Bagaimana cara mencegah rasa putus asa dalam kehidupan menurut Islam ?

Putus asa

Putus asa adalah sikap/ perilaku yang merasa bahwa dirinya telah gagal atau tidak akan mampu dalam meraih suatu harapan atau cita-cita, dan ia tidak mau berusaha untuk melanjutkan apa yang diinginkan.

Bagaimana cara mencegah rasa putus asa dalam kehidupan ?

Dalam rangka tindakan pencegahan (preventif) terhadap kondisi putus asa atau gangguan kesehatan jiwa ini Islam menawarkan beberapa solusi yang cukup sederhana.

1. Sabar

Sabar adalah suatu kekuatan yang menghalangi seseorang untuk melakukan kejahatan. Rasulullah bersabda:

Sabar itu adalah cahaya” (HR Muslim).

Cahaya adalah hidayah Allah kepada manusia untuk mengenal-Nya, mengenal Rasulnya serta mengetahui dan mengamalkan semua ajaran-ajaranNya.Barang siapa yang tetap tegak bertahan sehingga dapat menundukkan dorongan hawa nafsu secara terus menerus, maka ia tergolong orang yang sabar.

Untuk mengetahui sampai dimana kadar iman kita kepada Allah, maka Allah selalu menguji dan kita tidak akan terlepas dari segala ujian yang menimpa kepada kita, baik musibah yang berhubungan dengan pribadi kita sendiri, maupun yang menimpa pada sekelompok manusia atau bangsa.

Terhadap semua ujian itu, maka hanya sabarlah yang memancarkan sinar yang memelihara seorang muslim dari jatuh kebinasaan, memberikan hidayah yang menjaga dari putus asa.

2. Berfikir Positif

Membiasakan diri untuk berfikir positif serta membersihkan hati dan pikiran dari prasangka dan sudut pandang yang negatif. Berfikiran negatif dapat membawa seseorang pada ketidaktentraman jiwa, dan keputusasaan. Jadi dengan berfikir positif seseorang akan terbebas dari berbagai ganguan kesehatan jiwa dan penyakit mental maupun spiritual dan ketentraman jiwa.

3. Zuhud Terhadap Materi Duniawi

Mencintai harta duniawi secara berlebihan dan tidak pada tempatnya memiliki pengaruh dan dampak yang sangat buruk bagi seseorang, yaitu :

  • Orang yang telalu mencintai harta duniawi akan menjadikan dirinya diperbudak oleh harta sendiri, akibatnya ia tidak akan dapat merasakan dan menikmati harta yang di milikinya.

  • Terlalu mencintai harta duniawi juga akan dapat menjadikan seseorang selalu di landa kegelisahan jika hartanya akan hilang, jika hartanya berkurang takut jatuh miskin, perasaan yang khawatir yang tidak beralasan.

  • Cinta terhadap harta benda adalah sumber munculnya hal-hal yang tercela, seperti iri dengki, kikir, dan tamak sehingga menyebabkan seseorang lupa akan harkat dan martabatnya sebagai makhluk tertinggi dan paling mulia dan diperbudak untuk materi dunia menjadikan seseorang melupakan pada kehidupan yang lebih penting dan berharga yaitu kehidupan akhirat.

4. Menahan Hawa Nafsu

Pangkal ketidakpuasan adalah karena adanya dorongan hawa nafsu yang tidak terkendalikan yang wataknya tidak akan pernah puas menerima apa adanya. Orang baru bisa merasa puas bila ia sanggup memerangi hawa nafsunya yang tidak pernah puas itu. Prof. Dr. Hamka mengemukakan bahwa di dalam perjuangan melawan hawa nafsu, manusia terbagi tiga bagian:

  • Orang yang kalah dan diperbudak oleh hawa nafsunya sampai hawa nafsunya itu dijadikan sebagai Tuhannya.
  • Orang yang berperang, kalah dan menang dalam melawan hawa nafsunya
  • Orang yang telah dapat mengalahkan hawa nafsunya sehingga ia yang memerintahkan hawa nafsunya.

5. Ikhlas dalam beramal

Dalam pandangan Islam di terima atau tidaknya amalan seseorang, di beri pahala atau tidaknya perbuatan ibadah seseorang, serta bagaimana pengaruhnya bagi kejiwaan seseorang sangat tergantung pada kualitas niat dan keikhlasan yang mendasari perbuatan tersebut. Banyak sekali orang yang melakukan suatu amalan ibadah dengan sedemikian rupa, namun ternyata ibadah yang dilakukannya itu tidak memiliki dampak apa-apa baginya.

Hal demikian itu di sebabkan karena niat yang mendasari tindakannya tidak benar dan perbuatannya pun tidak dilakukan atas dasar keikhlasan karena Allah (baik shalat maupun dzikir).