mm, uji mantoux meragukan.
    Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium atypikal atau pasca vaksinasi BCG.

  3. Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif.
    Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.

Sistem skoring (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang TB pada anak adalah sebagai berikut :

image

Catatan :

  • Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.

  • Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.

  • Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat langsung didiagnosis tuberkulosis.

  • Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).–> lampirkan tabel badan badan.

  • Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak

  • Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.

  • Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14)

  • Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut.

image

Gejala penyakit Tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik. (Kemenkes, 2010)

Gejala sistemik/umum

  • Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

  • Penurunan nafsu makan dan berat badan.

  • Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

  • Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus

  • Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.

  • Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

  • Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

  • Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

  • Pada penderita anak yang tidak menimbulkan gejala, Tuberkulosis dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan penderita Tuberkulosis paru BTA (+) dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita Tuberkulosis paru BTA (+) dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita Tuberkulosis paru BTA (+) dewasa, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

Riwayat alamiah penderita Tuberkulosis BTA (+) yang tidak diobati, setelah 5 tahun, akan 50% meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi dan 25% menjadi kasus kronis yang tetap menular.

Penemuan kasus dan diagnosis Tuberkulosis paru


1. Strategi penemuan

Penemuan penderita Tuberkulosis BTA (+) dilakukan secara pasif tetapi dengan promotif yang aktif. Penjaringan tersangka (suspek) penderita dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita Tuberkulosis BTA (+). Kontak penderita Tuberkulosis Paru BTA (+), terutama mereka yang menunjukkan gejala sama, harus dilakukan pemeriksaan dahak. Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost effective. (Kemenkes, 2011)

2. Gejala klinis penderita Tuberkulosis paru BTA (+)

Gejala utama penderita Tuberkulosis Paru BTA (+) adalah batuk berdahak selama 2 – 3 minggu atau lebih. Setiap orang dengan gejala tersebut dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) penderita Tuberkulosis BTA (+) dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari sebulan. (Kemenkes, 2011)

3. Pemeriksaan dahak mikroskopis

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnose, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan Pemeriksaan dahak untuk penegakaan diagnose dilakukan dengan mengumpulkan 3 specimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan beruntun berupa sewaktu- pagi-sewaktu (SPS).
Hari pertama S (sewaktu datang pertama). Dahak dikumpulkan pada saat berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pada saat pulang, suspek diberi sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi hari kedua. Hari kedua P (pagi) dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari, segera setelah bangun tidur, pot dahak dibawa dan diserahkan ke petugas. S (sewaktu kedua) dahak dikumpulkan di fasilitas pelayanan kesehatan pada saat menyerahkan dahak pagi. (Kemenkes, 2011)

4. Diagnosis Tuberkulosis paru pada orang dewasa

Diagnosis Tuberkulosis Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman Tuberkulosis BTA positif. Pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lainnya adalah foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. (Kemenkes, 2011)

5. Diagnosis Tuberkulosis pada anak-anak

Diagnosis Tuberkulosis pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak-anak batuk bukan merupakan gejala utama. Pengambilan dahak pada anak biasanya sulit, maka diagnosis Tuberkulosis anak perlu kriteria lain dengan menggunakan sistem skor IDAI telah membuat Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak dengan menggunakan sistem skor (scoring sistim), yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai. Pedoman tersebut secara resmi digunakan oleh program nasional pengendalian tuberkulosis untuk diagnosis Tuberkulosis paru anak, sesuai

Tabel. Sistim Skor Gejala dan Pemeriksaan Penunjang Tuberkulosis Paru Pada Anak-Anak

Parameter 0 1 2 3 Jumlah
Kontak Tuberkulosis Tidak jelas Laporan keluarga, BTA negative atau tidak tahu, BTA tidak jelas BTA positif
Uji tuberculin Negative Positif (10 mm atau 5 mm pada keadaan imunosupresi)
Berat badan/ keadaan gizi BB/Tuberkulosis<90% atau BB/U<80% Klinis gizi buruk atau BB/Tuberkulosis<70% atau BB/U<60%
Demam tanpa sebab jelas ≥2 minggu
Batuk ≥ 3 minggu
Pembesaran kelenjar limfe koli, aksila, inguinal ≥ 1 cm jumlah>1 tidak nyeri
Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang Ada pembengkakan
Foto toraks Normal/ tidak jelas Kesan Tuberkulosis
Jumlah Skor total

Sumber : Kemenkes 2011

Catatan :

  • Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.

  • Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.

  • Jika dijumpai skrofuloderma (Tuberkulosis pada kelenjar dan kulit), penderita dapat langsung didiagnosis tuberkulosis.

  • Berat badan dinilai saat penderita datang (moment opname) : lampirkan tabel berat badan.

  • Foto toraks bukan alat diagnostik utama pada Tuberkulosis anak.

  • Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring Tuberkulosis anak.

  • Anak didiagnosis Tuberkulosis jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14)

  • Penderita usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut.

Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Penderita dengan jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6, harus ditatalaksana sebagai penderita Tuberkulosis BTA (+) dan mendapat OAT (obat anti tuberkulosis). Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan kearah Tuberkulosis kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT-Scan, dan lain lainnya.

6. Diagnosa Tuberkulosis MDR (Multi Drug Resisten)

Diagnosis Tuberkulosis MDR dipastikan berdasarkan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan M.tuberkulosis. Semua suspek Tuberkulosis MDR diperiksa dahaknya dua kali, salah satu diantaranya harus dahak pagi hari. Uji kepekaan M. tuberculosis harus dilakukan di laboratorium yang telah tersertifikasi untuk uji kepekaan. Sambil menunggu hasil uji kepekaan, maka suspek Tuberkulosis MDR akan tetap meneruskan pengobatan sesuai dengan pedoman pengendalian Tuberkulosis Nasional. (Kemenkes, 2011)