Bagaimana Cara Memanajemen Risiko yang Baik agar Tidak Menimbulkan Kerugian Bagi Perusahaan?

Manajemen Risiko adalah tindakan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memprioritaskan risiko (ISO 31000) diikuti dengan penerapan sumber daya yang terkoordinasi dan ekonomis untuk meminimalkan, memantau, dan mengendalikan kemungkinan atau dampak dari kejadian yang tidak menguntungkan.

Maka dari itu, bagaimana cara memanajemen risiko yang baik agar tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan?

1 Like

Bagaimana cara memanajemen risiko yang baik agar tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan ?

image

Sebelum kita mengetahui bagaimana cara memanajemen risiko yang baik agar tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan ada baiknya bagi kita untuk mengetahui sumber penyebab risiko pada suatu perusahaan. Berikut penjelasan terkait sumber risiko,kerugian, dan penyebab risiko.

sumber risiko yang umumnya terdapat pada perusahaan yaitu,
**

  1. Sumber Fisik:Semua fasilitas seperti gedung, instalasi listrik, peralatan dan mesin pabrik semuanya memiliki risiko meskipun dengan tingkatan yang berbeda.
  2. Kondisi sosial : Kondisi sosial kemasyarakatan secara umum menyangkut perilaku dan lokasinya.
  3. Politik : Berkaitan dengan kekuasaan dan kebijakannya mengutamakan kepentingan pemerintah itu sendiri atas dasar kepentingan khalayak (rakyat).
  4. Hukum : Hukum diciptakan untuk mengatur kehidupan bernegara, termasuk anda, masyarakat dan perusahaan itu sendiri. Adapun sifat dari hukum adalah memaksa.
  5. Ekonomi makro : Kondisi ekonomi secara keseluruhan (global).
  6. Operasional : Aktifitas dan kegiatan rutin perusahaan.
  7. Sumber risiko kognitif : Menyangkut manusia, perilaku manusia, kecerdasan manusia, semuanya menyangkut manusia yang menjadi kunci dari semua sumber risiko. Oleh karena itu diperlukan proses seleksi perekrutan karyawan baru yang dimaksudkan salah satunya untuk mengurangi risiko kognitif.

selain sumber diatas terdapat pula Tiga bentuk kerugian bagi perusahaan yang terkait dengan risiko.

1. Property loss merupakan kerugian yang bersifat materil (harta benda), yang terdiri dari :

  • Direct loss yaitu kerugian yang dibebankan langsung ke propertinya. Contoh : Memperbaiki kendaraan anda yang mengalami kecelakaan.
  • Indirect loss yaitu Secara tidak langsung tidak berkaitan dengan propertinya. Contoh : mobil derek, polisi dan yang anda tabrak.
  • Productivity loss yaitu kesempatan produktifitas jadi hilang. Contoh : taksi yang tabrakan tidak bisa beroprasi karena masuk bengkel.

2. Liabilities adalah kerugian yang disebabkan karena harus menanggung kerugian orang lain (karena kewajiban. Liabilities hanya berbentuk direct loss saja.

3. Personel Loss adalah kerugian manusia (bisa cidera atau meninggal dunia).

  • Direct loss : masuk rumah sakit.
  • Indirect loss : biaya ambulan, produktifitas dari orang yang berhubungan dan yang terlibat kecelakaan ikut menurun.

Faktor pada proses yang menyebabkan terjadinya resiko secara beruntun.
1. Source of Risk : Sumber yang menjadi risiko.
Misalnya :

  • Gedung pada sumber risiko fisik.
  • Lokasi pada sumber risiko sosial.
  • Perubahan kebijakan akibat pergantian kekuasaan pemerintahan pada sumber risiko politik.
  • Kredit macet pada masalah ekonomi makro.

2. Hazard : Sumber yang memiliki bahaya.
Misalnya :

  • Konstruksi yang tidak kokoh karena kesalahan instalasi atau rapuh dimakan usia.
  • Kondisi lokasi dan sosial rawan dari bencana atau demo pekerja.
  • Peraturan baru pemerintah yang merugikan perusahaan.
  • Krisis ekonomi global yang bersifat makro.
  • Potensi terjadinya insiden / kecelakaan pada saat beroprasi.

