Gejala penyakit Tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik. (Kemenkes, 2010)
Gejala sistemik/umum
-
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
-
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
-
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
-
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
-
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
-
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
-
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
-
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
-
Pada penderita anak yang tidak menimbulkan gejala, Tuberkulosis dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan penderita Tuberkulosis paru BTA (+) dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita Tuberkulosis paru BTA (+) dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita Tuberkulosis paru BTA (+) dewasa, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Riwayat alamiah penderita Tuberkulosis BTA (+) yang tidak diobati, setelah 5 tahun, akan 50% meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi dan 25% menjadi kasus kronis yang tetap menular.
Penemuan kasus dan diagnosis Tuberkulosis paru
1. Strategi penemuan
Penemuan penderita Tuberkulosis BTA (+) dilakukan secara pasif tetapi dengan promotif yang aktif. Penjaringan tersangka (suspek) penderita dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita Tuberkulosis BTA (+). Kontak penderita Tuberkulosis Paru BTA (+), terutama mereka yang menunjukkan gejala sama, harus dilakukan pemeriksaan dahak. Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost effective. (Kemenkes, 2011)
2. Gejala klinis penderita Tuberkulosis paru BTA (+)
Gejala utama penderita Tuberkulosis Paru BTA (+) adalah batuk berdahak selama 2 – 3 minggu atau lebih. Setiap orang dengan gejala tersebut dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) penderita Tuberkulosis BTA (+) dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari sebulan. (Kemenkes, 2011)
3. Pemeriksaan dahak mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnose, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan Pemeriksaan dahak untuk penegakaan diagnose dilakukan dengan mengumpulkan 3 specimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan beruntun berupa sewaktu- pagi-sewaktu (SPS).
Hari pertama S (sewaktu datang pertama). Dahak dikumpulkan pada saat berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pada saat pulang, suspek diberi sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi hari kedua. Hari kedua P (pagi) dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari, segera setelah bangun tidur, pot dahak dibawa dan diserahkan ke petugas. S (sewaktu kedua) dahak dikumpulkan di fasilitas pelayanan kesehatan pada saat menyerahkan dahak pagi. (Kemenkes, 2011)
4. Diagnosis Tuberkulosis paru pada orang dewasa
Diagnosis Tuberkulosis Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman Tuberkulosis BTA positif. Pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lainnya adalah foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. (Kemenkes, 2011)
5. Diagnosis Tuberkulosis pada anak-anak
Diagnosis Tuberkulosis pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak-anak batuk bukan merupakan gejala utama. Pengambilan dahak pada anak biasanya sulit, maka diagnosis Tuberkulosis anak perlu kriteria lain dengan menggunakan sistem skor IDAI telah membuat Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak dengan menggunakan sistem skor (scoring sistim), yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai. Pedoman tersebut secara resmi digunakan oleh program nasional pengendalian tuberkulosis untuk diagnosis Tuberkulosis paru anak, sesuai
Tabel. Sistim Skor Gejala dan Pemeriksaan Penunjang Tuberkulosis Paru Pada Anak-Anak
Parameter |
0 |
1 |
2 |
3 |
Jumlah |
Kontak Tuberkulosis |
Tidak jelas |
|
Laporan keluarga, BTA negative atau tidak tahu, BTA tidak jelas |
BTA positif |
|
Uji tuberculin |
Negative |
|
|
Positif (10 mm atau 5 mm pada keadaan imunosupresi) |
|
Berat badan/ keadaan gizi |
|
BB/Tuberkulosis<90% atau BB/U<80% |
Klinis gizi buruk atau BB/Tuberkulosis<70% atau BB/U<60% |
|
|
Demam tanpa sebab jelas |
|
≥2 minggu |
|
|
|
Batuk |
|
≥ 3 minggu |
|
|
|
Pembesaran kelenjar limfe koli, aksila, inguinal |
|
≥ 1 cm jumlah>1 tidak nyeri |
|
|
|
Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang |
|
Ada pembengkakan |
|
|
|
Foto toraks |
Normal/ tidak jelas |
Kesan Tuberkulosis |
|
|
|
Jumlah |
|
|
|
Skor total |
|
Sumber : Kemenkes 2011
Catatan :
-
Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.
-
Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.
-
Jika dijumpai skrofuloderma (Tuberkulosis pada kelenjar dan kulit), penderita dapat langsung didiagnosis tuberkulosis.
-
Berat badan dinilai saat penderita datang (moment opname) : lampirkan tabel berat badan.
-
Foto toraks bukan alat diagnostik utama pada Tuberkulosis anak.
-
Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring Tuberkulosis anak.
-
Anak didiagnosis Tuberkulosis jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14)
-
Penderita usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut.
Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Penderita dengan jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6, harus ditatalaksana sebagai penderita Tuberkulosis BTA (+) dan mendapat OAT (obat anti tuberkulosis). Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan kearah Tuberkulosis kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT-Scan, dan lain lainnya.
6. Diagnosa Tuberkulosis MDR (Multi Drug Resisten)
Diagnosis Tuberkulosis MDR dipastikan berdasarkan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan M.tuberkulosis. Semua suspek Tuberkulosis MDR diperiksa dahaknya dua kali, salah satu diantaranya harus dahak pagi hari. Uji kepekaan M. tuberculosis harus dilakukan di laboratorium yang telah tersertifikasi untuk uji kepekaan. Sambil menunggu hasil uji kepekaan, maka suspek Tuberkulosis MDR akan tetap meneruskan pengobatan sesuai dengan pedoman pengendalian Tuberkulosis Nasional. (Kemenkes, 2011)