Bagaimana cara menangani anak kebutuhan khusus?

anak kebutuhan khusus

Anak-anak yang masuk ke dalam kategori kebutuhan khusus memiliki perilaku yang berbeda jika dibandingkan dengan anak normal pada umumnya, mulai dari perilaku, mental, emosi, serta fisik. Bagaimana cara menangani anak kebutuhan khusus ?

Beberapa cara menangani anak-anak kebutuhan khusus, yaitu :

  1. Orang Tua Harus Lebih Terbuka Pemikirannya
    Sebelum menangani anak, tentunya pihak orang tua sendiri haruslah lebih terbuka pemikirannya mengenai anak-anak berkebutuhan khusus ini. Sikap keterbukaan ini tentunya harus anda tunjukkan dari rasa menerima segala kondisi anak anda saat ini. Dari sikap keterbukaan inilah anda bisa mencari usaha dan cara yang tepat untuk mendidik anak anda. Tanamkan ke dalam diri anda jika anak berkebutuhan khusus bukanlah aib yang harus ditutupi. Jika hal ini anda lakukan hanya akan memperparah kondisi anak anda ketika sudah dewasa.

  2. Lakukan Pengawasan Sedari Dini
    Seperti yang dijelaskan sebelumnya, anak-anak kebutuhan khusus tentunya membutuhkan pengawasan yang lebih dibandingkan anak-anak pada umumnya, Untuk itu pentingnya pengawasan sedari dini terkait tumbuh kembang anak. Cara ini dilakukan agar orang tua dapat mengetahui setiap tahap perkembangan anak. Sehingga nantinya bias sedikit waspada bila terjadi pertumbuhan fisik dan mental yang tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.

  3. Berikan Motivasi, Perhatian dan Bimbingan
    Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus tentunya membutuhkan motivasi, perhatian, serta bimbingan yang lebih dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Dengan perhatian dan motivasi yang besar dan intens tentunya membantu anak bisa berkembang menjadi lebih baik lagi. Tentu butuh kesabaran yang ekstra bagi orang tua yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus namun semua ini demi perkembangan anak yang lebih maksimal.

  4. Adaptasi Dengan Anak
    Dibutuhkan adaptasi antara pengasuh, orang tua, serta anak-anak kebutuhan khusus sendiri. Jika adaptasi tersebut tidak berjalan dengan lancar, tentu segala cara yang dilakukan tidak akan membantu perkembangan anak. Ketika proses adaptasi bisa berjalan dengan baik, tentu membuat segala proses selanjunya berjalan dengan mudah. Adaptasi yang baik tentu akan membantu anda memahami kondisi serta potensi anak.

  5. Meningkatkan Kedekatan Emosional Dengan Anak
    Kedekatan emosional menjadi salah satu bagian penting yang harus ada ketika anda menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Kedekatan emosional ini dibutuhkan agar anak anak bisa percaya serta menjadi dekat dengan anda. Ketika sudah terjalin kedekatan emosional yang tinggi tentunya anak akan merasa aman dan terbuka dengan anda.

  6. Ajari Anak Untuk Mengeksplor Ketrampilannya
    Orang tua dengan anak-anak berkebutuhan khusus tentunya membutuhkan energi ekstra ketika mendidik anak-anaknya. Meskipun anak-anak anda memiliki kebutuhan khusus namun sudha emnjadi sebuah kewajiban bagi orang tua untuk mendampingi dan mendidiknya. Anda bisa mengisi waktu luangnya untuk rekreasi atau membuat ketrampilan yang dapat membantu fokus serta kosentrasi anak. Dari hal-hal semacam ini, anda bisa mengetahui potensi yang dimiliki anak sehingga membuat anak menjadi lebih produktif.

  7. Tanamkan Kemandirian Sedari Dini
    Pada dasarnnya anak-anak kebutuhan khusus sama saja seperti anak-anak umum lainnya. Sehingga anda tak perlu memanjakan anak terlalu berlebihan. Tanamkan kemandirian pada anak sedari dini sehingga anak bisa bertahan di lingkungannya. Ajari anak-anak kebutuhan khusus ketrampilan-ketrampilan dasat seperti makan, mandi, berangkat sekolah, dan lainnya. Jika hal-hal seperti ini terus anda ajarkan kepada anak-anak anda tentunya bukan tidak mungkin jika anak kebutuhan khusus dapat hidup selayaknya anak lainnya.