3. Peril : Berpotensi menimbulkan bencana atau masalah.
Misalnya :

  • Konstruksi bangunan yang tidak kokoh kemudian roboh, kesalahan instalasi menyebabkan kebakaran.
  • Di sahkan nya peraturan pemerintah yang merugikan pihak perusahaan.
  • Terjadi kecelakaan kerja
  • Karyawan malas menyebabkan produktifitas rendah, kecerobohan menyebabkan kecelakaan.

4. Losses : Kerugian yang terjadi .
Kerugian umumnya dibagi 3 menjadi :

  • Properti : Benda fisik.
  • Personel : Orang (pekerja / karyawan).
  • Rugi karena mengganti kerugian orang lain yang disebabkan oleh perusahaan.

image

Setelah mengetahui sumber penyebab-penyebab dari risiko, maka selanjutnya akan dibahas cara untuk memanajemen risiko yang baik agar tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan, berikut penjelasan detail terkait pertanyaan diatas.

1. Identifikasi Risiko,Proses ini meliputi pengidentifikasian kerugian yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha. Identifikasi secara akurat dan komplek sangatlah vital dalam manajemen resiko. Aspek terpenting dalam identifikasi resiko adalah mendaftar kemungkinan kerugian yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi risiko antara lain:

  • Brainstorming yaitu Teknik kreativitas yang mengupayakan pencarian penyelesaian dari suatu masalah tertentu dengan mengumpulkan gagasan secara spontan dari anggota kelompok (organisasi dan perusahaan)
  • Survei / Penelitian secara komprehensif, Survei yang dilakukan dalam melakukan penelitian biasanya dilakukan dengan menyebarkan kuesioner, dengan tujuan untuk mengetahui : siapa mereka (audience), apa yang mereka pikirkan, rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan. Survei biasanya dilakukan dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup, sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka.
  • Wawancara (interview) yaitu Percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat langsung dari narasumber yang terpercaya (berkaitan dengan resiko dan kerugian). Wawancara dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber.
  • Informasi historis yaitu Pengumpulan data dari kejadian-kejadian dimasa lalu yang relevan dengan saat ini, sehingga dengan demikian informasi tersebut dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi risiko yang sejenis.

2 Analisa Risiko, Setelah melakukan identifikasi, maka tahap berikutnya adalah mengukur risiko (measurement) dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event lebih bersifat subjektif berdasarkan nalar dan pengalaman.

Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun sangat sulit untuk memastikan probabilitas (kemungkinan) suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya anda dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen risiko.

Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil (bukan berbentuk fisik).

3 Pengelolaan Risiko, Pengelolaan yang baik akan berakibat positif terhadap pencegahan dampak kerusakan yang terjadi akibat ketidak pastian. berikut merupakan Jenis-jenis cara mengelola risiko :

  • Risk avoidance yaitu Memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung resiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
  • Risk reduction (mitigation) yaitu Merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu resiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu resiko.
  • Risk transfer yaitu Memindahkan resiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging (lindung nilai).
  • Risk deferral yaitu Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil. Contohnya menunggu proyek pembangunan jembatan ketika perekonomian cenderung tidak stabil.
  • Risk retention,Walaupun resiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi maupun mentransfernya, namun beberapa resiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.

4 Implementasi Manajemen Risiko
Proses implementasi resiko adalah tahap dimana strategi dan semua perencanaan yang disebutkan diatas dilaksanakan. Tentu saja anda harus memutuskan terlebih dahulu mana yang dipilih untuk ditetapkan.

5 Monitoring Risiko
Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal, dimulai dari identifikasi risiko dan pengukuran resiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih serta untuk mengidentifikasi adanya risiko yang baru atau bahkan perubahan risiko. Sehingga, ketika suatu saat terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai juga diimplementasikan secara efektif.

