Bagaimana cara melakukan Pendugaan Potensi Sumberdaya Ikan?

Kelimpahan sumberdaya hayati di suatu perairan selalu berubah-ubah secara dinamis. Pada suatu kurun waktu tertentu, diperlukan adanya kegiatan pendugaan kelimpahan stok, guna menduga; maximum sustainable yield (MSY), dan upaya penangkapan optimum (f-optimum). Pendugaan stok dapat dilakukan antara lain dengan; Metode Swept Area, atau Metode Surplus Produksi. Hasil pendugaan ini digunakan untuk melakukan manajemen perairan yang baik dan terpadu.

####1. Metode Surplus Produksi
Tujuan utama dari model ini adalah untuk menentukan Maximum Sustainable Yield (MSY) selama ini, metode surplus produksi diterapkan pada tingkat stok, bukan individu. Stok dianggap sebagai kumpulan besar dari biomasa. Pertumbuhan stok, dalam konteks surplus produksi, mengacu pada laju perubahan biomasa stok, dan bukan pada perubahan individu. keuntungan terbesar dari model surplus produksi adalah hanya membutuhkan serangkaian data penangkapan dan upaya penangkapannya.

Data ini dapat diperoleh dari beberapa perikanan komersial. Sparre (1989) menyebukan bahwa tinjauan sudah dilakukan oleh Ricker (1975), Caddy (1980), Gulland (1983) dan Pauly (1984).

Maximum Sustainable Yield (MSY) diduga dari data input berupa:

  1. f(i) = effort dari tahun ke-i. i = 1,2,3,4, … n.
  2. C(i) = catch (in weight) pada tahun i. i = 1,2, 3 … n.

C/f (CPUE) dari seluruh kegiatan perikanan selama tahun i dapat diturunkan dari C(i) dan f(i) yang bersesuaian, dengan cara:

C / f = C(i) / f(i)

dimana:
C(i) = catch pada tahun i;
F(i) = effort pada tahun i
.
Effort yang digunakan adalah effort yang berasal dari kapal standar pertahun. Oleh karena kapal terdiri atas berbagai jenis dan ukuran, maka effort dari masing-masing kategori ukuran kapal harus dikonversikan ke dalam satu unit standar sebelum dihitung sebagai effort total.

Trend CPUE memperlihatkan suatu trend penurunan, untuk setiap kenaikan effort. Hal ini berarti terdapat keadaan semakin kecilnya bagian per kapal dengan semakin banyaknya kapal. Keadaan ini didasarkan pada anggapan bahwa biomasa stok adalah terbatas yang dibagi untuk kapal yang melakukan kegiatan perikanan, terdapat dua model yang mengekspresikan CPUE, yaitu:

  1. Model Schaefer (1954) yang linier,
  2. Model Fox (1970) yang logaritmik.

Sparre (1989) berpendapat bahwa tidak dapat dibuktikan salah satu dari kedua model tersebut adalah lebih baik daripada model yang lain.

Persamaan Matematik Model Schaefer

Persamaan Matematik Model Fox

dimana
q = koefisien kemampuan tangkap
B = biomasa
a,c = intersep
b,d = slope atau gradient

Perbedaan antara kedua model (Sparre, 1989) :

  1. Pada model Schaefer : adanya tingkat effort yang memberikan nilai nihil bagi stok, pada f = - a/b.
  2. Pada model Fox : adanya beberapa populasi yang berhasil hidup, bagaimanapun tingginya tingkat eksploitasi atas stok.

Kedua model sebenarnya sama baiknya. Namun model Schaefer lebih sederhana karena menggunakan pendekatan linier, bahwa CPUE hanya tergantung pada f. Effort (f) dalam konteks ini didefinisikan sebagai satu unit standar alat penangkap ikan yang melakukan kegiatan penangkapan terhadap stok pada daerah yang tengah diobservasi.