  8. Lakukan Kerjasama Dengan Sekolah
    Menjalin kerja sama dengan pihak sekolah menjadi hal penting yang harus anda perhatikan. Sehingga sangat disarankan bagi pihak orang tua untuk bersikap proaktif serta bisa menjalin kerja sama yang baik dengan pihak sekolah. Hal ini dilakukan agar membantu anda untuk mengetahui perkembangan mental, sikap, serta karakter anak. Sehingga nantinya anda bisa lebih mudah mengetahui cara yang tepat menangani anak-anak dengan kebutuhan yang khusus.

  9. Pelajari Kebiasaan dan Kebutuhan Anak
    Tentunya karena kondisinya yang berbeda, anak-anak kebutuhan khusus memiliki kebutuhan dan kebiasaan yang berbeda. Sehingga sebagai orang tua penting untuk mengetahui kedua hal tersebut. Dengan memahami kebutuhan dan kebiasaan anak tentunya membuat anda semakin terbiasa menghadapi anak-anak dengan kebutuhan khusus.

  10. Ikutkan Anak Pada Terapi-Terapi Yang Ada
    Banyak sekali terapi-terapi penyembuhan yang memang ditujukan untuk anak-anak kebutuhan khusus. Untuk itu sebisa mungkin bawalah anak-anak anda untuk rutin mengikuti terapi-terapi yang ada. Bisa jadi terapi yang rutin tersebut dapat membantu anak untuk hidup selayaknya anak-anak lainnya.

Penanganan

Umum


  1. Anak berkebutuhan khusus adalah amanah Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus dijaga, dirawat, dan dipenuhi haknya. Untuk itu, orangtua, keluarga, dan masyarakat perlu menerima keberadaan anak tersebut dengan ikhlas. Hindarkan dari perasaan cemas, kecewa, khawatir, marah, menyalahkan diri sendiri dan orang lain, serta putus asa yang berlarut larut.

  2. Menelantarkan anak berkebutuhan khusus merupakan perilaku yang melanggar Hak Asasi Manusia. Untuk itu, orangtua, keluarga, dan masyarakat tidak diperbolehkan menyembunyikan atau menelantarkan anak tersebut.

  3. Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama dengan anak lain dan dapat hidup mandiri, berprestasi sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki. Untuk itu, orangtua, keluarga, dan masyarakat wajib bertanggungjawab memenuhi hak-hak anak dalam segala aspek kehidupan, seperti bersosialisasi di lingkungan, berekreasi, dan berkegiatan lain yang bertujuan memperkenalkan anak berkebutuhan khusus dengan kehidupan di luar rumah.

  4. Anak berkebutuhan khusus bukan penyakit dan tidak menular. Oleh karena itu, orangtua, keluarga, dan masyarakat perlu menyebarluaskan informasi tentang hal dimaksud, termasuk informasi mengenai prestasi atau kesuksesan yang didapat oleh anak berkebutuhan khusus.

  5. Orangtua, keluarga, dan masyarakat wajib memberikan pendampingan di bidang agama masing-masing, pendidikan, kesehatan dan kehidupan sosial.

  6. Orangtua, keluarga, dan masyarakat perlu mempunyai keterampilan dalam merawat dan mengasuh anak yang berkebutuhan khusus melalui pelatihan-pelatihan.

  7. Orangtua, keluarga perlu konsisten dan bersikap terbuka terhadap lingkungan sekitar dalam menangani anak berkebutuhan khusus.

  8. Orangtua, keluarga harus mempunyai kemampuan teknis dan menstimulasi sedini mungkin perkembangan anak berkebutuhan khusus di rumah dan lingkungannya .

Khusus


1. Anak Disabilitas Penglihatan

Ciri-ciri atau tanda-tanda anak low vision:

  • Mata tampak merah.

  • Bola mata tampak keruh (putih-putih ditengah), dan kadang-kadang seperti mata kucing (bersinar).

  • Bola mata bergerak sangat cepat.

  • Penglihatan hanya mampu merespon terhadap cahaya, benda ukuran besar dengan warna mencolok.

  • Memicingkan mata pada saat terkena sinar matahari.

  • Melihat obyek, menonton televisi, membaca buku atau melihat gambar di buku sangat dekat.

  • Menonton televisi sangat dekat.