Referensi :

  1. http://repository.ut.ac.id/4789/1/EKMA4262-M1.pdf
  2. https://cstn.files.wordpress.com/2009/11/control-of-risk-a-guide-to-the-systematic-management-of-risk-from-construction1.pdf

Cara yang efektif dalam memanajemen risiko yaitu melihat seperti apa perencanaan manajemen risiko dan bagaimana suatu perusahaan dapat meletakkannya bersama untuk bisnisnya, kemudian melihat pilihan yang perusahaan miliki dalam menangani setiap risiko tersendiri dan menentukan strategi mana yang digunakan. Dan perusahaan melihat bagaimana perusahaan dapat memonitor dalam bisnis perusahaan, dan mengupdate rencana perusahaan jika diperlukan.

1. Membuat perencanaan

Format perencanaan tersebut dapat bervariasi, tergantung kepada kebutuhan perusahaannya. Sebuah perencanaan manajemen risiko untuk perusahaan yang besar dan kompleks dapat dijalankan dengan mudah dalam ratusan halaman, sedangkan sebuah bisnis kecil mungkin hanya memerlukan sebuah spreadsheet kecil yang berfokus pada item utama.
Adapun beberapa item yang penting untuk dicantumkan dalam perencanaan manajemen risiko, sebagai berikut:

• Daftar risiko
• Penilaian tiap risiko berdasarkan kecenderungan terjadi dan dampaknya
• Penilaian terhadap pengendalian saat ini
• Rencana tindakan

2. Menentukan bagaimana menangani risiko

Menentukan apa yang harus dilakukan pada tiap risiko, sehingga dapat menanganinya dengan baik. Dalam dunia manajemen risiko terdapat empat strategi utama, yaitu:

  • Menghindari risiko
    Keuntungan strategi ini adalah cara yang paling efektif dalam berurusan dengan risiko. Dengan menghentikan aktivitas yang menyebabkan masalah - masalah potensial, perusahaan menghilangkan peluang kerugian. Namun, kelemahannya adalah bahwa perusahaan juga kehilangan beberapa keuntungan. Aktivitas yang berisiko dapat menjadi sangat menguntungkan, atau mungkin memiliki keuntungan lainnya bagi perusahaan. Sehingga, strategi ini sangat baik digunakan sebagai langkah terakhir, ketika perusahaan mencoba strategi lainnya dan menemukan bahwa tingkat risiko masih terlalu tinggi.

  • Mengurangi risiko
    Jika perusahaan tidak menghilangkan seluruh aktivitas, pendekatan umum adalah mengurangi risiko yang berkaitan dengan hal tersebut. Ambil langkah untuk membuat hasil negatif lebih sedikit terjadi, atau meminimalkan dampaknya ketika itu terjadi.
    Strategi ini paling umum dan cocok digunakan untuk rentang risiko yang luas. Pada strategi ini, perusahaan dapat melanjutkan aktivitasnya, namun dalam pengukuran yang membuat bahayanya berkurang. Jika dilakukan dengan benar, maka perusahaan mendapatkan yang terbaik. Namun bahayanya adalah kendali dalam perusahaan menjadi tidak efektif, dan perusahaan berakhir dengan tetap menderita kerugian yang perusahaan takutkan.

  • Menerima Risiko
    Manajemen risiko mempunyai harga. Menghindari risiko berarti membatasi aktivitas perusahaan dan melewatkan peluang keuntungan. Mengurangi risiko dapat melibatkan sistem baru yang mahal atau proses dan kontrol yang melelahkan. Memindahkan risiko juga ada harganya, contohnya seperti pada premi asuransi.
    Keuntungan dalam menerima risiko adalah tidak ada biaya, dan membebaskan sumber daya untuk fokus pada risiko yang lebih serius. Sedangkan kelemahannya adalah perusahaan tidak memiliki kendali. Jika dampak dan kecenderungannya minor, itu mungkin tidak masalah. Namun pastikan bahwa perusahaan telah menilai semua hal tersebut dengan benar, sehingga perusahaan tidak akan mendapat kejutan yang tidak menyenangkan.

3. Monitoring Risiko

Tujuan dari monitoring risiko adalah untuk memastikan apakah:

  1. Respon terhadap risiko dijalankan sesuai dengan rencana.
  2. Tindakan untuk respon terhadap risiko seefektif yang diharapkan atau respon baru dikembangkan.
  3. Asumsi proyek masih valid.
  4. Risko exposure sudah berubah.
  5. Prosedur dan kebijaksanaan yang tepat sudah diikuti.
  6. Risiko-risiko terjadi tanpa diidentifikasi sebelumnya.

