Bagaimana cara mengakselerasi performa daya saing produk dalam negeri?

Negara kita secara komparatif memiliki banyak keunggulan. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar (potensi pasar yang luar biasa) dan kekayaan hasil alam seperti migas, agribisnis, agroindustri, dan bahan baku setengah jadi yang sulit disaingi negara-negara lain baik di level ASEAN maupun dunia.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengakselerasi performa daya saing produk dalam negeri kita. Pertama, perlu adanya iklim yang mendukung, misalnya menyangkut iklim perpajakan, perbankan dan juga infrastruktur. Kita lihat kondisi yang dihadapi pengusaha Indonesia. Pajak misalnya, Pemerintah belum memberikan insentif kepada pengusaha seperti pengurangan atau penghapusan PPN, sehingga berdampak kepada harga jual. Belum lagi bunga bank yang masih tinggi, sementara di negara pesaing mungkin di bawah 5 %. Selanjutnya biaya listrik, transportasi, dan biaya logistik di pelabuhan yang tinggi, sehingga turut menyumbang “melempemnya” daya saing kita di pasar internasional. Problem demikian sangat berdampak terhadap kualitas iklim bisnis yang tidak kondusif.

Kedua, sikap fiskal (memberikan insentif kepada pengusaha lokal). Industri baja di Cina misalnya, marjinnya jauh di bawah marjin perusahaan baja di dunia, seperti Amerika, Eropa, dan India. Itu berarti BUMN yang ada di Cina dibantu pemerintahnya. Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan di sana sengaja diminta untuk tidak usah terlalu untung asalkan bisa menguasai pangsa pasar (market share) yang lebih di negara-negara lain. Untuk menutupi sementara, biaya produksi akan dibantu pemerintah. Kita lihat saja sekarang bagaimana barang Cina menguasai pasar di dunia. Indonesia bahkan masuk dalam negara tujuan utama penetrasi produk mereka. Dan kini sudah kita rasakan sendiri membanjirnya produk Cina yang dijual di Indonesia.

Ketiga, dalam dunia kompetisi usaha saat ini sangat diperlukan kepemimpinan yang berani dan kepercayaan pada produk dalam negeri. Kepercayaan dapat ditunjukkan dengan mensosialisasikan dan menggunakan produk lokal. Efek dari kepercayaan akan menumbuhkan kredibilitas bahwa bangsa kita memiliki produk yang unggul. Jika Korea Selatan memiliki Samsung, Jepang dengan Toyota, atau AS dengan Apple dan Microsoft. Maka kita harus percaya dengan Garuda, Telkom, Polytron, Maspion, dan produk dari UMKM yang beraneka ragam jenisnya. Kita harus percaya dengan produk lokal. Dan untuk menciptakan kondisi demikian, perlu ada komitmen bersama, untuk mengampanyekannya. Kementerian Perdagangan harus menyadari pentingnya sosialisasi atau bahkan kewajiban menggunakan produk lokal. Misalnya dalam aktivitas pengadaan barang/jasa pemerintah.

Referensi

Rian Hilmawan dan Syaiful Anwar .2012. Perekonomian Indonesia: Beberapa Telaah Kontemporer. LPFE Universitas Borneo Tarakan .