  • Bila berjalan ditempat yang belum dikenal sering tersandung dan menabrak.

  • Pada saat matahari tenggelam tidak bisa melihat jelas (rabun senja).

  • Sering membentur-benturkan kepala ke tembok.

Ciri-ciri atau tanda-tanda anak buta total:

  • Tidak mampu melihat cahaya.
  • Kerusakan nyata pada kedua bola mata.
  • Sering meraba-raba bila mencari sesuatu benda dan jika berjalan sering menabrak dan tersandung.
  • Bagian bola mata tampak jernih tetapi tidak bisa melihat cahaya maupun benda.
  • Sering menekan bola mata dengan jari.

Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau tanda-tanda di atas?

  • Membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa tenaga medis.

  • Menindaklanjuti hasil pemeriksaan dari tenaga medis dengan mengikuti petunjuk dan saran yang diberikan.

  • Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki anak.

  • Orangtua, keluarga membantu anak di rumah dalam mengerjakan tugas sekolah yang diberikan atau mengulang pelajaran yang diterima.

2. Anak Disabilitas Pendengaran

Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan disabilitas pendengaran:

  • Tidak menunjukkan reaksi terkejut terhadap bunyi-bunyian atau tepukan tangan yang keras pada jarak satu meter.
  • Tidak bisa dibuat tenang dengan suara ibunya atau pengasuh.
  • Tidak bereaksi bila dipanggil namanya atau acuh tak acuh terhadap suara sekitarnya.
  • Tidak mampu menangkap maksud orang saat berbicara bila tidak bertatap muka.
  • Tidak mampu mengetahui arah bunyi.
  • Kemampuan bicara tidak berkembang.
  • Perbendaharaan kata tidak berkembang.
  • Sering mengalami infeksi di telinga.
  • Kalau bicara sukar dimengerti.
  • Tidak bisa memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu tertentu.
  • Kelihatan seperti anak yang kurang menurut atau pembangkang.
  • Kelihatan seperti lamban atau sukar mengerti.

Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau tanda-tanda di atas?

  • Membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa tenaga medis.

  • Menindaklanjuti hasil pemeriksaan dari tenaga medis dengan mengikuti petunjuk dan saran yang diberikan.

  • Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki anak.

  • Biasakan untuk menarik perhatian anak terhadap bunyi-bunyi lingkungan yang sering terjadi seperti orang yang mengetuk pintu, suara telepon, suara motor, bunyi mesin mobil, dan sebagainya.

  • Biasakan agar orangtua tetap mengajak bicara anak dengan berhadapan muka agar wajah dan gerak bibir orangtua terlihat jelas.

3. Anak Disabilitas Intelektual

Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan disabilitas intelektual :

  • Ada tiga jenis anak dengan disabilitas intelektual yaitu ringan (mampu didik), sedang (mampu latih), dan berat (mampu rawat).
  • Wajah ceper, jarak kedua mata jauh, hidung pesek, mulut terbuka, lidah besar.
  • Kepala kecil/besar/datar.
  • Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usianya atau semua harus dibantu orang lain.
  • Perkembangan bicara/bahasa terlambat atau tidak dapat bicara.
  • Kurang atau tidak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
  • Sering keluar ludah (cairan) dari mulut.

Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau tanda-tanda di atas?

  • Membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa tenaga medis.

  • Menindaklanjuti hasil pemeriksaan dari tenaga medis dengan mengikuti petunjuk dan saran yang diberikan

  • Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki anak.

  • Mengajarkan sesuatu secara bertahap dan berulang ulang.

  • Perlu diingat, bahwa kebutuhan biologis anak dengan disabilitas intelektual sama dengan anak lainnya, hanya saja mereka tidak mengerti bagaimana mengatasi bila rasa tersebut timbul dan apa yang harus mereka lakukan. Untuk itu orangtua, keluarga harus memberikan contoh tentang sikap dan nilai berperilaku yang baik.

4. Anak Disabilitas Fisik

Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan disabilitas fisik :

  • Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh.

  • Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali).

  • Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa.

  • Terdapat cacat pada alat gerak.

  • Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.

  • Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal.

Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau tanda-tanda di atas?

  • Membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa tenaga medis secara rutin, karena jika tidak maka tubuh anak bisa bertambah kecacatannya (bengkok, mengecil, kaku).