Sumber :

Dalam kegiatan berbisnis seorang pengusaha bisa mendapat untung dan juga harus siap menerima kerugian. Tapi pengusaha yang baik tentunya memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi dan pantang menyerah hanya karena efek yang ditimbulkan dari risiko yang tentunya merupakan hasil dari keputusannya sendiri. Maka dari itu, kita harus mempelajari cara yang benar dalam menghadapi risiko, yaitu memanajemen risiko tersebut agar tidak menimbulkan efek yang lebih besar bagi jalannya perusahaan. Menurut Palinkas di bukunya, Manajemen risiko terdiri dari semua aktivitas yang dapat memungkinkan kemungkinan risiko muncul atau efeknya dapat dielminiasi atau dikurangi ke tingkat yang dapat diterima. Dalam melakukan manajemen risiko tahapannya dibagi oleh palinkas menjadi 6 langkah seperti yang dapat dilihat dalam gambar dibawah ini [1]

langkah

Pada langkah pertama adalah mengidentifikasi hubungan yang mempengaruhi aktivitas dari pengambil keputusan yang bersangkutan. Lalu langkah kedua risiko diidentifikasi. Setiap risiko terdiri dari 3 elemen yaitu sumber penyebab, masalah yang diakibatkan, dan pengaruhnya ke masa yang akan datang apa, disini semua risiko harus didaftarkan dalam list identifikasi risiko. Langkah ketiga, risiko dianalisis sebagai bagian darimana kemungkinan dan efek dari risiko ini dinilai. Langkah keempatnya melibatkan penilaian risiko mengingat tingkat risiko yang dapat diterima dan tingkat perlindungan telah dicapai. Lalu lengkah yang terakhir dari memanajemen risiko adalah dengan memonitoring implementasi dari teknik penyelesaian risiko yang telah dipilih saat evaluasi, feedback sangat dibutuhkan karena memungkinkan sistem manajemen risiko dapat berkembang dan menjadi lebih efisien. Sebagi langkah tambahan menurut Palinkas, dia berpendapat bahwa penting bagi pengambil keputusan untuk selalu terhubung dengan para stakeholdernya sehingga menjadi kontribusi yang signifikan dalam membuat keputusan yang benar dan memastikan stakeholder bukan sebagai penderita pasif akibat risiko namun sebagai agen yang aktif dalam membuat keputusan.

Penghitungan risiko yang bersifat kualitatif pun dapat dihitung sehingga dapat mempermudah dalam melakukan perkiraan prediksi kerugian yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya risiko itu nanti di masa yang akan datang, atau disebut juga sebagai mengkalkulasi besaran dari risiko. Cara yang dapat digunakan dalam mengkalkulasi besaran risiko yakni (1) Dengan menemukan seberapa sering suatu risiko terjadi / frekuensi, lalu (2) tentukan dampak yang ditimbulkan dari risiko yang terjadi / dampak, dan kemudian (3) hitung kemungkinan prediksi kerugian dengan menggunakan formula Frekuensi x Dampak.[2]

Dalam mengelola risiko juga diperlukan strategi untuk memprioritaskan risiko mana yang harus dikelola terlebih dahulu. Setidaknya ada empat pilihan strategi pengelolaan risiko yang dapat dilakukan, yakni dikontrol, ditransfer ke pihak lain, dibiayai sendiri, dan dihindari.[2]

  1. Risk Control (Dicontrol)
    Mengontrol risiko berarti dilakukan upaya-upaya agar kemungkinan terjadinya risiko yang telah diidentifikasi menjadi berkurang. Mengontrol risiko ini juga dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi. Seperti dalam mengontrol terjadinya risiko penyakit maag, yakni membeli bekal secukup mungkin sehingga probabilitas kita akan kelaparan menjadi berkurang otomatis kemungkinan terjadinya maag semakin kecil karena kita mencegahnya. Atau dalam berbisnis, risiko adanya kecelakaan saat bekerja contohnya dalam usaha bengkel las diwajibkan menggunakan kacamata hitam untuk mengontrol agar mengurangi kemungkinan terjadinya risiko kebutaan pada mata yang akan terjadi pada pekerja tersebut.