Model matematika Schaefer didefinisikan sebagai:

  1. Slope b harus negatif apabila C/f menurun dengan meningkatnya f.
  2. Intersep a adalah nilai C/f yang didapat oleh kapal pertama segera setelah menangkap ikan stok yang pertama. Oleh karena itu, intersep harus (+).
  3. Dengan demikian, -a/b menjadi positif, dan C/f = 0 pada saat f = a/b.
  4. Tidak ada nilai C/f yang negatif, maka model hanya dapat diterapkan pada harga f =< -a/b.

####2. Tingkat pengusahaan
Menurut Dwiponggo yang diacu dalam Widiawati (2000) pembagian tingkat pengusahaan sumberdaya perikanan tangkap dibagi menjadi empat tahapan, yaitu:

  1. Pengusahaan yang rendah dengan hasil tangkapan sebagian kecil dari potensinya;
  2. Pengusahaan sedang dengan hasil tangkapan merupakan sebagian yang nyata dari potensi dan penambahan upaya penangkapan (effort) masih memungkinkan;
  3. Pengusahaan tinggi dengan hasil tangkapan sudah mencapai besar potensinya dan penambahan upaya penangkapan (effort) tidak akan menambah hasil tangkapan;
  4. Pengusahaan yang berlebihan (over fishing) dengan terjadi pengurangan
    stok ikan karena penangkapan sehingga hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (CPUE) akan jauh berkurang.

####3. RAPFISH
Rapfish (Rapidly Appraissal for Fisheries) adalah teknik terbaru yang dikembangkan oleh University of British Columbia Canada, yang merupakan analisis untuk mengevaluasi keberlanjutan (sustainability) dari perikanan secara multidisipliner.

Rapfish didasarkan pada teknik ordinasi (menempatkan sesuatu pada urutan atribut yang terukur) dengan menggunakan Multi-Dimensional Scaling (MDS). Pemilihan MDS dalam analisis Rapfish, dilakukan mengingat metode multivariate analysis yang lain seperti factor analysis dan Multi-Attribute Utility Theory (MAUT) terbukti tidak menghasilkan hasil yang stabil. MDS itu sendiri pada dasarnya adalah teknik statistik yang mencoba melakukan transformasi multi dimensi ke dalam dimensi yang lebih rendah.

Dimensi dalam Rapfish menyangkut aspek keberlanjutan dari ekologi, ekonomi, teknologi, sosial dan etik. Setiap dimensi memiliki atribut atau indikator yang terkait dengan keberlanjutan (sustainability) sebagaimana yang diisyaratkan dalam FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries.

Menurut Pitcher and Preikshot (2001) analisis Rapfish dimulai dengan mereview atribut dan mendefinisikan perikanan yang akan dianalisis (misalnya vessel-base, area-base, atau berdasarkan periode waktu), kemudian dilanjutkan dengan skoring, yang didasarkan pada ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Rapfish. Setelah itu dilakukan MDS untuk menentukan posisi relatif dari perikanan terhadap ordinasi baik (good) dan buruk (bad). Selanjutnya analisis Monte Carlo dan Leverage dilakukan untuk menentukan aspek ketidak-pastian dan anomali dari atribut yang dianalisis.

Menurut Hartono, et.al (2005) hasil dari kegiatan pengembangan metode RAPFISH untuk mengkaji indikator kinerja pembangunan sektor perikanan tangkap sebagaimana diuraikan di atas kemudian dirangkum dalam suatu bentuk pedoman penentuan indikator kinerja pembangunan subsektor perikanan tangkap. Penyusunan pedoman ini diolah dari hasil berbagai riset yang mengacu pada konsep sustainable development diantaranya metode RAPFISH. Penyusunan pedoman ini lebih bertujuan sebagai sarana sosialisasi metode analisis multivarites berbasis multidimensional scaling (MDS), terutama yang diaplikasikan dalam metode RAPFISH.