  • Menindaklanjuti hasil pemeriksaan dari tenaga medis dengan mengikuti petunjuk dan saran yang diberikan.

  • Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki anak. Saat ini banyak anak tunadaksa yang dapat berprestasi berhasil seperti anak lain sebayanya.

  • Memerlukan latihan rutin, dan menggunakan alat bantu untuk mencegah bertambahnya kecacatan dan memudahkan melakukan kegiatan sehari-hari.

5. Anak Disabilitas Sosial

Ciri-ciri atau tanda anak tunalaras antara lain:

  • Bersikap membangkang dan suka berbohong.
  • Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
  • Sering melakukan tindakan agresif, merusak, dan mengganggu.
  • Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/norma hukum.
  • Kurang/tidak mampu menjalin hubungan dengan orang lain.
  • Mempunyai perasaan yang tertekan dan selalu merasa tidak bahagia.

Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau tanda-tanda di atas?

  • Membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa tenaga medis.

  • Menindaklanjuti hasil pemeriksaan dari tenaga medis dengan mengikuti petunjuk dan saran yang diberikan.

  • Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki anak.

  • Orangtua, keluarga harus memberikan contoh tentang sikap dan nilai, dan perilaku baik yang bisa menjadi tauladan bagi anak.

6. Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif

Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif :

  • Inatensi atau kesulitan memusatkan perhatian, seperti tidak mau mendengar, gagal menuntaskan tugas-tugas, sering menghilangkan benda-benda, tidak dapat berkonsentrasi, perhatiannya mudah terganggu, suka melamun, pendiam, harus diingatkan dan diarahkan terus-menerus.

  • Impulsif atau kesulitan menahan keinginan, seperti terburu-buru saat mendekati sesuatu, tidak teliti, berani mengambil risiko, mengambil kesempatan tanpa pikir panjang, sering mengalami celaka atau luka, tidak sabar, dan suka interupsi.

  • Hiperaktif atau kesulitan mengendalikan gerakan, seperti sangat sulit istirahat, tidak dapat duduk lama, bicara berlebihan, menggerakkan jari-jari tak bertujuan (usil), selalu bergerak ingin pergi atau meninggalkan tempat, mudah terpancing, dan banyak berganti-ganti posisi/gerakan.

Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau tanda-tanda di atas?

  • Membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa tenaga medis.

  • Menindaklanjuti hasil pemeriksaan dari tenaga medis dengan mengikuti petunjuk dan saran yang diberikan.

  • Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki anak.

  • Pemakaian obat tidak menjadi satu-satunya cara penanganan, bisa menggunakan pendekatan kejiwaan dalam upaya perbaikan kondisi anak.

  • Membangun suasana emosi positif dalam mendampingi anak, sehingga secara psikologis anak merasa dirinya lebih diterima.

  • Memberi perhatian positif dan mengajak anak berperilaku baik.

  • Memberi perintah yang efektif dan langsung ke tujuan.

7. Anak dengan Gangguan Spektrum Autisma

Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan gangguan spektrum autisma:

  • Ciri atau tanda anak spektrum autis bervariasi yang meliputi 3 bidang yaitu: gangguan komunikasi/wicara, interaksi sosial, dan gerakan berulang-ulang (stereotipi) dengan derajat ringan sampai berat.
  • Usia 0–2 tahun: anak jarang menangis atau sering menangis tanpa sebab (iritable), sulit bila digendong karena gerakan tangan dan kaki berlebihan, tidak ada kontak mata, tidak ditemukan senyum sosial (merespon/membalas senyum orang lain disekitarnya), terkadang ada fase perkembangan motorik yang terlewati seperti anak tidak melewati fase merangkak tapi langsung berdiri/lari, menggigit tangan dan anggota orang lain secara berlebihan.
  • Usia 2–3 tahun: anak tidak tertarik bersosialisasi dengan anak lain, melihat orang sebagai benda, kontak mata terbatas, tertarik pada benda tertentu, tidak menyukai sentuhan/dipeluk, marah bila rutinitas yang biasa dikerjakan diubah, menyakiti diri sendiri, dan agresif.
  • Anak sangat lambat bicara atau tidak bisa sama sekali , mengeluarkan suara yang aneh tanpa makna, mengulang-ulang ucapan lawan bicara, berbicara tapi tidak untuk berkomunikasi.
  • Ditanya tidak bisa menjawab, bahkan mengulang pertanyaannya.
  • Tidak bisa berkomunikasi dua arah dan tidak menatap mata lawan bicaranya.
  • Kalau dipanggil tidak mau menengok.
  • Merasa tidak nyaman dalam keramaian, misalnya pesta ulang tahun, perkawinan, dan lain sebagainya.
  • Merasa lebih nyaman bila main sendiri
  • Berperilaku aneh seperti jalan berjinjit-jinjit, berputar-putar, lompat- lompat, mondar-mandir tak bertujuan.
  • Sering melihat dengan mata yang miring.
  • Kelekatan dengan benda tertentu, sehingga kemana-mana harus membawa benda tersebut.
  • Mengamuk hebat kalau tidak mendapatkan keinginannya.
  • Tertawa/menangis/marah tanpa sebab yang jelas.
  • Tidak ada rasa empati.
  • Ada kebutuhan untuk mencium-cium sesuatu dan memasukan segala benda yang dipegangnya ke dalam mulut atau digigit-gigit.

Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau tanda-tanda di atas?

  • Konsultasikan kepada tenaga ahli (dokter, psikolog, tenaga pendidik) untuk mendapatkan informasi, diagnosa dan rekomendasi untuk penanganan lebih lanjut.

  • Mencari tahu kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya, tingkat sensitivitas terhadap rangsang gerak, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

  • Mencari tahu kebutuhan sensori, diet, biomedis, dan lain sebagainya yang bisa dilakukan di rumah.

  • Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki anak.

  • Melibatkan anak dalam aktivitas sederhana di rumah seperti mencuci piring, menyiram tanaman, menyapu rumah, merapikan pakaian, dan lain sebagainya sesuai kemampuannya.

  • Menyediakan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan, misalkan ruangan untuk bergerak secara bebas, alat bantu belajar, dan lain sebagainya.

  • Dalam menentukan pendidikan pada anak, harus melihat tingkat kecerdasan dan intensitas gejala autisnya, karena setiap anak autis berbeda.

8. Anak dengan Gangguan Ganda

Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan gangguan ganda:

  • Memiliki perpaduan dua hambatan atau lebih, misalnya disabilitas penglihatan dengan gangguan spektrum autisma, disabilitas penglihatan dengan disabilitas pendengaran, down syndrome/disabilitas intelektual dengan disabilitas pendengaran, dan lain sebagainya.
  • Memiliki hambatan dalam berinteraksi sosial.
  • Memiliki kemampuan yang sangat terbatas dalam mengekspresikan atau mengerti orang lain.
  • Pada umumnya mengalami keterlambatan perkembangan fisik dan motorik.
  • Sering berperilaku aneh dan tidak bertujuan, misalnya menggosok- gosokan jarinya ke wajah, melukai diri (membenturkan kepala), mencabuti rambut, dan sebagainya.
  • Seringkali tidak mampu mengurus kebutuhan dasar mereka sendiri seperti makan, berpakaian, buang air kecil, dan lain sebagainya.
  • Jarang berperilaku dan berinteraksi secara konstruktif.
  • Dibalik keterbatasan-keterbatasan di atas, anak tunaganda mempunyai ciri-ciri positif seperti ramah, hangat, punya rasa humor, keras hati dan berketetapan hati.

Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau tanda-tanda di atas?

  1. Berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, tenaga pendidik, tenaga sosial dan instruktur keterampilan.

  2. Menyediakan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan anak, misalnya ruangan untuk bergerak secara bebas, alat bantu (kursi roda, tongkat dan lain-lain).

  3. Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki anak.

  4. Memberikan rangsangan/stimulasi secara konsisten, agar anak dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan kemampuannya.

  5. Melatih kemandirian anak seseuai dengan kemampuannya.

  6. Mengembangkan kekuatan dan memperbaiki kelemahan anak.

  7. Mengendalikan dan mengarahkan perilaku anak.

  8. Memberikan penguatan positif (motivasi, pujian, penghargaan) dan negatif (tidak memberikan hak istimewa).

  9. Memberikan kegiatan-kegiatan yang nyata atau fungsional untuk kehidupan sehari hari. Program dilakukan secara terstruktur dan konsisten. Aktivitas pembelajaran dibagi menjadi beberapa tahapan dan dilakukan secara berulang-ulang.