  2. Risk Transfer (Ditransfer ke pihak lain)
    Strategi pengelolaan risiko ini dilakukan dengan cara dipindahkan ke pihak lain dengan upaya secara sadar memindahkan risiko yang dihadapi ke pihak lain. Contohnya pada saat terjadi kebakaran toko, risiko menanggung biaya perbaikannya diserahkan pada perusahaan asuransi. Contoh lainnya adalah memindahkan risiko terkait meningkatkan beban biaya tetap pegawai, hal ini dapat diatasi dengan kontrak outsourcing dengan penyedia pegawai seperti di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya yang melakukan outsourcing pada pegawai kebersihan di Fakultas.

  3. Risk Retention (Dibiayai sendiri)
    Risk rentention ini merupakan strategi pengelolaan risiko yang dilakukan engan upaya upaya mendanai dampak yang ditimbulkan oleh risiko, seperti jika terjadi kebakaran toko tadi, pada strategi ini biaya perbaikan kantor ditangani oleh perusahaan itu sendiri tanpa melibatkan asuransi. Konteks mendanai risiko ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menyiapkan dana cadangan khusus untuk menangani risiko jika terjadi, atau tanpa menyiapkan dana cadangan. Kedua cara ini memiliki risiko masing-masing pula yang dapat ditimbulkan, jika membuat dana cadangan akan berisiko mengganggu kegiatan bisnis yang sudah direncanakan sebelumnya, dan jika tidak membuat dana cadangan bisa jadi dana yang seharusnya dilakukan untuk pengembangan usaha menjadi terpakai dan tidak jadi melakukan pengembangan usaha.

  4. Risk Avoidance (Menghindari masalah)
    Strategi ini dilakukan dengan menghindari risiko yang diprediksi akan terjadi di masa depan, seperti contohnya saat berusaha makanan saat siang hari di bulan puasa, seorang pengusaha warung makanan yang buka siang hari di bulan puasa akan dikenakan sangsi dari pemerintah, untuk itu para pengusaha warung makanan akan menghindari itu dan memilih untuk membuka warungnya saat sebelum buka puasa hingga waktu sahur. Tapi perlu diingat, bahwa sebagai wirausaha, apabila terlalu sering melakukan penghindaran terhadap risiko, ini bisa berdampka terhadap lambatnya perkembangan usaha yang dimiliki. Jika di bulan puasa lebih baik beralih ke alternatif penjualan lain seperti menjual pakaian atau penjualan lainnya yang bukan makanan atau minuman demi kelancaran pemasukan yang diterima perusahaan.
    Demikian paparan mengenai bagaimana cara memanajemen risiko yang baik saat mengelola perusahaan agar memperkecil kemungkinan kerugian perusahaan akibat dampak dari terjadinya risiko tersebut. Diharapkan dengan paparan ini bisa memperkaya pengetahuan penanya dalam menjawab pertanyaan yang telah diberikan, dan dapat memiliki strategi yang tepat dalam menangani risiko yang dihadapi ketika mengelola perusahaan agar tidak merugi karena keputusan yang salah.

Daftar Rujukan :

  1. Pálinkás, P. (2011): Kockázatkezelési eljárások alkalmazása az Európai unió mezőgazdaságában (The application of risk management procedures in the agriculture of the European union). PhD Thesis. PhD school of financial Management and organisational studies of szent István university, Gödöllő
  2. Strategi Pengelolaan Risiko dalam Kegiatan Bisnis | Portal-Ilmu.com

Suatu perusahaan pastinya ingin mendapatkan profit meskipun selalu berdampingan dengan risiko. Risiko tidak bisa terhindarkan begitu saja, karena itu perusahaan sekarang ini lebih fokus untuk memanajemen risiko sebelum risiko tersebut mempengaruhi bisnis perusahaan. Bagi satu perusahaan dengan perusahaan lain tentunya memiliki risiko yang berbeda-beda sehingga risiko perlu disesuaikan dengan konteks perusahaan tersebut. Dengan memiliki kemampuan mengelola atau memanajemen risiko maka diharapkan dapat membantu suatu perusahaan dalam menetapkan strategi ke depannya, serta melakukan peninjauan kembali strategi yang sudah diterapkan sehingga dapat relevan dengan situasi yang terus berkembang.

Risk2

Dalam memanajemen risiko yang baik diperlukan 7 langkah.

  1. Pada tahap pertama yaitu menetapkan konteks dan tujuan, dalam tahap ini mengharuskan memahami keseluruhan llingkungan perusahaan baik internal dan eksternal. Kemudian membuat strategi manajemen risiko, menganalisis kendala dan peluang pada perusahaan, mengembangkan kriteria risiko, serta menetapkan konteks.
  2. Tahap kedua yaitu mengidentifikasi risiko, tahap ini mengidentifikasi risiko yang cenderung mempengaruhi pencapaian tujuan dan aktivitas organisasi. Misalnya siapa yang terlibat dalam organisasi, kapan dan mengapa terjadinya risiko, dimana saja sumber yang menyebabkan risiko terjadi dan sebagainya.
  3. Tahap ketiga yaitu menganalisis risiko yang telah diidentifikasi, pada tahap ini menentukan control yang ada dan menganalisis risiko dalam konteks control tersebut. Analisis harus mempertimbangkan berbagai konsekuensi potensial dan seberapa besar konsekuensi itu terjadi.
  4. Tahap keempat yaitu menilai atau mengevaluasi risiko, pada tahap ini setelah risiko dianalisis maka risiko itu dapat dibandingkan dengan kriteria-kriteria sebelumnya. Keputusan apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak ditentukan oleh manajer. Risiko yang diterima harus dipantau dan ditinjau secara berkala.
  5. Tahap kelima yaitu mengelola risiko, objektif dari tahap ini yaitu proses penilaian risiko untuk mengembangkan biaya yang efektif untuk pengelolaan risiko. Dalam mengelola risiko terdapat 5 cara utama yaitu menerima risiko, menghindari risiko, mentransfer risiko, memitigasi risiko serta mengeksploitasi risiko.
  6. Tahap keenam yaitu memonitoring dan mengkaji risiko, pada tahap ini risiko yang sudah teridentifikasi perlu dipantau secara berkala. Risiko baru serta dampaknya pada organisasi perlu diperhitungkan. Periode peninjauan ditentukan oleh aturan, umumnya ditinjau setiap lima tahun. Tahap ini mengidentifikasi apa saja risiko yang terjadi, bagaimana risiko itu dikelola, apakah strategi untuk risiko efektif, apakah ada risiko baru dan apa dampaknya bagi organisasi.
  7. Tahap yang terakhir yaitu berkomunikasi serta memberi laporan pada stakeholders. Komunikasi sangat penting dalam manajemen risiko, sama halnya dengan laporan mengenai manajemen risiko yang terlihat dari kerangka kerja. Pada laporan manajemen risiko dibuat secara kualitatif dan semua prosedur terdokumentasi di dalamnya. Dokumentasi harus menunjukkan bahwa prosesnya telah sistematis, metode dan ruang lingkup teridentifikasi, proses yang dilakukan benar dan dapat diaudit sepenuhnya. Dengan dokumentasi menjadi dasar rasional untuk pertimbangan persetujuan dan implementasi manajemen.

Selain dari ketujuh langkah untuk memanajemen risiko, terdapat lima atribut untuk meningkatkan manajemen risiko dalam perusahaan.

  1. Instansi wajib menerima pertanggungjawaban atas risikonya dan mengembangkan kontrol komprehensif.
  2. Dengan adanya peningkatan perbaikan manajemen risiko secara berkala maka instansi harus menetapkan sasaran kinerja, ukuran serta meninjau dan memodifikasi sistem, sumber daya untuk memastikan perbaikan terus-menerus.
  3. Orang-orang dalam instansi harus terampil, memiliki sumber daya yang memadai untuk memeriksa dan memperbaiki control, memantau risiko serta kemampuan berkomunikasi dengan semua stakeholders.
  4. Dalam pengambilan keputusan di instansi yang diambil oleh stakeholder atau tingkatan lainnya harus mempertimbangkan risiko dan penerapan proses manajemen risiko yang sesuai.
  5. Pelaporan harus sering dilakukan kepada semua stakeholder yang ada di instansi.