Pemberian program harus melalui tahapan yang dipecah/diurai, misalnya untuk mengajar cara menyikat gigi dimulai dari mengambil sikat gigi, mengambil pasta gigi, membuka tutup pasta gigi, menekan tube pasta gigi di penutup pasta gigi, menyikat gigi bagian depan, menyikat gigi bagian kiri, menyikat gigi bagian kanan, menyikat bagian dalam atas depan, dan seterusnya.

9. Anak Lamban Belajar

Ciri-ciri atau tanda-tanda anak lamban belajar:

  • Fungsi pada kemampuan dibawah rata-rata kelas.
  • Rata-rata prestasi belajar selalu rendah.
  • Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya.
  • Daya tangkap terhadap pelajaran lambat.
  • Butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik dan non akademik.
  • Lebih suka berteman dengan anak yang berusia signifikan di bawahnya.

Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau tanda-tanda di atas?

  • Berkonsultasi ke psikolog.

  • Mengikuti asesmen atau tes IQ untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan anak.

  • Orangtua, keluarga harus mengetahui apa saja yang sudah dipelajari anak di sekolah dengan cara berkonsultasi pada guru kelas.

  • Orangtua atau keluarga membimbing dan mendampingi anak di rumah dalam belajar, baik mengulang materi pelajaran yang sudah dipelajari di sekolah, maupun menyiapkan anak pada materi pelajaran baru yang akan dipelajari anak pada hari berikutnya.

  • Orangtua, keluarga harus selalu menghargai hasil belajar yang diperoleh anak dari sekolah.

  • Orangtua, keluarga harus selalu memotivasi anak supaya anak rajin belajar baik di sekolah maupun di rumah.

  • Orangtua, keluarga harus memberikan contoh tentang sikap dan nilai berperilaku yang baik.

10. Anak dengan Kesulitan Belajar Khusus

Ada tiga jenis anak dengan kesulitan belajar khusus:

Anak yang mengalami kesulitan belajar membaca (disleksia)

Ciri-ciri atau tanda-tandanya sebagai berikut :

  • Perkembangan kemampuan membaca lambat dan sering terjadi kesalahan dalam membaca.
  • Kemampuan memahami isi bacaan rendah.
  • Dalam menulis sering terjadi huruf yang hilang dalam satu kata pada awal, tengah atau akhir kata, atau sulit membedakan bentuk huruf atau angka yang hampir sama seperti menulis huruf d menjadi b, begitu sebaliknya.
  • Tidak mengindahkan tanda baca.

Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)

Ciri-ciri atau tanda-tandanya sebagai berikut:

  • Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai.
  • Sering salah menulis huruf b dengan p, v dengan u, p dengan q, angka 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya.
  • Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca.
  • Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang.
  • Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.

Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)

Ciri-ciri atau tanda-tandanya sebagai berikut:

  • Sulit membedakan tanda-tanda +, -, x, :, =, <, >
  • Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan.
  • Sering salah membilang dengan urut.
  • Sering salah membedakan angka 9 dengan 6, 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya.
  • Sulit membedakan bangun-bangun geometri.

Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau tanda-tanda di atas?

  1. Berkonsultasi pada psikolog.

  2. Mengikuti asesmen atau tes IQ untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan anak.

  3. Membantu anak membuat strategi belajar, atau minta bantuan pengajar remedial untuk mengatasi kekurangannya dan membuat program cara pembelajaran di rumah.

  4. Orangtua, keluarga harus selalu mendampingi dan membimbing anak dalam belajar di rumah, terutama mengoptimalkan kemampuan fisik motorik (perencanaan gerak, orientasi kanan dan kiri, serta pembelajaran kinestetik).

  5. Memberikan alat-alat bantu dan peraga, sehingga anak mampu menyentuh, melihat, dan mendengar serta menghubungkan dengan konsep yang dipelajari seperti huruf-huruf (untuk anak dengan kesulitan belajar membaca), angka-angka, dan simbol-simbol +,-,:, dan x yang terbuat dari plastik (untuk anak dengan kesulitan belajar matematika), dan menebalkan huruf-huruf yang sudah diberi titik-titik (untuk anak dengan kesulitan belajar menulis).

  6. Mendampingi anak ketika belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah.

  7. Memberi pujian ketika anak berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik dan benar, guna meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian anak dalam belajar.