Menurut saya, manajemen risiko merupakan aspek yang terus mengalami perkembangan. Seiring dengan perkembangan, kemampuan atau kinerja orang-orang dalam unit manajemen risiko juga perlu ditingkatkan. Kemampuan itu bisa ditingkatkan dengan cara mengikuti seminar, pelatihan, atau bisa juga dengan menulis paper yang berkaitan dengan manajemen risiko.

Selain itu pada perusahaan dibutuhkan sebuah standard atau pedoman yang dapat digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana penerapan manajemen risiko sudah dilaksanakan. Dengan pedoman tersebut, perusahaan dapat memperoleh informasi sampai sejauh mana penerapan manajemen risikonya, apa yang perlu diperbaiki, serta aspek mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut.

REFERENSI

http://ww.gnedenko-forum.org/Journal/2010/022010/RTA_2_2010-09.pdf
https://www.finance.gov.au/sites/default/files/COV_216905_Risk_Management_Fact_Sheet_FA3_23082010_0.pdf

Manajemen risiko merupakan alat untuk mencapai tujuan sekaligus kunci keberhasilan. Karena risiko terjadi kapan saja maka pengelolaan risiko sudah harus direncanakan sejak awal. Manajemen risiko diterapkan untuk mengidentifikasi risiko perusahaan, mengukurnya dan mengatasinya.

Berikut cara untuk memanajemenkan risiko dengan baik:

  1. Identifikasi Risiko (Risk Identification)
    Risiko mengandung masalah yang potensial sehingga menyebabkan kerugian yang mungkin bisa terjadi dimasa depan. Jika kerugian tersebut tidak dapat diidentifikasi maka risiko juga tidak dapat dikelola.

  2. Pengukuran Risiko (Risk Assessment)
    Setelah dilakukan identifikasi risiko maka tahap selanjutnya adalah mengukur risiko yang ada. Ada beberapa risiko yang bersifat kualitatif dan ada juga yang bersifat kuantitatif. Untuk mengukur risiko hanya bisa dilakukan pada risiko yang bersifat kuantitatif dengan melihat variabel besar kecilnya akibat yang ditimbulkan dan variabel tinggi rendahnya frekuensi terjadinya risiko tersebut. Dari dua variabel tersebut ada empat bentuk yang dapat dipetakan dari risiko:

  • Risiko dengan akibat yang besar dan frekuensi yang tinggi atau sering, misalnya fluktuasi nilai mata uang atau produk perusahaan yang dibajak/dipalsukan
  • Risiko dengan akibat yang kecil dan frekuensi yang tinggi atau sering, seperti pengambilan inventaris kantor, misalnya mesin hitung dan alat tulis kantor diambil oleh karyawan untuk kepentingan pribadi
  • Risiko dnegan akibat yang kecil dan frekuensi rendah atau jarang, seperti pencurian inventaris kantor oleh orang luar.
    Hal yang perlu diperhatikan ialah risiko pada suatu bidang tertentu akan berbeda satu sama lain.
  1. Mengendalikan Risiko (Risk Control)
    Risiko tidak dapat dihilangkan, tapi risiko dapat dikendalikan dengan cara yang transparan dan akuntabel. Mengurangi risiko dengan cara menetapkan sistem dan prosedur organisasi yang baik untuk berjaga-jaga atau berhati-hati agar risiko tersebut tidak menurunkan akibat dan frekuensi terjadinya risiko, membagi risiko dengan berinvestasi sama saja dengan menyerahkan sebagian risiko pada pihak lain. Keputusan mengenai pengendalian risiko tentunya perlu memperhatikan tingkat risiko yang telah diukur pada tahap pengukuran risiko serta biaya yang dikeluarkan dalam mengendalikan risiko tersebut.

Kesimpulan yang dapat diambil ialah risiko tidak dapat dihindari melainkan dapat dikurang. Cara yang dilakukan yaitu dengan melakukan manajemen risiko. Manajemen risiko yang baik adalah manajemen risiko yang menerapkan secara menyeluruh dan terintegrasi di setiap fungsi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Sumber:
Djajadikerta, Hamfri.Konsep dan Perkembangan Manajemen Risiko.2004.Vol.4